Amanda terdiam, menatap lelaki yang berada di hadapannya. Dia masih diam tidak berucap apa pun.
"'Kenapa kau tidak berkata apa pun? Kau tahu sendiri. Kita sudah melakukan perjanjian saat aku menolongmu. Kau terselip batu di sungai itu. Kau hampir saja mati. Aku untung saja dapat mengetahuimu tepat waktu. Jika tidak--""Biarkan aku mati saja. Untuk apa kau menolongku."Dengan sinis, Amanda memandang lelaki itu."Kau merintih dan memintaku untuk menolongmu. Apa kau lupa? Kau menangis kesakitan. Saat aku akan meninggalkanmu, kau malah berteriak. Kau ingin selamat untuk membalas dendam."Amanda mendengus kesal. Dia menatap lelaki itu tajam. Sembari menarik napas, Amanda menarik wajah sang lelaki dan menciumnya."Aku akan bersamamu malam ini. Aku akan menemanimu. Yah, kau benar. Aku tidak akan seperti ini karenamu. Kau memang lelaki luar biasa."Bibir Amanda melesak masuk semakin dalam. Bahkan, dia melakukannya sembari memejam. Entah bagaAmanda bergetar. Dia melihat Hendra bersiap untuk merubah dirinya. Dengan perubahan itu, mungkin dia akan mengalami kehidupan yang sangat berbeda. Amanda sejenak menatap cermin di sebelahnya. Dia memandangi dirinya sendiri. Dia mengingat saat Andri berusaha memangsakan dirinya kepada anak buaya dengan sangat mengerikan. Apalagi Sarah sang sahabat yang sama sekali tidak dia duga, yang merencanakan hal keji seperti itu.“Percuma saja kau mengingat kejadian itu.” Hendra mendekatinya, lalu menarik kaca dari tangannya. Dia membuangnya di atas ranjang.“Kita akan pergi. Aku bisa merubah wajahmu itu selama satu tahun. Biarkan dia dengan perempuan itu. Setelah itu, kau akan bisa membalas dendam!”“Aku bersumpah, akan membalas mereka. Yah, mereka akan mengalami, apa yang aku alami,” balas Amanda. Tetesan air mata yang akan mengalir, dia tahan. Dia tidak ingin terlihat lemah.Amanda berjalan mendahului Hendra. Dia masuk ke dalam
Amanda semakin tidak mengerti. Ternyata Hendra mengetahui namanya. Kini mereka berdua saling bertatapan. Amanda masih tidak bisa berkata apa pun. Dia terus mengamati Hendra yang juga terdiam. Baru kali ini setelah 1 tahun bersama Hendra, dia mengetahui sebuah fakta yang sangat mengejutkan.Amanda memegang kepalanya. Dia berusaha menenangkan hatinya setelah mendengar perkataan Hendra dengan sangat lantang barusan.Selang beberapa menit Amanda membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju meja. Secepatnya dia menuangkan minuman. Dia segera meneguknya hingga habis. Napasnya masih dia hembuskan dengan sangat kasar. Hendra yang semula bergeming, akhirnya melangkah mendekatinya."Jangan menyentuhku, Hendra! Aku tidak mengerti dengan perkataanmu. Kau sangat mengejutkan aku. Kau mengetahui namaku dengan sangat benar, lalu mengatakan perasaanmu. Apa sebenarnya yang kau inginkan? Kau ini pria yang sangat misterius. Ah, lama-lama aku sangat takut kepadamu."
Sepanjang malam Amanda menghabiskan waktu bersama Andri di dalam kamar apartemen. Mereka saling bercanda tawa, hingga akhirnya melakukan hubungan intim sekali lagi. Andri sama sekali tak kuasa menahan diri ketika melihat keseksian tubuh Amanda."Aku sangat malu untuk pergi ke kantor. Aku tidak memiliki busana yang tepat. Mungkin aku akan menunggu gajian untuk membeli sesuatu yang bisa aku pakai sesuai dengan kelas perusahaan yang sangat besar itu," ucap Amanda dengan tatapan manja. Jemari lentiknya terus mengelus setiap lekukan tubuh Andri yang cukup kekar."Kau tidak memerlukan busana yang seperti dikatakan oleh istriku. Kau hanya memerlukan pakaian yang cukup sederhana. Kecantikanmu tidak akan pernah hilang," balas Andri kini menangkap jemari Amanda dan kembali menarik tengkuk lehernya, lalu menciumnya dengan sangat dalam.Amanda melepaskan ciuman itu. Dia kini kembali menatap Andri, kemudian memalingkan wajah."Kenapa kau melakukan itu? Apakah aku mela
Amanda tersenyum melihat dirinya sendiri di depan cermin. Dia kini memakai busana yang sebelumnya di jual di perusahaannya dengan harga yang sangat mahal. Rancangan yang dulu dia sendiri yang memilihnya."Aku sudah setengah menang. Aku akan sangat mengejutkan Sarah. Baiklah, kita akan lihat ekspresinya setelah melihatku."Amanda keluar dari kamarnya. Hendra ternyata berada di depan kamarnya. Dia mengamati Amanda dengan bersedekap."Kau sangat mengejutkanku, Hendra. Kau ini seperti hantu saja. Aku harus pergi ke kantor. Kau jangan mengikutiku."Amanda akan berjalan meninggalkan Hendra. Namun, lelaki itu menariknya dan kembali mengajaknya masuk ke dalam kamar.Amanda terpaksa mengikuti kemauan Hendra. Dia menampis tangan Hendra saat mencengkeram lengannya."Kau ini kenapa? Aku merasakan sakit. Jika kau mencintaiku, sebaiknya kau jangan menyakitiku. Apa maumu?"Amanda berusaha menghindar dari Hendra yang terus mendekatinya.
Sarah tidak terima dengan perkataan Amanda barusan. Dia segera masuk ke dalam ruangan Andri. Menatap tajam sang suami. Andri sendiri kebingungan melihat sang istri."Kenapa kau seperti ini?" tanya Sarah dengan tatapan tajamnya. "Aku sudah memberikan semuanya, bahkan kedudukan yang benar-benar kau impikan. Namun, apa? Setelah kau mendapatkan itu, kau berselingkuh?" Sarah semakin berteriak. Dia melangkah, semakin mendekati Andri yang hanya memandangnya kesal."Apa kau tidak tahu malu? Kau sudah berteriak. Bagaimana jika banyak yang mendengar. Kau sama saja menyebar aib mu sendiri!" bentak Andri."Aib?" Aku tidak akan pernah membongkar aib ku. Tapi, ini adalah aib mu!""Andri! Sebaiknya jelaskan, apa ini?" Maria tiba-tiba masuk ke dalam. Dia mendekati meja kerja Andri, dan melempar berkas yang berada digenggamannya."Maria, aku tidak tahu, apa yang kau katakan. Kau ini, selalu saja mengejutkan aku."Andri segera mengambil berkas yan
Maria masih saja mengamati Amanda. Dia tidak percaya jika melihat kembaran wanita yang sangat dekat dengannya, kini terlihat secara nyata. Maria terus mengernyit, menatap Amanda dengan sangat seksama. Dia benar-benar melihat adegan yang sangat diingatnya beberapa tahun lalu."Tidak salah lagi. Wanita itu sangat mirip sekali dengan Amanda. Aku sangat yakin itu. Bahkan gerakan tangannya, lalu tanda lahir itu yang berada di lehernya. Apakah dia memang benar Amanda? Karena aku lihat, memang dia sangat mirip. Hanya berbeda dari penampilan yang sedikit glamour. Sebaiknya aku harus mencari tahu," batin Maria, lalu kembali ke dalam ruangannya. Sementara Amanda masih saja memeluk Andri dengan sangat erat. Kini Andri tidak peduli lagi jika Sarah memang masuk ke dalam ruangan dan memergoki mereka."Sebaiknya kau pergi saja dari kantor ini dan pulang. Aku akan mengantarmu nanti. Kau sepertinya sangat tidak sehat. Aku tidak ingin terjadi suatu hal apa pun denganmu," u
Amanda semakin senang. Dia bisa membuat Sarah cemburu dan marah luar biasa. Sementara, Maria memeriksa semua dokumen keuangan yang tiba-tiba berubah. Maria membuka lap topnya, membuka berita tentang kematian Amanda."Aku akan memeriksa semuanya. Dia ... Sarah tiba-tiba seperti itu. Menyalahkan Andri. Lalu ... Dia, membelanya. Memberikan berkas yang berisi tentang kenyataan yang terjadi dengan Amanda. Bukankah itu suatu kebetulan? Pasti ada sesuatu yang tidak beres terjadi, dan aku ingin mengetahuinya," gumam Maria. Dia terus memainkan jemarinya di atas keyboard. Mengetikkan semua berita tentang kematian Amanda. Maria terus mengamati semua tulisan artikel yang memberitakan Amanda. Hingga dia benar-benar terkejut saat melihat sebuah foto Andri dan Sarah berpegangan tangan saat berada di sebuah acara. Padahal itu adalah artikel yang sangat lama dan Amanda masih hidup."Kenapa mereka seperti itu? Aku yakin mereka saling berhubungan sebelumnya. Karena semuanya sangat aneh. Atau ... jangan
Amanda semakin tidak percaya. Dia melihat Maria berada di hadapannya. Tentu saja hal itu membuatnya sangat terkejut. Namun, kali ini dia tidak bisa memungkiri. Maria sudah memergokinya, dan waktunya untuk Amanda mengakui semuanya."Masuklah Maria. Kita akan berbicara di dalam."Amanda akan masuk ke dalam kamarnya. Spontan Maria menarik lengannya."Tapi, apakah kau memang benar Amanda? Katakan kepadaku, karena aku benar-benar sangat penasaran. Aku melihatmu. Semua yang kau kenakan, atau pun, apa yang kau lakukan mirip sekali dengan sahabatku itu. Katakan kepadaku, sebelum aku masuk ke dalam," ucap Maria dengan cukup tegas. Dia memegang kedua pundak Amanda dan menatapnya tajam."Kita akan membicarakannya di dalam karena banyak sekali mata dan telinga yang kita tidak tahu dan bisa membongkar semuanya," balas Amanda kemudian menampik tangan Maria dan masuk ke dalam. Dengan terpaksa Maria mengikuti Amanda. Dia kemudian menutup pintu apartemen dengan sangat rapat, berjalan dengan cepat mend