"Gini Yu, tadi Pakdhe bilang ke Bapakmu, mau pinjam uang, soalnya aku belum di transfer dari anakku," jawabnya enteng.Bu Yati dan Ayu saling berpandangan, hampir tidak percaya apa yang dikatakan Pak Sukirman. Orang yang selalu dihina, dicaci maki, bahkan direndahkan ini dimintai pinjam uang, apa nggak salah?"Pakdhe ini aneh loh, kami ini orang miskin, makanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kami berjualan nasi kuning, tidak seperti Pakdhe yang hanya duduk manis menunggu transferan uang dari anak," sindir Ayu."Aku kalau nggak kepepet nggak bakalan juga minta sama kamu, kamu itu saudaraku ya wajarlah saling membantu, sama siapa lagi minta tolong?" jawabnya enteng."Memang Mas Sukir mau pinjam berapa?""Nggak banyak cuma lima puluh juta, aku mau beli tanah di kampung sebelah kebetulan tanahnya dijual murah, aku sudah lihat lokasinya di sana, makanya daripada diambil orang lebih baik aku yang ambil, pintar kan aku?" jawabnya dengan bangga."Orang ini aneh tapi nyata mulutnya kaya
@Tante Nurma{Ya nggak apa-apa Ki, yang penting mereka sudah bisa merespons dan mudah-mudahan setelah bertemu dengan istrimu, orang tuamu cepat sembuh}@Rizki{Gimana dengan Pakdhe Sukirman? apa mereka masih sama atau sudah berubah?}.@Tante Nurma{Gimana mau berubah itu orang, masa kita sudah tiga hari di sini, dia melulu yang buat onar}{Kamu tahu nggak tadi Pakdhemu itu mau pinjam uang sama mertuamu itu ... berapa Lin, Mamah lupa?}{Oh ya 50 juta buat beli tanah}{Siapa yang nggak waras coba, setelah di hina malah mau pinjam, edan nggak tuh, kok masih ada ya orang kaya gitu}@Rizki{Terus dipinjami nggak sama Bapak, Tan?}@Linda{Ya enggak lah, Bapak Sugimin itu pasti sudah mengertilah watak saudaranya itu yang aneh bin nyata itu, apalagi dia tahu kalau kamu kaya bisa mati berdiri itu orang}@Rizki{Nggak boleh ngomong begitu Mbak, pada dasarnya beliau itu orang baik, hanya saja sudah dibutakan oleh kenikmatan dunia, uang adalah segalanya, nggak ada uang ya susah}{Oh ya Tan, Mba
"Saya mau minta kalian ganti rugi bayarkan semua belanjaan saya, kalau tidak saya akan usut perkara ini, gara-gara kalian jidat saya sakit, ini harus diobati, syukur-syukur saya nggak minta uang pengobatan hanya minta bayarkan belanja saya, baik kan saya?" ucapnya membanggakan dirinya sendiri.Orang-orang yang melihat kejadian itu tertawa terbahak-bahak apalagi mendengar penjelasan Pak Sukirman yang tidak masuk akal."Mengapa kalian semua tertawa, di sini saya yang menjadi korban dari Ibu ini, kok malah saya yang di bully sih?" jawabnya heran."Eh Pak, Bapak ini lagi sedikit linglung kayanya, Ibu ini sudah minta maaf, sedangkan jidat jenong Bapak itu nggak luka kok, terus minta ganti rugi minta dibayarkan semua belanjaannya, situ waras atau nggak sih, bisa-bisa Bapak loh yang kena sanksi sudah merepotkan warga lain!" ucap Bapak tua yang belanja di sana juga."Eh, sampean nggak usah ikut campur, saya yang jadi korban di sini, seharusnya Bapak dukung saya bukan sebaliknya," ucapnya gera
"Walah Nduk, piye toh kamu jadi pelupa belum juga tua?" ledek Bu Yati."Maklum Bu Yati, namanya juga sangking senangnya lupa kapan suaminya pulang," timpa Bu Surti ikut tertawa.Tak lama Pak Sugimin datang dari masjid setelah salat subuh di sana."Assalamualaikum!""Walaikumsalam!""Ada apa ini kalian kok tertawa, dan Ayu kenapa wajahnya sedih bukannya nanti suamimu pulang hari ini, harusnya kamu senang toh Nduk?" tanya Pak Sugimin heran."Iya pulang hari ini Pak, tapi Ayu lupa tanya jam berapa Bang Rizki pulang dari kota?" jawabnya menunduk lesu.Seketika Pak Sugimin tertawa lepas diikuti Bu Yati dan Bu Surti yang ada di warung itu, dan Ayu diam saja dan menunduk."Maaf-maaf Nduk, bukannya Bapak menertawakan kamu, cuma lucu saja kamu sudah dandan cantik-cantik begini tapi nggak tahu kapan suamimu pulang," ucap Pak Sugimin menghentikan tawanya agar Ayu tidak tersinggung."Iya Pak, Ayu lupa tanya habis nggak sabar menunggu Bang Rizki pulang," gerutunya kesal."Ya sabar mungkin sebentar
Untungnya ada Wisnu sahabat Rizki yang sebentar lagi menjadi kakak iparnya, menelusuri sepak terjang ayah dan anak itu.Rizki akan memberikan kejutan luar biasa bahkan tidak bisa dilupakan oleh besannya yaitu Pakdhe Sukirman.Seperti biasa mereka melakukan aktivitasnya sehari-hari berjualan nasi kuning yang semakin ramai.***Bagaimana kabar Doni?Akhirnya dia mengeluarkan tabungannya sendiri dengan terpaksa untuk membiayai semuanya sampai pulih kembali.Karena rumah yang dia tempati ternyata sertifikatnya masih dipegang oleh Pak Sugimin dan Doni tidak tahu juga kalau sertifikat rumahnya atas nama istrinya.Bahkan Nisa sekarang bisa membela dirinya sendiri, tidak mau terkekang oleh Doni, sebatas tidak ringan tangan dan tidak berselingkuh Nisa masih bertahan untuk keutuhan rumah tangganya.***Hari yang dinantikan pun tiba Pakdhe Sukirman datang ke warung Bu Yati memberi kabar gembira sekaligus hadiah hinaan."Wah, tambah banyak juga pelanggan mu Yati, tapi sayang kalau sudah banyak
Menjelang subuh dan setelah salat, akhirnya mereka pun sudah siap menanti kedatangan jemputan yang akan membawa mereka ke kota.Kejutan yang luar biasa untuk orang yang tiada duanya."Sudah semua toh Bu, kata Mas Kirman nggak usah bawa banyak-banyak cukup tiga baju saja.""Iya sudah beres Pak, Insya Allah semuanya beres.""Mana Ayu dan Rizki, mereka kok belum kelihatan, ini sudah jam berapa, jangan sampai mereka telat," ucap Pak Sugimin mondar mandir di depan teras rumahnya."Sabar toh Pak, ini juga baru jam tujuh pagi, masih ada waktu dua jam lagi, Bapak tenang saja, lagian anak-anak yang lain juga belum ngumpul," sahut Bu Yati mencoba menenangkan Pak Sugimin.Tak lama kemudian Ayu dan Rizki pun datang menghampiri kedua orang tuanya.Begitu juga dengan anak-anaknya yang lain, mereka di beri cuti dari perusahaan mereka masing-masing."Dek, Abang ke dalam dulu ya mau nyetor kebelet nih?" ucap Rizki sembari memegang perutnya yang sakit tiba-tiba."Iya Bang!" jawab Ayu singkatAyu pun ik
"Ya iyalah Ti, masa tiruan gini, anakku si Leo baru mengirimkan satu set perhiasan ini, bagus nggak?" tanya Bu Sri dengan bersemangat."Kenapa dipakai nya sekarang Mbak, lebih baik disimpan dulu, tunggu acara pengangkatan jabatan menantu sampean," sahut Bu Yati kepada Bu Sri."Nunggu itu kelamaan, siapa tahu aku di sana dibelikan menantu ku satu set perhiasan lagi di sana, iya kan Pak?""Pasti dong, apalagi dia mau diangkat menjadi pimpinan di salah satu cabang perusahaan Wiranata Group," sahut Pakdhe Sukirman bangga."Kamu Lukman, contoh tuh Rangga kamu juga kerja di salah satunya kan?""Sering-sering mengukir prestasi, kebetulan si Rangga itu lulusan terbaik seorang insinyur jadi mungkin berkat idenya lah bos besarnya memberikan hadiah berupa kenaikan jabatan, otomatis gajinya pasti naik juga dong!" "Oh ya Pakdhe, waktu nikahan nya Lia kok Ayu nggak lihat orang tuanya Rangga, kenapa nggak hadir ya?""Oh itu, katanya si Rangga sih orang tuanya lagi di luar negeri, jadi nggak bisa ma
"Ayuk kita masuk!""Selamat datang Bapak, Ibu sekalian, selamat menginap di hotel kami, dan ini kartu untuk membuka pintu hotel yang sudah kami persiapkan masing-masing" ucap seorang resepsionis muda itu."Silakan nama yang saya panggil harap ke depan untuk mengisi formulir dan mengambil kartu hotel ini."Resepsionis itu lalu memanggil namanya masing-masing dan memberikan kunci hotel.Tibalah giliran Pak Sugimin dan Bu Yati, Rizki dan Ayu.Mereka tidak mendapatkan kartu seperti mereka yang sudah duluan menerimanya.Hal ini dimanfaatkan oleh Pakdhe Sukirman untuk menghina mereka kembali di muka umum, tak segan-segan dengan suara yang sedikit nyaring, membuat orang lain yang berada di situ terperangah melihatnya."Loh punyamu mana Min, nggak dapat ya kuncinya, tadi sudah aku bilang kan nggak usah ikut nginap di hotel beginian, buktinya kamu nggak dapat kunci masuk ke hotel, malu-maluin saja kamu Min.""Ini juga ke mana sih Rangga, kok nggak menyambut kita sih, bahkan keluarganya saja t
Lima bulan kemudian ....“Bagaimana sudah ada tanda-tandanya belum?” tanya Bu Yati kepada Ayu yang masih kelihatan santai, karena belum ada kontraksi apa pun.“Belum ada Bu, terus Ayu nggak ada rasa kontraksi gitu seperti kram atau sakit perut, kenapa ya Bu?” tanya Ayu balik namun masih terlihat santai.“Mungkin sebentar lagi, biasa gitu kadang perkiraan dokter atau bidan biasanya meleset dari hari yang ditentukan!” jelas Bu Yati tersenyum. “Oh gitu!”“Nonton sini saja, temani ibu sebentar, mau lihat berita dulu siapa tahu ada berita yang menarik,” celetuk Bu Yati yang sudah berada di ruang tengah.“Iya, Bu!”“Belum juga bokong Ayu mendarat di sofa empuk, tiba-tiba tanpa sengaja Ayu dan Bu Yati melihat dan mendengarkan berita di televisi bahwa ada empat narapidana kabur atau melarikan diri dari penjara dini hari tadi pagi dan betapa terkejutnya di antaranya adalah Wisnu.Seketika wajah Ayu tegang dan jantungnya pun memompa dengan cepat, Ayu langsung mengalami kontraksi.“Bu, Bu sak
Pak Aldi memandang sahabatnya dengan kesedihan. Beliau tidak menyangka kalau akhirnya seperti ini.Hanya balas dendam yang tak berujung membuat mereka saling berjauhan, menciptakan jarak diantara mereka.“Assalamu’alaikum!”“Apa kabar kamu Fauzi, lama kita tidak pernah mengobrol seperti ini, tetapi malah kamu terbaring tidak berdaya di rumah sakit ini,” ucap Pak Aldi sendu.“Aku tidak pernah membayangkan kalau Wisnu adalah anak kandungmu bersama Kania, mengapa kamu lakukan ini Zi, aku tahu kamu orang baik, aku tetap akan menjadi sahabatmu, aku tidak pernah membencimu!” jelasnya lagi.Tiba-tiba mata sayup itu perlahan-lahan terbuka dan Pak Fauzi menangis saat melihat Pak Aldi sudah ada berada di sampingnya. Tangan Pak Fauzi pun ingin memegang tangan Pak Aldi, lalu mengeluarkan suara parau namun jelas “MAAF” dengan bibir bergetar.Tangan itu semakin erat memegang tangan Pak Aldi dan ucapan kata Maaf selalu dia ucapkan di akhir-akhir napasnya secara berulang-ulang.“Pak Aldi, kenapa pap
“Kalau begitu kami pamit dulu, Assalamua’alaikum! ”ucap Tante Nurma.“Wa’alaikum salam! “sahut Pak Sugimin.Wisnu yang di gebrak oleh polisi di rumahnya, meronta-ronta, dia tidak bisa menerima kenyataan kalau dia kalah dari Rizki.Sebagian warga pun melihat aksi para polisi mengamankan Wisnu yang tangkap dengan tangan di borgol, warga tidak menyangka jika seorang Wisnu tega ingin menghabisi ayah kandungnya sendiri.Entah dari mana masalah ini cepat tersebar tiba-tiba ada saja wartawan yang mencari berita hangat tentang keluarga Wiranata.“Akan ku balas kalian, kamu belum menang Rizki, jika kau tidak bisa mendapatkan Ayu, kamu juga tidak boleh mendapatkannya!”“Kalian tunggu saja pembalasanku!”“Kamu Rizki, terutama kamu yang akan aku bayangi selama kamu tidak mau melepaskan Ayu, untukku hahaha ...!” ucap Wisnu mengancam.“Baik Wisnu, aku tunggu kamu sampai di mana nyalimu sama dengan perbuatanmu!” gertak Rizki kepada Wisnu.“sudah nanti saja berdebatnya kalau sudah di kantor polisi!”
Wajah Pak Fauzi datar tidak ada ekspresinya, namun tiba-tiba dia tertawa terbahak-bahak seperti orang nggak waras.Membuat mereka menjadi bingung dengan tingkah laku Pak Fauzi.“Hahahaaha ... Aldi-Aldi kamu memang dari dulu sangat polos bin lugu, kamu itu terlalu gampang memaafkan orang lain!”“Kamu terlalu naif Aldi, kamu selalu mempercayaiku padahal akulah yang menjadi dalang kehancuranmu hahaha...” tawanya lagi.Wisnu suruh Aldi tanda tangan semua berkas untuk pengalihan harta warisan sebagai penebus nyawanya!”“Kamu tidak ingin kan mati sia-sia di sini?” tanya Pak Fauzi lantang.“Saya tidak akan memberikan sepeserpun kepada kalian, semua yang saya dapatkan adalah murni dari kerja keras saya, lebih baik saya sumbangkan ke yayasan kalau kalian mengambilnya secara paksa!” Rizkiansyah Wiranata adalah pewaris tunggal kerajaan bisnis saya, karena dia darah daging saya, bukan kamu Wisnu!”“Kamu hanya anak angkat bukan anak kandung saya, lagian kamu mempunyai orang tua yang masih lengkap
Sementara di kediaman rumah Wisnu.Pak Aldi yang masih dalam keadaan pingsan dan terikat di kursi berada di ruang tengah. Sedangkan Wisnu menempatkan Ayu di sebuah kamar pribadi miliknya dan Bu Yati di kamar lain juga.Wisnu mengikat kedua tangan dan kaki Ayu dengan kencang di kursi kayu.Ayu masih dalam keadaan tak sadarkan diri karena masih dalam pengaruh obat bius.Ruangan kamarnya pun telah dihiasi oleh harumnya bunga mawar putih yang merupakan kesukaan Ayu. “Rahayu Wulandari, nama yang cantik sesuai dengan wajahmu yang tidak bosan aku memandangmu dengan secantik bunga mawar ini.”“Rizki itu tidak pantas untuk mendapatkan kamu, Yu!”“Saat Rizki mengatakan kalau dia menemukan tambatan hatinya dan memberikan foto kamu untuk pertama kali aku sangat menyukaimu,” ucapnya penuh semangat.Tak lama kemudian Ayu siuman dari pingsannya dan kepalanya mulai pusing dan dia pun terkejut tangan dan kakinya sudah terikat di kursi dan memandang sekeliling dengan penuh rasa heran.“Selamat datang
“Bagaimana ini Pak, Hei kalian kenapa menjaga istri dan mertuaku kalian tidak bisa, apa kerja kalian?” tanya Rizki marah.“Sudah Nak Iki jangan marah-marah, ini bukan mereka yang salah tetapi ini adalah rekayasa Bapak,” jawab Pak Sugimin tenang.“Maksud Bapak, bagaimana?” tanya Rizki bingung.“Maksudnya Bapak sebenarnya memang ini rencana nya kami, agar dapat mengetahui jejak Wisnu. Ayu sudah kami pasangkan alat perekam suara agar kami tahu tempat mereka membawa Ayu,” jelas Ridho kepada Rizki.“Kenapa harus melibatkan Ayu, Wisnu sangat menyukai Ayu Pak, aku nggak rela Ayu menjadi milik Wisnu sampai kapan pun!” sahut yang masih tersulut emosi.“Iya Bapak paham Ki, tetapi menurut Bapak ini adalah salah satu cara agar masalah ini selesai dan kalian dapat hidup dengan tenang tanpa ada orang lain yang ingin merusak kehidupan kalian lagi,” jelas Pak Sugimin berusaha membuat Rizki mengerti.“Baiklah kalau menurut Bapak itu lebih baik.”“Sekarang bagaimana selanjutnya, apa yang akan kita laku
“Eh ada Nak Rizki, bagaimana keadaan Bu Salwa sekarang Ibu harap tidak ada yang serius, ”tanya Bu Yati khawatir.“Alhamdulillah, Bu tidak apa-apa sudah di tangani dokter sekarang lagi istirahat dan di temani oleh Mbok Sum,” jelas Rizki sembari melihat ke arah Rangga yang duduk di lantai dengan keadaan kacau.“Sayang, kenapa dia ada di sini, apa yang dia lakukannya?” tanya Rizki kepada Ayu.“Ayu yang panggil Mas Rangga, Bang!”“Buat apa kamu memanggil dia?”“Mas Rangga ternyata belum tahu kalau Wisnu itu saudara tirinya, makanya dia shock, apalagi Tante Tania bilang kalau itu memang benar,” jelas Ayu yang merasa iba dengan Rangga.Rizki lalu menghampiri Rangga yang duduk di lantai dengan wajah berantakan dan masih terdengar suara usak tangis dalam diri Rangga.Rizki ikut duduk di lantai dan memperhatikan Rangga.Hidup itu aneh Bro, mungkin kamu masih ingat pertama kali kita bertemu, kamu selalu membanggakan diri kamu kalau kamu adalah yang terbaik, tetapi kenyataannya kamu hanya seoran
Melangkahkan kakinya dengan cepat agar Lia maupun mertuanya tidak melihat dirinya yang pergi ke kamar Ayu.Setelah sampai di kamar Ayu, Rangga pun langsung masuk karena sudah di tunggu kedatangannya oleh mereka.“Katakan apa mau kalian dariku?” tanya Rangga sinis.“Silakan duduk dulu Nak Rangga!” ucap Bu Yati ramah.“Cepat katakan apa mau kalian, aku tidak punya waktu banyak untuk kalian!” jawabnya masih sinis.“Aku hanya ingin tahu seberapa dekat kamu dekat Pak Fauzi? ”tanya balik Ayu.“Buat apa kalian menanyakan hal itu?” tanya balik lagi Rangga.“Apakah kamu sudah tahu kalau Papah Aldi di culik oleh Wisnu?” Seketika raut wajah Rangga berubah terkejut mendengar Pak Aldi di culik oleh Rangga.“Buat apa Wisnu menculik Pak Aldi?”“Apa maksudmu, apa hubungannya denganku?”“Sebenarnya apa yang ingin kalian bicarakan denganku?” tanyanya bingung.“Jika hanya basa basi seperti ini lebih baik aku pergi saja, membuang-buang waktu aku saja kalian!” hardiknya.“Aku tidak tahu apa-apa tentang p
@Pak Sugimin{Ada apa Ki, apa yang terjadi tolong ceritakan sama Bapak}@Rizki{Wisnu Pak, sudah tahu rencana kita buktinya dia berhasil menculik Papah, dan gara-gara dia Mamah pingsan tidak sadarkan diri, sekarang Iki menuju rumah sakit dulu Pak}{Iki bingung Pak, apa yang harus Iki lakukan }{Mbak Linda juga susah di hubungi ke mana mereka, tidak ada yang bisa membantu Iki, Pak}@Pak Sugimin{Siapa bilang tidak ada yang membantu kamu, ada Allah kamu lupa itu. Allah tidak akan menguji umat-Nya diluar batas kemampuannya}{Semua akan baik-baik saja Ki}{Tante Nurma dan Mbak Linda mu sedang sibuk, mereka Bapak tugaskan untuk menjemput Ibu Kania di rumah sakit jiwa}{Bapak juga sudah dalam perjalanan ke kota, karena firasat Bapak mengatakan kita harus bertindak cepat makanya mereka berdua Bapak tugaskan, barusan Bapak bicara dengan Bu Nurma kalau dia sudah berhasil membawa pergi ibu Kania ke tempat yang aman}@Rizki{Maksud Bapak Tante Nurma sudah berhasil membawa Ibu Kania keluar dari r