"Ayuk kita masuk!""Selamat datang Bapak, Ibu sekalian, selamat menginap di hotel kami, dan ini kartu untuk membuka pintu hotel yang sudah kami persiapkan masing-masing" ucap seorang resepsionis muda itu."Silakan nama yang saya panggil harap ke depan untuk mengisi formulir dan mengambil kartu hotel ini."Resepsionis itu lalu memanggil namanya masing-masing dan memberikan kunci hotel.Tibalah giliran Pak Sugimin dan Bu Yati, Rizki dan Ayu.Mereka tidak mendapatkan kartu seperti mereka yang sudah duluan menerimanya.Hal ini dimanfaatkan oleh Pakdhe Sukirman untuk menghina mereka kembali di muka umum, tak segan-segan dengan suara yang sedikit nyaring, membuat orang lain yang berada di situ terperangah melihatnya."Loh punyamu mana Min, nggak dapat ya kuncinya, tadi sudah aku bilang kan nggak usah ikut nginap di hotel beginian, buktinya kamu nggak dapat kunci masuk ke hotel, malu-maluin saja kamu Min.""Ini juga ke mana sih Rangga, kok nggak menyambut kita sih, bahkan keluarganya saja t
Pak Dani berlalu pergi meninggalkan mereka yang ingin makan dan dia menugaskan salah satu karyawannya untuk menemaninya siapa tahu masih ada yang dibutuhkan lagi."Gimana Pak enak makanannya?" tanya Rizki seketika."Enak ya Bu, kaya masakanmu dulu, jadi ingat si Ridho bagaimana kabarnya ya?"Pada saat menoleh ke istrinya ternyata Bu Yati sudah berlinang air mata, masakan yang disuguhkan kali ini memang mengingatkan oleh Ridho.Ridho sangat suka dengan soto betawi ini, rasa dan bumbunya sangat pas di lidah mereka. Perasaan seorang Ibu tidak pernah salah, beliau merasakan akan kehadiran anaknya yang sudah tiga tahun terakhir ini belum pulang ke rumah."Loh Ibu kok jadi nangis, maafkan Bapak Bu, kalau membuat kamu teringat sama Ridho!" sahutnya."Ibu jadi ingat Ridho, sedang apa ya dia sekarang, Ibu kangen banget, seharusnya dia ikut juga sama kita, Ibu rindu sama dia Pak!""Ridho juga rindu sama Ibu dan Bapak!"Mereka kaget seketika mendengar suara yang mereka kenal, Bu Yati berbalik k
"Oh, maaf Mbak Linda saya pikir teman dekat Bang Rizki juga," jawab Ayu sedikit gugup."Ah kamu Yu polos banget sih, tapi kami senang sama kamu di balik kepolosan kamu tersimpan jiwa sosial mu yang tinggi," ucap Linda tersenyum."Maksud Mbak bagaimana, Ayu nggak ngerti?" tanya Ayu bingung."Kamu masih ingat dengan dua wanita sebagai pemulung yang mampir di warung nasi kuning ibumu?" tanya Tante Nurma."Oh iya- iya, Ayu masih ingat terus apa hubungan nya dengan?""Seketika Ayu paham maksud dari Tante Nurma itu bahwa merekalah dua wanita itu yang menyamar menjadi pemulung."Iya Yu, itu kamu sedang menyamar, karena kami ingin melihat secara dekat menantu dan keluargamu Yu, dan kami sangat senang setelah melihat sendiri tentang kalian.""Dan berkat kalian juga anak saya ini si Linda bisa belajar banyak hal tentang kejadian di sekitarnya, makanya kami tidak malu mempunyai keluarga seperti kalian," terang Tante Nurma dengan bahagia."Ayuk Pak silakan sudah di tunggu di dalam!" ajak Tante Nu
"Begini Pak, saya waktu pertama kali bertemu Pak Sugimin dulu, nggak tahu kenapa saya suka sekali bercerita dengan Pak Min, ingat dulu nggak Pak, kalau saya menceritakan tentang keluarga saya, terutama tentang anak saya yang pergi entah ke mana?" tanya Pak Aldi."Saya hanya menceritakan kepada Bapak sedangkan dengan keluarga saja dan orang kepercayaan saya bilang ke mereka kalau anak saya sedang di luar negeri, padahal kenyataannya Rizki mencari jati dirinya sendiri di luar sana.""Sekali lagi terima kasih Pak, karena dari Bapaklah anak saya bisa belajar hidup, dari Bapak juga saya mengerti tentang hidup, makanya kami ingin anak-anak kita bisa mengambil hikmah di dalam perjalanan hidup kita.""Tidak semuanya dapat di beli dengan uang, kebahagiaan yang lahir batin tidak bisa dirasakan bila semua dinilai dengan uang."Pak Aldi menjelaskan bahwa Rangga telah melakukan tindak korupsi bersama ayahnya yang merupakan kepercayaan Pak Aldi selama lima tahun belakangan ini setelah Rizki pergi.
"Bukan rumah tetangga sebelah, kita numpang di sini daripada di losmen," goda Rizki yang melihat Ayu tertegun dengan kemewahan rumah Rizki itu."Wah bagus juga rumah tetangga Abang, baik banget tuh orang, siapa sih Bang?" tanya Ayu polos.Seketika Pak Sugimin dan Bu Yati tertawa terbahak-bahak melihat sikap Ayu yang polos, celingak-celinguk melihat rumah megah tepat di depan matanya."Nduk, ini rumah suamimu, mana ada tetangga mau pinjamkan rumah sebagus ini buat kita tempati?" ucap Bu Yati yang tak kalah tertegun juga melihat keindahan rumah mewah itu."Betul itu Bang!""Iya istriku yang cantik, Solehah ku, ini rumah Abang rumah kita rumah keluarga kecil kita khusus Abang persembahkan buat istriku tersayang, muach!" ucap Rizki yang semakin gemas kepada istrinya itu."Ih Abang malu tahu, ada Bapak sama Ibu, tuh dilihati juga sama Tante Nurma sama Mbak Linda!" sahut Ayu tersipu malu."Duh jadi iri aku Ki, lihat kalian pingin cepat-cepat nikah sama Mas Wisnu," sahut Linda yang iri melih
Setelah salat subuh, mereka semua sudah ada di meja makan, namun tidak dengan Ayu.Ayu sudah dari subuh membantu Mbok Iyem menyiapkan sarapan pagi. Hal ini membuat Tante Nurma tambah menyukai Ayu yang rajin dalam segala hal."Loh Ayu, kamu bantuin Mbok Iyem?" tanya Tante Nurma terkejut melihat Ayu sudah di dapur memakai celemek."Maaf Tante, sudah kebiasaan dari kampung," jawabnya polos.'Nggak apa-apa, terserah kamu saja.""Terus mana Iki?""Lagi mandi Tan, bentar lagi nyusul!""Apa kamu lihat Linda,Yu?""Ke mana tuh anak lagi dibutuhkan malah hilang," gerutu Tante Nurma.Tak lama kemudian Rizki datang dengan gaya anak muda kekinian.Baju kaos biru langit lengan pendek dengan celana sebatas lutut berbahan jeans, ditambah sepatu kets berwarna biru.Tak lupa memakai kacamata hitam dan tas selempang berwarna hitam."Wah keren banget kamu Ki, tinggal jenggotmu itu belum di bersihkan!" celetuk Tante Nurma melihat gaya style Rizki."Aduh Tante, kalau Iki bersihkan nanti penyamaran Iki ke
"Tuh lihat kan Bu, mereka menganggap kita tidak ada, buat apa toh meladeni mereka, sebentar lagi Bu, tinggal menghitung waktu Bu, dan kita lihat apakah mereka bisa tertawa dengan riang seperti itu ketika tahu kalau mereka menghadiri pesta pernikahan Ayu dan Rizki," jawab Pak Sugimin santai."Oh ya Ngga di mana orang tuamu kenapa nggak ikut ke sini?" tanya Pakdhe Sukirman dengan suara yang sengaja dikeraskan."Biasalah Pah namanya juga orang pebisnis sibuk bersama Pak Aldi," jawabnya dengan bangga."Papah salut sama kamu Rangga, terima kasih loh sudah mengajak kami dengan gratis nggak di pungut biaya sepeser pun," sahut Pakdhe Sukirman dengan nyaring agar terdengar oleh Pak Sugimin.Namun Pak Sugimin dan Bu Yati, Ayu dan Rizki menanggapinya dengan santai, mereka sedang duduk manis menikmati teh hangat sambil membaca ayat-ayat suci Alquran di aplikasi ponsel mereka.Bahkan Ayu dan Rizki memadu kasih, saling menyuapi layaknya sepasang pengantin baru tanpa menghiraukan sekitarnya."Tuh l
Namun tiba di sebuah butik Bu Yati melihat gamis berwarna pink Tosca, kainnya halus dan lembut, modelnya sangat sederhana namun setelah dilihat harganya Bu Yati langsung keluar dari butik itu.Bukan Rizki kalau tidak tahu keinginan Ibu mertuanya. Rizki lalu menahan Bu Yati dan menggiringnya masuk kembali ke butik itu."Ngapain kita ke sini lagi Ki, Ibu hanya lihat-lihat saja, nggak pingin beli kok!""Kalau Iki yang beli in Ibu bagaimana, mau ya Bu, kalau nggak mau berarti Ibu masih menganggap Iki orang luar!" ucapnya sedikit memohon."Ibu suka yang ini!" tanya Rizki."I-iya Ki, tapi harganya mahal banget, cukup buat kami makan sebulan Ki!""Mbak tolong antar kan mertua saya mencoba pakaian ini dan tolong carikan yang lain yang cocok dengan tubuh mertua saya.""Baik Bos Rizki!""Mari Bu, saya antar ke kamar ganti!" ucap seorang pegawai butik itu dengan ramah."Kamu kenal dengan mereka jangan bilang ini butik Iki juga!" tanya Bu Yati bingung.Rizki tersenyum mendengar ucapan mertuanya i
Lima bulan kemudian ....“Bagaimana sudah ada tanda-tandanya belum?” tanya Bu Yati kepada Ayu yang masih kelihatan santai, karena belum ada kontraksi apa pun.“Belum ada Bu, terus Ayu nggak ada rasa kontraksi gitu seperti kram atau sakit perut, kenapa ya Bu?” tanya Ayu balik namun masih terlihat santai.“Mungkin sebentar lagi, biasa gitu kadang perkiraan dokter atau bidan biasanya meleset dari hari yang ditentukan!” jelas Bu Yati tersenyum. “Oh gitu!”“Nonton sini saja, temani ibu sebentar, mau lihat berita dulu siapa tahu ada berita yang menarik,” celetuk Bu Yati yang sudah berada di ruang tengah.“Iya, Bu!”“Belum juga bokong Ayu mendarat di sofa empuk, tiba-tiba tanpa sengaja Ayu dan Bu Yati melihat dan mendengarkan berita di televisi bahwa ada empat narapidana kabur atau melarikan diri dari penjara dini hari tadi pagi dan betapa terkejutnya di antaranya adalah Wisnu.Seketika wajah Ayu tegang dan jantungnya pun memompa dengan cepat, Ayu langsung mengalami kontraksi.“Bu, Bu sak
Pak Aldi memandang sahabatnya dengan kesedihan. Beliau tidak menyangka kalau akhirnya seperti ini.Hanya balas dendam yang tak berujung membuat mereka saling berjauhan, menciptakan jarak diantara mereka.“Assalamu’alaikum!”“Apa kabar kamu Fauzi, lama kita tidak pernah mengobrol seperti ini, tetapi malah kamu terbaring tidak berdaya di rumah sakit ini,” ucap Pak Aldi sendu.“Aku tidak pernah membayangkan kalau Wisnu adalah anak kandungmu bersama Kania, mengapa kamu lakukan ini Zi, aku tahu kamu orang baik, aku tetap akan menjadi sahabatmu, aku tidak pernah membencimu!” jelasnya lagi.Tiba-tiba mata sayup itu perlahan-lahan terbuka dan Pak Fauzi menangis saat melihat Pak Aldi sudah ada berada di sampingnya. Tangan Pak Fauzi pun ingin memegang tangan Pak Aldi, lalu mengeluarkan suara parau namun jelas “MAAF” dengan bibir bergetar.Tangan itu semakin erat memegang tangan Pak Aldi dan ucapan kata Maaf selalu dia ucapkan di akhir-akhir napasnya secara berulang-ulang.“Pak Aldi, kenapa pap
“Kalau begitu kami pamit dulu, Assalamua’alaikum! ”ucap Tante Nurma.“Wa’alaikum salam! “sahut Pak Sugimin.Wisnu yang di gebrak oleh polisi di rumahnya, meronta-ronta, dia tidak bisa menerima kenyataan kalau dia kalah dari Rizki.Sebagian warga pun melihat aksi para polisi mengamankan Wisnu yang tangkap dengan tangan di borgol, warga tidak menyangka jika seorang Wisnu tega ingin menghabisi ayah kandungnya sendiri.Entah dari mana masalah ini cepat tersebar tiba-tiba ada saja wartawan yang mencari berita hangat tentang keluarga Wiranata.“Akan ku balas kalian, kamu belum menang Rizki, jika kau tidak bisa mendapatkan Ayu, kamu juga tidak boleh mendapatkannya!”“Kalian tunggu saja pembalasanku!”“Kamu Rizki, terutama kamu yang akan aku bayangi selama kamu tidak mau melepaskan Ayu, untukku hahaha ...!” ucap Wisnu mengancam.“Baik Wisnu, aku tunggu kamu sampai di mana nyalimu sama dengan perbuatanmu!” gertak Rizki kepada Wisnu.“sudah nanti saja berdebatnya kalau sudah di kantor polisi!”
Wajah Pak Fauzi datar tidak ada ekspresinya, namun tiba-tiba dia tertawa terbahak-bahak seperti orang nggak waras.Membuat mereka menjadi bingung dengan tingkah laku Pak Fauzi.“Hahahaaha ... Aldi-Aldi kamu memang dari dulu sangat polos bin lugu, kamu itu terlalu gampang memaafkan orang lain!”“Kamu terlalu naif Aldi, kamu selalu mempercayaiku padahal akulah yang menjadi dalang kehancuranmu hahaha...” tawanya lagi.Wisnu suruh Aldi tanda tangan semua berkas untuk pengalihan harta warisan sebagai penebus nyawanya!”“Kamu tidak ingin kan mati sia-sia di sini?” tanya Pak Fauzi lantang.“Saya tidak akan memberikan sepeserpun kepada kalian, semua yang saya dapatkan adalah murni dari kerja keras saya, lebih baik saya sumbangkan ke yayasan kalau kalian mengambilnya secara paksa!” Rizkiansyah Wiranata adalah pewaris tunggal kerajaan bisnis saya, karena dia darah daging saya, bukan kamu Wisnu!”“Kamu hanya anak angkat bukan anak kandung saya, lagian kamu mempunyai orang tua yang masih lengkap
Sementara di kediaman rumah Wisnu.Pak Aldi yang masih dalam keadaan pingsan dan terikat di kursi berada di ruang tengah. Sedangkan Wisnu menempatkan Ayu di sebuah kamar pribadi miliknya dan Bu Yati di kamar lain juga.Wisnu mengikat kedua tangan dan kaki Ayu dengan kencang di kursi kayu.Ayu masih dalam keadaan tak sadarkan diri karena masih dalam pengaruh obat bius.Ruangan kamarnya pun telah dihiasi oleh harumnya bunga mawar putih yang merupakan kesukaan Ayu. “Rahayu Wulandari, nama yang cantik sesuai dengan wajahmu yang tidak bosan aku memandangmu dengan secantik bunga mawar ini.”“Rizki itu tidak pantas untuk mendapatkan kamu, Yu!”“Saat Rizki mengatakan kalau dia menemukan tambatan hatinya dan memberikan foto kamu untuk pertama kali aku sangat menyukaimu,” ucapnya penuh semangat.Tak lama kemudian Ayu siuman dari pingsannya dan kepalanya mulai pusing dan dia pun terkejut tangan dan kakinya sudah terikat di kursi dan memandang sekeliling dengan penuh rasa heran.“Selamat datang
“Bagaimana ini Pak, Hei kalian kenapa menjaga istri dan mertuaku kalian tidak bisa, apa kerja kalian?” tanya Rizki marah.“Sudah Nak Iki jangan marah-marah, ini bukan mereka yang salah tetapi ini adalah rekayasa Bapak,” jawab Pak Sugimin tenang.“Maksud Bapak, bagaimana?” tanya Rizki bingung.“Maksudnya Bapak sebenarnya memang ini rencana nya kami, agar dapat mengetahui jejak Wisnu. Ayu sudah kami pasangkan alat perekam suara agar kami tahu tempat mereka membawa Ayu,” jelas Ridho kepada Rizki.“Kenapa harus melibatkan Ayu, Wisnu sangat menyukai Ayu Pak, aku nggak rela Ayu menjadi milik Wisnu sampai kapan pun!” sahut yang masih tersulut emosi.“Iya Bapak paham Ki, tetapi menurut Bapak ini adalah salah satu cara agar masalah ini selesai dan kalian dapat hidup dengan tenang tanpa ada orang lain yang ingin merusak kehidupan kalian lagi,” jelas Pak Sugimin berusaha membuat Rizki mengerti.“Baiklah kalau menurut Bapak itu lebih baik.”“Sekarang bagaimana selanjutnya, apa yang akan kita laku
“Eh ada Nak Rizki, bagaimana keadaan Bu Salwa sekarang Ibu harap tidak ada yang serius, ”tanya Bu Yati khawatir.“Alhamdulillah, Bu tidak apa-apa sudah di tangani dokter sekarang lagi istirahat dan di temani oleh Mbok Sum,” jelas Rizki sembari melihat ke arah Rangga yang duduk di lantai dengan keadaan kacau.“Sayang, kenapa dia ada di sini, apa yang dia lakukannya?” tanya Rizki kepada Ayu.“Ayu yang panggil Mas Rangga, Bang!”“Buat apa kamu memanggil dia?”“Mas Rangga ternyata belum tahu kalau Wisnu itu saudara tirinya, makanya dia shock, apalagi Tante Tania bilang kalau itu memang benar,” jelas Ayu yang merasa iba dengan Rangga.Rizki lalu menghampiri Rangga yang duduk di lantai dengan wajah berantakan dan masih terdengar suara usak tangis dalam diri Rangga.Rizki ikut duduk di lantai dan memperhatikan Rangga.Hidup itu aneh Bro, mungkin kamu masih ingat pertama kali kita bertemu, kamu selalu membanggakan diri kamu kalau kamu adalah yang terbaik, tetapi kenyataannya kamu hanya seoran
Melangkahkan kakinya dengan cepat agar Lia maupun mertuanya tidak melihat dirinya yang pergi ke kamar Ayu.Setelah sampai di kamar Ayu, Rangga pun langsung masuk karena sudah di tunggu kedatangannya oleh mereka.“Katakan apa mau kalian dariku?” tanya Rangga sinis.“Silakan duduk dulu Nak Rangga!” ucap Bu Yati ramah.“Cepat katakan apa mau kalian, aku tidak punya waktu banyak untuk kalian!” jawabnya masih sinis.“Aku hanya ingin tahu seberapa dekat kamu dekat Pak Fauzi? ”tanya balik Ayu.“Buat apa kalian menanyakan hal itu?” tanya balik lagi Rangga.“Apakah kamu sudah tahu kalau Papah Aldi di culik oleh Wisnu?” Seketika raut wajah Rangga berubah terkejut mendengar Pak Aldi di culik oleh Rangga.“Buat apa Wisnu menculik Pak Aldi?”“Apa maksudmu, apa hubungannya denganku?”“Sebenarnya apa yang ingin kalian bicarakan denganku?” tanyanya bingung.“Jika hanya basa basi seperti ini lebih baik aku pergi saja, membuang-buang waktu aku saja kalian!” hardiknya.“Aku tidak tahu apa-apa tentang p
@Pak Sugimin{Ada apa Ki, apa yang terjadi tolong ceritakan sama Bapak}@Rizki{Wisnu Pak, sudah tahu rencana kita buktinya dia berhasil menculik Papah, dan gara-gara dia Mamah pingsan tidak sadarkan diri, sekarang Iki menuju rumah sakit dulu Pak}{Iki bingung Pak, apa yang harus Iki lakukan }{Mbak Linda juga susah di hubungi ke mana mereka, tidak ada yang bisa membantu Iki, Pak}@Pak Sugimin{Siapa bilang tidak ada yang membantu kamu, ada Allah kamu lupa itu. Allah tidak akan menguji umat-Nya diluar batas kemampuannya}{Semua akan baik-baik saja Ki}{Tante Nurma dan Mbak Linda mu sedang sibuk, mereka Bapak tugaskan untuk menjemput Ibu Kania di rumah sakit jiwa}{Bapak juga sudah dalam perjalanan ke kota, karena firasat Bapak mengatakan kita harus bertindak cepat makanya mereka berdua Bapak tugaskan, barusan Bapak bicara dengan Bu Nurma kalau dia sudah berhasil membawa pergi ibu Kania ke tempat yang aman}@Rizki{Maksud Bapak Tante Nurma sudah berhasil membawa Ibu Kania keluar dari r