"Sudah selarut ini, Pa. Apa tidak ada kabar terbaru dari Hany," ujar Bu Rani seraya bersandar di bahu suaminya.
"Sabar, Ma … sementara belum. Mudah-mudahan saja dia selamat." Pak Tomo mengusap punggung istrinya. Pikirannya menerawang entah kemana.
ššššš
"Mas, nanti kalau kamu di penjara gimana?" Dewi menarik nafas panjang, kemudian menghembuskannya.
"Kamu harus nungguin aku, paling juga nggak lama aku di penjara." Tama berpikir kalau Reyhan dan Hany sebagai kunci kejahatannya memang sudah mati. Sehingga leluasa memberi keterangan palsu pada polisi. Dia pikir, polisi sebodoh itu, tidak menyelidiki semua orang yang terlibat, termasuk tukang ojek yang juga menjadi saksi.
POV HANYSaat ini Papa tengah kebingungan mencari pengganti Reyhan untuk sementara waktu. Jabatan Manajer sudah di isi oleh Aldo Kakak Shela. Sedangkan jabatan direktur, Papa masih bingung ingin menunjuk siapa untuk menggantikan posisi Mas Reyhan sementara waktu.Mas Reyhan, aku tersenyum kala memanggilnya dengan sebutan 'Mas. Bukan apa, biasanya aku dan dia itu 'kan seorang teman, jadi sedikit canggung.Sudah hampir sebulan aku di rumah sakit menemani suamiku tercinta dengan penuh kesabaran. Entah kapan Mas Reyhan dibolehkan untuk pulang. Luka di tubuhnya sudah mulai membaik. Hanya wajah tampan suamiku sekarang sedikit rusak. Tapi, seperti apapun keadaannya, aku tetap mencintainya setulus hati, jiwa dan raga. 'Tuhan, aku sangat mencintai suamiku.'"Sayang," panggiln
POV HanySampai di kamar aku langsung membantu Mas Reyhan untuk duduk di ranjang. Setelah itu, aku menyalakan AC lalu membuka bajunya dan mengelap tubuhnya."Maafin ucapan Tante Mirna dan Tante Rina ya? Mereka emang kayak gitu," ucap Mas ReyhanAku hanya mengangguk dan tersenyum padanya "Enggak apa-apa, Mas selama Mama dan kamu enggak pernah permasalahin aku, aku santai aja kok menghadapinya. 'Kan yang terpenting kamu, mama, dan papa. Peduli apa dengan mereka," balasku seraya memakaikan baju Mas Reyhan."Iya, dari dulu mereka emang yang paling suka ikut campur urusan keluarga.""Aku jadi kaya anak kamu ya? Kamu yang ngurus, sabar banget," ucapnya seraya menatap mataku. Lalu tersenyum, namun senyum itu seakan senyum untuk menutupi kesedihannya.
POV HanyHari ini aku sengaja bangun lebih pagi. Selepas shalat subuh, aku langsung berbenah. Disaat semua orang masih terlelap, aku sengaja membereskan rumah. Menyapu, mengepel hingga membuat sarapan.Tepat pukul 07.00 selesai semuanya. Nasi goreng cumi plus pete sudah tersedia apik di meja makan. Kebetulan, melihat ada Pete menganggur, jadi tidak ada salahnya kumasukkan dalam nasi goreng.Semoga saja mereka suka. Kalau aku jangan ditanya. Sangat favorit dengan makanan satu itu. Kini tinggal aku yang bersiap-siap untuk pergi ke kantor."Waduh, rumah udah rapi. Sarapan juga udah siap. Ini semua kamu yang ngerjain, Han?" tanya Mama yang langsung mengambil air din
Rangga terus menatap Hany, mencuri pandang ke arahnya. Memperhatikan Hany yang sibuk bekerja. Seakan telah mampu menyerap ilmu dari Linda meski baru belajar beberapa hari, Hany sangat terlihat tenang dan cerdas.Rangga sendiri masih teringat kejadian makan siang tadi. Saat mengusap sisa nasi di bibir Hany. Reflek ia melakukan itu tanpa disengaja. Membuat Hany tersentak dan segera menepis tangan Rangga."Ah, kenapa aku mengagumi istri, Reyhan? Gila! Ini nggak boleh terjadi." Rangga terus menepis pikiran jelek di dalam hatinya. Ada rasa ingin mengajak Hany berselingkuh kalau saja perempuan itu mau. Namun, itu hanyalah sebuah rasa gila yang dia pendam sendiri di dalam hatinya."Ngapain sih, Rangga merhatiin aku. Bikin risih aja," ucap Hany dalam hati. Namun, dia berpura-pura tidak tahu kalau Rangga tengah memperhatikannya. Dia pun teru
Terlihat Reyhan tengah termenung di teras setelah lelah bermain dengan anak sambungnya. Shela dan Riska yang pulang lebih dulu, menyapa Reyhan."Ris," panggil Shela seakan memberi kode pada Riska. Riska segera masuk ke dalam sedangkan Shela menemani Reyhan duduk.Tak lama, Riska datang dengan membawa tiga gelas ice matcha. Shela dengan sengaja memanjangkan kakinya hingga membuat Riska tersandung dan seketika minuman yang dipegangnya tumpah. Untung hanya sedikit yang mengenai pakaian Reyhan. Entah sengaja atau tidak, Riska langsung meraih tisu duduk di pangkuan Reyhan untuk mengeringkan baju Reyhan."Aw," lirih Reyhan. Bukan memekik karena Riska membasahi sedikit pakaiannya, tapi karena Riska menduduki pahanya."Maaf, maaf, Rey. Aku nggak sengaja," ucapnya dibuat pani
POV RiskaAku mau masuk ke rumah ini memang sengaja supaya bisa kembali mendapatkan hati Reyhan. Dengan cara apa aku melakukannya? Tentu dengan membuat mereka salah paham. Tak ada cara lain. Yang pasti aku akan terus maju tanpa goyah membuat keduanya terpisah. Menyesal aku telah membuang Reyhan dulu. Menyesal kemudian? Tepatnya memang seperti itu.Pagi ini, aku telah berhasil menciptakan kerusuhan diantara keduanya. Hem… bukan pagi ini, lebih tepatnya tadi malam. Aku dan Shela kompak memperlihatkan foto Rangga yang menyentuh bibir Hany, dalam foto itu Rangga tersenyum sedang Hany menatap lekat matanya. Aku yakin, suami manapun pasti akan merasa hatinya panas!Ehem, bukan hanya itu, foto mesra saat Rangga menangkap Hany pun kuperlihatkan padany
POV Hany"Mas lepasin aku, sakit!" pekiku pada Mas Reyhan karena tak mampu lagi aku menahan emosi. Beberapa kali melihatnya hanya diam saja saat disentuh oleh Riska. Apa maksudnya dia berbuat seperti itu."Apa-apaan kamu ini bikin malu saja!" bentaknya. Aku tak peduli kupukuli dadanya sebagai bentuk perotes dan perlawanan. "Aku bikin malu, kata kamu, Mas?!""Kamu salah paham!" teriaknya."Bela aja terus bela!" Aku tak kalah membentak. " Istri mana yang tak cemburu melihat suaminya bermesraan dengan perempuan lain dan si suami itu hanya diam saja!" berangku seakan hilang kendali.
Dua minggu berlalu, sejak hari itu, hubunganku dan Mas Reyhan semakin merenggang. Aku selalu dipenuhi rasa curiga. Bukan tanpa sebab, kekhawatiran itu terjadi karena Riska kini benar-benar telah menjadi sekretaris Mas Reyhan. Itu juga yang membuatku terkadang diam-diam pergi ke kantor Mas Reyhan sekedar menyelidiki hubungan mereka karena akhir-akhir ini, Mas Reyhan dan Riska terlihat semakin dekat.Rasa takut dan terauma dalam diri ini memang membuatku kerap kali berkata kasar dan yang pasti selalu memicu pertengkaran hebat diantara kami. Entah kenapa Mas Reyhan kini tak pernah mau lagi mendengar atau bahkan percaya dengan ucapanku. Aku tak tahu apa yang membuat Mas Reyhan selalu membela Riska dibanding aku. Dia selalu berkilah kalau Riska tak pernah menggodanya. Pada akhirnya aku juga yang mengalah dan mencoba percaya dengan ucapannya. Karena yang selalu Mas Reyhan katakan adalah sikapku terlalu posesif