Home / Romansa / Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini / Bab 47. Lebih dari Sebuah Rasa Perhatian

Share

Bab 47. Lebih dari Sebuah Rasa Perhatian

Author: Te Anastasia
last update Last Updated: 2024-08-07 09:51:18

Suara ketukan pintu berkali-kali di luar, seperti sebuah trauma mendalam bagi Elizabeth. Ia takut bila yang datang adalah Evan.

Gadis itu baru saja berbaring setelah meminum obatnya. Namun, mendengar suara pintu rumahnya yang terketuk membuat Elizabeth urung beristirahat.

"Elizabeth... Kau ada di rumah, kan? Elizabeth...!"

Suara itu, suara milik Daniel. Seketika Elizabeth langsung turun dari atas ranjang kamar di lantai satu.

Gadis itu berjalan ke depan dengan cepat. Pintu kayu berwarna putih terbuka, dan benar kalau Daniel lah yang muncul.

"Daniel," lirih Elizabeth menatapnya.

Laki-laki itu selalu tersenyum seperti biasa, dia mengangkat kedua tangannya menunjukkan paper bag yang dia bawa saat ini.

"Aku membawakanmu makan siang," ujarnya.

"Ya ampun Niel, jangan begini setiap hari. Aku juga memasak, kok," ujar gadis itu membuka pintu rumahnya lebar-lebar.

Daniel tak menghiraukannya dan tetap berjalan ke dalam rumah, meletakkan paper bag yang dia bawa.

Di atas meja kayu di ruan
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Ira siregar
hutang nyawa apa si Evan sama si nenek sihir itu??
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
semoga segera terbongkar
goodnovel comment avatar
Sumyati Al-husaerie
gercep dong thor nanti para pembaca jadi mles bacanya .. ......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 48. Kedatangan Exel dan Papa Arshen

    Setelah pulang makan malam di kediaman orang tuanya, Evan memikirkan apa yang selama ini sering Exel adukan padanya, yaitu tentang sikap Clarisa saat bersama putranya. Evan tergerak melangkah menuju kamar Exel, ia membuka pelan pintu kayu di depannya dan melihat putranya yang tengah bermain sendirian. "Exel..." Evan memanggilnya dan masuk ke dalam sana. "Papa!" Anak itu langsung berdiri dan berjalan ke arahnya. "Papa mau ke mana?" Evan mengangkat tubuh mungil Exel yang kini terlihat lebih kurus. "Papa tidak ke mana-mana, Papa ingin berbincang dengan Exel," jawab Evan kembali menutup pintu kamar Exel dan berjalan turun ke lantai satu. Anaknya itu tersenyum merengkuh leher Evan dan menyandarkan kepalanya di pundak. Mereka berdua masuk ke dalam ruangan kerja Evan. Di sana, Evan duduk dan memangku Exel yang sibuk mengambil bolpoin dan kertas di meja kerja Papanya, tangan kecilnya sigap mencoret-coret kertas. Evan mengecup pucuk kepala si kecil penuh kasih sayang. "Sayang, Papa ing

    Last Updated : 2024-08-07
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 49. Kerinduanku Telah Terobati

    "Exel juga kangen sama Mama, kenapa Mama tidak pulang-pulang, Ma..." Anak itu langsung meminta gendong pada Elizabeth setelah gadis itu mempersilakan Papa mertuanya masuk ke dalam rumah. Arshen duduk di kursi ruang tamu. Ia memperhatikan cucunya yang menunjukkan sisi manja pada Elizabeth. Ekspresi Exel kini tidak lagi murung dan cemberut seperti sebelum-sebelumnya. "Sekarang lega kan, Exel sudah bertemu dengan Mama?" sahut Arshen terkekeh. "Iya Opa, senang sekali. Emmm, Mamaku..." Anak itu duduk nyaman dalam pangkuan Elizabeth dan memeluknya erat. Elizabeth terkekeh gemas, ia mengecupi pucuk kepala putranya berulang kali sebelum beralih menatap Papa mertuanya. "Papa, apa kabar? Maaf ya, Pa, cukup lama Elizabeth dan Papa tidak bertemu," ujar gadis itu sedikit menundukkan kepalanya. Arshen hanya tersenyum, laki-laki itu melihat tidak ada yang berubah dari Elizabeth. Tuturnya masih santun dan ia selalu menghormatinya. "Kabar Papa baik, Elizabeth. Papa ke sini ingin mengantarkan E

    Last Updated : 2024-08-08
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 50. Exel-ku Sayang, Exel-ku Malang

    Sudah beberapa hari ini, Exel dan Elizabeth menghabiskan waktu di rumahnya yang sederhana. Tentu saja tanpa sepengetahuan Evan. Pertemuan rahasia itu hanya diketahui oleh mereka berdua dan Arshen saja. Hari sudah cukup sore saat Arshen datang menjemput cucunya. Kedatangan sang Opa membuat Exel cemberut kesal. Anak itu langsung memeluk Elizabeth erat-erat dan bersembunyi di balik tubuh Mamanya. "Opa kenapa jemput Exel sih? Exel masih mau main sama Mama!" pekik anak itu marah seperti biasa. "Ya besok lagi dong, sekarang harus pulang dulu." Arshen menjawabnya seraya duduk di kursi. Exel memasang wajah protes, hal ini membuat Elizabeth tersenyum. Gadis itu menangkup kedua pipi Exel dengan lembut. "Sayang, hari ini pulang dulu sama Opa. Besok pulang sekolah ke sini lagi, okay?" Elizabeth mengecup kening Exel. "Heumm, Opa nakal... Exel padahal masih ingin sama Mama." Arshen menghela napasnya panjang dan memberikan waktu pada Exel untuk bersama Elizabeth lagi. Perhatian dan kasih sa

    Last Updated : 2024-08-08
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 51. Kecurigaan Evan pada Clarisa

    Suara bariton seorang laki-laki itu mengejutkan Clarisa, sontak saja ia langsung menoleh ke belakang dengan wajah terkejut luar biasa. Seperti tertangkap basah, Clarisa panik dan gugup dengan apa yang harus dia lakukan kini. Tapi ia segera menguasai diri. Wanita itu tersenyum lembut sembari mengelus kepala Exel, seolah tidak ada apapun yang terjadi di antara mereka. "Oh... aku hanya sedang menenangkan anakku," kilahnya dengan lihai. “Jangan menangis lagi ya, Sayang. Nanti Mama belikan mainan yang baru untukmu,” kata Clarisa dengan nada lembut. Tangannya mengusap pipi Exel yang basah oleh air mata."Exel mau ikut Paman!" seru Exel menepis tangan Clarisa saat itu juga. Sedangkan laki-laki berpakaian formal bertubuh tinggi tegap itu masih berdiri di sana memperhatikan mereka. Dia adalah ajudan pribadi Arshen Collin, yang sedang ditugaskan menjemput Exel. "Paman..." Exel menangis berlari menjauh dari Clarisa dan berlari ke arah laki-laki itu. "Tuan Kecil, kenapa menangis?" tanya lak

    Last Updated : 2024-08-09
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 52. Menemani untuk Semalam

    Elizabeth terkejut saat Exel datang dalam keadaan menangis sampai ketakutan. Bahkan hingga satu jam ini, Elizabeth masih menggendongnya. Anak itu belum bercerita apapun, dan Elizabeth berusaha membuat putranya untuk tenang lebih dulu. "Mama, Exel mau di sini terus sama Mama. Exel tidak mau pulang," bisik anak itu merengkuh erat leher Elizabeth. "Kenapa Sayang?" Elizabeth mengelus punggung kecil anak itu. "Kalau Exel tidak pulang nanti Papa marah, Nak." Exel kembali merengek dan mengeratkan rengkuhannya. Elizabeth pun berjalan mendekati kursi kayu di teras, ia merasa kakinya lelah setelah cukup lama menggendong Exel, hingga gadis itu memilih untuk duduk. Senyuman manis terukir di bibir Elizabeth, ia menarik tubuh Exel dan meminta anak itu untuk melihatnya. "Exel sayang Mama," ucap anak itu menatap Elizabeth dengan kedua mata yang sembab. "Mama juga sayang sekali sama Exel," jawab Elizabeth mengelus pipi putih putranya. "Exel kenapa menangis? Kenapa takut seperti ini, hem?" Anak

    Last Updated : 2024-08-09
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 53. Evan Berpihak Berpihak pada Istrinya

    Usai dari kediaman Elizabeth, kini Evan kembali pulang ke kediamannya sendiri. Laki-laki itu berjalan masuk ke dalam rumah, ia melepaskan tuxedo hitamnya dan duduk diam di ruang tamu sebelum Jericho tiba-tiba muncul. "Tuan, di depan ada Nona Clarisa," ujar Jericho. Mendengar nama Clarisa yang diucapkan oleh ajudannya, seketika Evan terdiam, ia mulai teringat isak tangis Exel yang ketakutan. Sampai akhirnya pintu depan terbuka dan wanita cantik itu berambut panjang bergelombang itu masuk ke dalam rumah, Clarisa berjalan menghampiri Evan. "Loh, Evan... Anak kita mana?" tanya Clarisa menanyakan Exel. Evan menoleh ke arahnya sekilas sembari menggulung lengan panjang kemeja putih yang dia pakai. "Exel bersama Elizabeth, aku meminta Elizabeth menemaninya malam ini," jawab Evan dengan wajah tenang. "Be-bersama Elizabeth?!" tanya wanita itu dengan nada tak percaya. Dan Evan menanggapinya hanya dengan anggukan kepala. Hal ini membuat Clarisa merasa kebingungan, apalagi saat raut wajah

    Last Updated : 2024-08-10
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 54. Hilang Kepercayaan Elizabeth pada Evan

    Keesokan hari saat pagi tiba, Elizabeth menjadi orang yang menyambut Exel saat anak itu bangun tidur. Exel merasa sangat bahagia semalaman dia bisa tidur dipeluk oleh Mamanya. Kini Exel masih digendong oleh Elizabeth sembari menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. "Exel masih mau di sini ya, Ma, nanti kalau ada Papa bilang saja Exel masih tidur," ujar anak itu sembari terkikik geli memeluk leher Elizabeth. "Iya Sayangku," jawab Elizabeth mengecup pipi Exel yang harum. Di saat mereka sibuk menyiapkan sarapan, tiba-tiba pintu utama rumah Elizabeth terketuk. Mendengarnya, lantas Exel langsung buru-buru turun dari gendongan Elizabeth dan anak itu berlari bersembunyi karena takut kalau Papanya yang akan menjemputnya. Elizabeth terkekeh menatap si kecil, anak itu menatapnya sembari meletakkan jari telunjuknya di depan bibir. Dan Elizabeth pun bergegas berjalan ke depan. Namun kali ini perasaannya tiba-tiba menjadi tidak nyaman. Gadis itu membuka kunci dan menarik gagang pintu, sebelum

    Last Updated : 2024-08-10
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 55. Dia yang Selalu Ingin Melindungi Elizabeth

    Evan menatap Elizabeth selama beberapa saat, menelusuri wajah cantiknya yang diselimuti keseriusan. Merasa tak bisa melunakkan amarahnya, Evan lantas melangkahkan kakinya meninggalkan rumah Elizabeth. Laki-laki itu pun berjalan keluar menuju gerbang depan. Namun, langkahnya terhenti saat ia berpapasan dengan Daniel yang nampak sama terkejutnya saat dia melihat keberadaan Evan di kediaman Elizabeth. Dengan wajah dingin dan sorot mata tak suka, Evan menghadang langkah Daniel dengan sengaja. "Menyingkirlah!" ucap Daniel menatap Evan dengan tak kalah tajam. "Apa yang kau lakukan sepagi ini di rumah wanita yang sudah bersuami, huh?" tanya Evan sedikit berdesis. Mendengar pertanyaan yang Evan lontarkan membuat Daniel tertawa sumbang, sebelum akhirnya laki-laki itu menatapnya sengit. "Bukankah wanita bersuami yang kau sebut itu sudah mengajukan surat cerai? Tapi apa yang malah dilakukan suaminya itu? Dia malah menahannya seperti seorang pengecut!" balas Daniel tersenyum simpul di satu

    Last Updated : 2024-08-11

Latest chapter

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 465. (EXEL STORY) Waktu Berjalan Cepat, dan Calon Bayi Kembarku

    Beberapa Bulan Kemudian...Hari-hari berlalu dengan sangat baik. Tak terasa waktu berjalan dengan cepat dan sangat mengesankan tiap harinya.Tak lama lagi, Hauri dan Exel akan menjadi orang tua. Mereka sangat bahagia saat tahu kalau anak yang sedang Hauri kandung ternyata ada dua bayi. Meskipun telah dinyatakan sembuh sejak beberapa bulan lalu, tapi Exel menjadi suami siaga untuk Hauri yang sebentar lagi akan melahirkan, hingga tinggal menghitung hari demi hari. "Jangan jalan jauh-jauh, Sayang ... nanti kau bisa kelelahan! Ingat kata Dokter Lilian, kau harus banyak istirahat," ujar Exel pada istrinya. "Iya. Masa jalan dari ruang tamu ke dapur saja kau mengomeliku," protes wanita cantik yang kini berdiri di belakang Exel sembari memegang perut besarnya. Exel terkekeh. Laki-laki itu kini tengah membuatkan susu untuk Hauri, sementara semua urusan rumah yang lainnya, pembantu mereka yang menangani. "Sudah, ini susunya. Cepat diminum dan dihabiskan," bujuk Exel menyerahkan segera susu

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 464. (EXEL STORY) Peran Seorang Mama

    Tak ada yang bisa membujuk Pauline sama sekali. Baik Exel maupun kedua orang tuanya, hingga mereka semua menyerah dan membiarkan Pauline melakukan apapun yang dia sukai. Exel juga berpesan pada Mama dan Papanya untuk tidak memarahi adiknya bila terjadi sesuatu. Karena malam ini, Exel kembali pulang ke rumahnya. "Kasihan sekali Pauline ... aku memintanya besok untuk datang ke rumah kita. Siapa tahu dia mau," ujar Hauri. Exel mengangguk. "Aku rasa juga begitu. Semoga saja dia mau," jawabnya. Sepanjang perjalanan, Hauri bercerita ini dan itu. Gadis itu juga tidak henti-hentinya mengatakan kalau ia sangat mencemaskan adik iparnya. Exel pun memahami perasaan itu. Namun ia menganggap kalau Pauline sudah besar, pasti dia bisa menyelesaikan permasalahannya sendiri. Jadi, Exel lebih fokus pada Istrinya dan juga pada rumah tangga mereka berdua. "Sayang, kau ingin membeli sesuatu?" tawar Exel menoleh pada istrinya. "Tidak, aku tidak ingin membeli apapun," jawab gadis itu. "Mama tadi memb

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 463. (EXEL STORY) Luka Hati Adikku

    Hauri masuk ke dalam kamar Pauline. Di sana, ia melihat Pauline yang tengah sibuk dengan kanvas dan cat airnya. Entah sejak kapan gadis itu senang mengurung diri dan menyendiri. Pauline duduk di balkon kamarnya, hingga ia tidak tahu bila Hauri masuk ke dalam kamarnya. "Wahh ... cantik sekali gambaranmu, Pauline," puji Hauri tiba-tiba. Suaranya membuat Pauline sontak menoleh ke belakang di mana Hauri berdiri. Pauline tersenyum manis. "Kakak, sejak kapan Kakak di sana?" tanyanya. Hauri tersenyum tipis. "Sejak tadi. Pauline saja yang tidak tahu," jawabnya. "Sini, Kak." Perlahan Hauri melangkah mendekatinya. Ia duduk di samping Pauline yang masih meneruskan lukisannya. "Sejak kapan suka melukis? Kakak tidak pernah melihatmu suka melukis biasanya," ujar Hauri bertanya. Pauline tersenyum. "Sudah lama, Kak. Tapi memang tidak Pauline kasih tunjuk pada siapapun. Semua kanvasnya juga Pauline sembunyikan di dalam ruangan ganti," jawab gadis itu. Hauri terkekeh. "Pauline ... Pauline, k

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 462. (EXEL STORY) Apa yang Terjadi Dengan Pauline?

    Kabar kehamilan Hauri sudah terdengar oleh semua keluarga, bahkan beberapa teman Exel juga mengucapkan selamat pada mereka. Termasuk sahabat dekatnya, Heiner yang malam ini datang berkunjung ke rumah mereka membawakan beberapa makanan dan buah-buahan. Sejak dulu hingga kini, memang Heiner yang jauh lebih dekat dan perhatian. "Sekarang tinggal kau saja yang belum menikah, Heiner. Mau sampai kapan kau terus menyendiri?" tanya Exel pada sahabatnya itu. Heiner terkekeh. "Entahlah, tapi aku benar-benar menikmati hidupku saat ini," jawabnya."Saat waktunya tiba, jodohmu pasti juga akan datang, Heiner," sahut Hauri mendekati dua laki-laki itu membawakan cemilan dan juga buah-buahan. "Benar, Hau. Aku malah berpikir kalau aku ingin mendekati Pauline ... supaya aku merasakan, sepertinya enak juga menjadi menantu Keluarga Collin," ujarnya dengan percaya diri, sebelum sebuah bantalan sofa mendarat di wajahnya. Exel menatap tajam dan kesal. "Kalau kau ingin mendekati adikku, kau harus melawa

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 461. (EXEL STORY) Kita Akan Menjadi Orang Tua

    Pagi ini Hauri pergi ke rumah sakit ditemani oleh Exel. Tetapi, ia tidak pergi menemui Dokter William lagi, melainkan Hauri akan pergi ke dokter kandungan saat ini.Bersama dengan suaminya, Hauri baru saja menyelesaikan pemeriksaan. Mereka duduk menunggu hasil periksa dengan perasaan mendebarkan. "Nyonya pasti sering pusing dan mual akhir-akhir ini?" tanya dokter perempuan itu. Hauri mengangguk. "Iya dok, kemarin saat menghubungi Mama mertua saya, Mama meminta saya untuk langsung periksa," ujarnya. Dokter itu tersenyum. "Ya, memang seharusnya begitu, Nyonya," jawabnya. "Dan ... dari hasil pemeriksaan yang telah saya lakukan, Nyonya saat ini sudah mengandung berusia hampir lima minggu. Mungkin Nyonya tidak sadar saat Nyonya mengalami terlambat datang bulan." Hauri terdiam menggenggam erat tangan Exel. Laki-laki itu juga tercengang, tak percaya diselimuti kebahagiaan yang luar biasa. "Ja-jadi, istri saya hamil, dok?" tanya Exel dengan kedua mata berbinar-binar. "Benar, Tuan. Selam

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 460. (EXEL STORY) Sikap Istriku yang Manja

    Beberapa Minggu Kemudian....Suara hujan deras malam ini membuat suasana menjadi sangat dingin. Hauri, gadis cantik itu duduk di sofa di dalam ruang tamu seorang diri. Sementara Exel, suaminya berada di dalam ruangan kerjanya dan tampak sedang bertelfonan dengan rekan kerjanya membahas meeting siang tadi. "Dia selalu memprioritaskan pekerjaanmu daripada aku, sekarang. Apa dia sudah bosan padaku?" Hauri mengomel kesal. Ia memeluk bantalan sofa erat-erat. "Laki-laki sepertinya memang sangat tega." Lebih dari satu jam Hauri menggerutu dengan sikap Exel yang menyebalkan. Gadis itu marah dan kesal lantaran Exel tiba-tiba menerima meeting sore tadi, padahal Exel sudah berjanji mengajak Hauri jalan-jalan. Hauri yang sudah sangat senang pun ia menolak untuk dibohongi. Karena tak sekali dua kali Exel selalu mengajaknya pergi, tapi ujung-ujungnya selalu gagal. Tak lama kemudian, Exel keluar dari dalam ruangan kerjanya. Ia menoleh ke arah Hauri yang duduk di sofa dengan wajah kesal. "Say

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 459. (EXEL STORY) Keputusan yang Tepat

    Elizabeth sungguh mengunjungi Hauri pagi ini. Ia membawakan banyak cemilan dan juga makanan lainnya. Ditemani oleh Pauline yang juga ikut datang berkunjung bersama sang Mama. Kedatangan mereka disambut dengan senang oleh Hauri dan Exel. "Maaf ya, Ma, Hauri belum menyiapkan makanan apapun. Hauri bangun kesiangan," ujar gadis itu. "Iya, Sayang, tidak papa." Elizabeth tersenyum hangat. Pauline menatap sang Kakak ipar. "Kak Hauri seperti Pauline saja," ujarnya. "Semalam aku juga lembur karena tugas, Kak. Jadi tadi bangun kesiangan, mandi, bersiap sebentar terus langsung ke sini. Kalau Kak Hauri sibuk apa sampai bangun kesiangan?" Pertanyaan itu membuat Hauri merasa malu tiba-tiba. Sambil menyiapkan minuman di dapur, tanpa terasa pipinya merah mengingat semalam ia hanya menghabiskan sepanjang malam dengan suaminya. "Pauline, setiap orang itu punya kesibukan sendiri-sendiri. Begadang bukan hanya mengerjakan tugas, insomnia juga bisa," sahut Elizabeth menanggapi putrinya. "Emmm ... be

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 458. (EXEL STORY) Bagaimana Kalau Kita Punya Anak?

    "Aku rasa, aku tidak bisa berkumpul dengan para wanita seperti istri rekan kerjamu tadi, Sayang."Hauri menatap Exel yang kini melepaskan kemeja putihnya dan menoleh pada Hauri yang tengah duduk di tepi ranjang kamar mereka. "Bukan tidak bisa, hanya belum terbiasa," jawabnya. "Mereka semua awalnya bertanya tentang kesibukanku, lalu bisnisku, lalu sedikit bertanya-tanya tentang latar belakangku," ujar Hauri bercerita. Dengan iris mata hitamnya, Hauri menatap sang suami lekat-lekat. "Apa memang seperti itu, perbincangan para masyarakat kelas atas?" tanyanya. Exel terdiam sesaat. Laki-laki itu membalikkan badan dan berjalan mendekati sang istri. "Tidak semua. Buktinya Mama ... juga tidak seperti mereka, kan?" "Heem. Aku pikir orang yang aku temui semuanya akan seperti Mama, ternyata tidak." Exel menyahut kimono putih di atas ranjang dan tersenyum pada Hauri sebelum melangkah masuk ke dalam ruang ganti. Hauri mengembuskan napasnya panjang dan berbaring di atas ranjang. Sampai Exe

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 457. (EXEL STORY) Masyarakat Kelas Atas

    Setelah pertengkaran kemarin-kemarin, hubungan Exel dan Hauri kembali terjalin hangat. Exel benar-benar merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan pada istrinya. Malam ini, mereka berdua tampak bersiap-siap pergi. Exel mendapatkan ajakan makan malam bersama para rekan dan sahabatnya di sebuah restoran. Exel pun datang dalam acara itu bersama Hauri. "Sayang...." "Hm?" Exel menoleh menatap Hauri yang memeluk lengannya. "Kenapa?" "Apa temanmu ada yang sudah punya istri?" tanya Hauri."Ada. Ada beberapa dari mereka yang sudah menikah, sepertinya istrinya juga diajak. Nanti kau harus menyapa mereka, oke?" Exel tersenyum mengecup pucuk kepala Hauri. Gadis itu mengangguk. "Iya." Dengan balutan dress panjang berwarna merah, dibalut blazer hitam berbahan hangat, Hauri tampak cantik malam ini. Rambutnya yang sudah panjang sebahu pun tertata rapi dengan hiasan jepit mutiara. Bersama dengan Exel, mereka berdua masuk ke dalam sebuah restoran. Di sana, tampak seorang laki-laki melambaikan t

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status