Beranda / Romansa / Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini / Bab 153. Evan Menepati Janjinya pada Elizabeth

Share

Bab 153. Evan Menepati Janjinya pada Elizabeth

Penulis: Te Anastasia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-21 18:37:57

Evan menepati janjinya pada Elizabeth, sore ini dia berhasil membuat janji dengan seorang Brian Winston untuk bertemu di perusahaan besar milik laki-laki tua itu.

Kedatangan Evan disambut penuh hormat sebagai tamu yang cukup disegani oleh Brian.

Untuk sejenak, Brian menatap Evan dengan tatapan asing, mereka tak pernah bertemu sama sekali sebelumnya.

"Selamat sore, Tuan Winston," sapa Evan membungkukkan badannya memberi hormat.

"Selamat sore. Silakan duduk," balas Brian mempersilakan Evan untuk duduk di sebuah sofa abu-abu di dalam ruangan tersebut.

Mereka berdua pun duduk berhadapan. Brian mengerutkan keningnya menatap Evan, dia sekelebat seperti pernah melihat laki-laki ini.

"Maaf, apa kita pernah bertemu sebelumnya di sebuah pertemuan?" tanya Brian menatap Evan lekat-lekat.

Evan tersenyum tipis. "Belum Tuan, kita belum pernah bertemu sebelumnya," jawab Evan, sebelum dia mengulurkan tangannya pada laki-laki tua itu. "Perkenalkan, saya Evander Collin. Saya pimpinan perusahaan Z
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
good Evan...semoga berhasil
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 154. Keluarga yang Menyayangi Istriku

    Keesokan paginya, Evan yang berada di kediamannya, menatap Jericho yang berdiri di hadapannya menyerahkan beberapa berkas dan dokumen penting. "Bagaimana, Jer? Apa kau sudah berhasil menghentikan penyebaran berita kemarin?" tanya Evan menatap ajudannya. "Sudah Tuan. Saya dan James semalam langsung mendatangi gedung tempat di mana berita itu dibuat, dan kami sudah berhasil dan bersepakat untuk menghentikan penyebaran beritanya." Laki-laki dengan balutan tuxedo berwarna navy itu pun mengangguk kecil. "Bagus," jawab Evan singkat. Di tengah perbincangannya dengan Jericho, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Di mana James berdiri di sana menatap Evan dan Jericho. Laki-laki dengan balutan tuxedo hitam itu berjalan masuk ke dalam ruangan tersebut. "Maaf mengganggu waktunya, Tuan. Saya baru saja mendapat telepon dari kantor, ada tamu penting pagi ini yang ingin menemui Tuan terkait kerja sama perusahaan," ujar James menatap Evan. Alis tebal Evan langsung terangkat salah satu. "Br

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 155. Kegalauan Tuk Memberikan Kesempatan Kedua Kalinya

    Selama beberapa hari ini Elizabeth masih berdiam diri di rumah bersama Pauline. Sekalipun berita di media sosial sudah surut, bahkan sudah tidak ada lagi pesan notifikasi yang menghujatnya di media sosial. Elizabeth merasa sedikit lega, meskipun dia tidak tahu apakah ini semua Evan yang mengatasinya, atau dari Keluarga Winston sendiri?Elizabeth yang kini tengah melamun memikirkan hal itu pun, tiba-tiba lamunannya buyar saat ia mendengar suara Pauline. "Mama...!" teriak anak itu memanggilnya. "Iya Sayang, ada apa, Nak?" Elizabeth menoleh pada Pauline yang berjalan ke arahnya membawa ponsel milik Elizabeth. "Kenapa, Sayang?""Tadi bunyi, pasti dari Papa Daniel," ujar anak itu. Kening Elizabeth mengerut, dia mengangkat tubuh Pauline dan duduk memangkunya. Setelah Elizabeth mengecek siapa yang telah menghubunginya, dan ternyata benar dengan apa yang Pauline katakan, kalau yang menghubunginya benar-benar Daniel. "Daniel, ada apa?" gumam Elizabeth. Belum ia menghubunginya balik, tap

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 156. Pa, Mama Merindukan Papa!

    Beberapa hari kemudian. Sudah cukup lama Pauline tidak bertemu dengan Evan dan Exel, lantaran permasalahan yang terjadi, dan juga mungkin karena Evan yang sibuk. Pauline kini tengah merajuk pada Elizabeth. Sejak bangun tidur dia terus mencari-cari Evan dan Exel sambil terus menangis."Pauline mau sama Papa dan Kakak sekarang!" teriak anak perempuan itu duduk di atas ranjang kamarnya. "Papa masih sibuk, Sayang ... nanti Mama telfon Papa," ujar Elizabeth mendekati putrinya. "Sekarang Pauline mandi, terus sarapan dulu." "Tidak mau! Tidak mau mandi, tidak mau sarapan! Tidak mau segalanya! Huhhh ... Mama nakal! Mama jahat banget sih!" teriak anak itu menangis di atas ranjang, kedua kakinya menendang apapun yang ada di dekatnya. "Papa tidak mau ajak Kakak ke sini kalau Pauline tidak mau mandi!" seru Elizabeth mendekati si kecil. Bukannya menurut, anak itu semakin mengencangkan suara tangisannya. "Pauline tidak sayang lagi, Pauline mau sayang Papa saja! Mama bad! So bad!" teriak anak

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 157. Menanti Kesiapanmu

    "Pa, Exel tidak mau pulang ... Exel mau di sini saja tidur sama Mama dan Adik Pauline." Suara rengekan Exel membuat Elizabeth menoleh ke depan. Karena hari sudah malam, Evan yang niatnya berpamitan pulang pun urung, Exel dan Pauline sama-sama merengek padanya di sana. "Papa tidak boleh bawa Kakakku pulang, Kakaknya Pauline tidak boleh dibawa pulang, Papa!" pekik anak perempuan menatap Evan dengan wajah sedihnya. "Sayang, tapi besok Kakak ada jam sekolah privat. Besok siang Papa antarkan Kakak ke sini, okay?" Evan membungkukkan badannya mengusap pucuk kepala Pauline. "Tidak boleh! Pauline mau nangis saja malam ini!" teriak anak itu menghentak-hentak kakinya di atas lantai sambil memeluk Exel. Elizabeth menghampiri mereka ke depan. Dia memperhatikan Pauline yang menangis dan memegangi tubuh Exel, memeluknya erat-erat. Akan semakin melelahkan bila sampai Evan membawa Exel pulang dan meninggalkan Pauline yang menangis. Evan menatap Elizabeth yang kini muncul di antara mereka. Wanita

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-23
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 158. Perkataan Kecil Elizabeth yang Membahagiakan Exel

    Beberapa hari berlalu, Elizabeth sudah mulai menjalani hari-harinya seperti biasa lagi. Berita yang sempat beredar kemarin, kini telah menghilang sepenuhnya. Elizabeth kembali bekerja dan mengadakan pertemuan dengan beberapa teman designer-nya di sebuah rumah makan mewah, seperti biasa. Elizabeth hari ini juga membawa dua anaknya, Exel dan Pauline. Teman-teman Elizabeth tidak ragu menggodanya yang selama ini ternyata mempunyai suami yang hebat. Setelah mereka tahu dari berita yang muncul beberapa hari yang lalu tentang siapa sebenarnya sosok Elizabeth. "Aku pikir dari awal kau adalah istrinya Daniel Winston, tapi ternyata aku salah! Ternyata suamimu seorang CEO tampan dari Prancis! Oh My God, Elize!" seru Adelaide menepuk keningnya. "Heem, kenapa kau dari dulu diam saja dan tidak mengatakan pada kamu kalau kau punya suami di luar negeri, Elize?" tanya Annete menatap Elizabeth. "Apa jangan-jangan dia takut suami tampannya dilirik oleh salah satu dari kita?" canda Polina sembari me

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-23
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 159. Kembali Dalam Satu Rumah Lagi

    Dengan sengaja, Evan tidak mengantarkan Elizabeth dan Pauline pulang setelah berjalan-jalan. Melainkan, laki-laki itu mengajak mereka berdua pulang ke kediamannya. Evan ingin menunjukkan pada Elizabeth di mana tempat tinggalnya selama dia berada di Berlin bersama Exel. "Ayo Sayang, kita sudah sampai," ujar Evan mengangkat tubuh kecil Pauline dan dia turunkan dari dalam mobil. "Wahhh ... rumah Papa bagus!" seru anak itu mendongak menatap ke atas sana. Elizabeth pun juga menatap pemandangan taman sekitar rumah itu yang dipenuhi dengan tanaman hias. "Ma, Pauline mau tinggal di sini sama Papa dan Kakak ya, Ma," ucap Paulin mencekal tangan sang Mama. Elizabeth hanya tersenyum dan ia tidak memberikan jawaban apapun pada Pauline. Sebelum akhirnya Exel memanggil sang adik dari arah teras. "Pauline, ayo ikut. Kakak kenalkan dengan Binggo, anjing kecil punya Kakak," ajak Exel menarik lengan Pauline."Iya, Pauline mau!" Pauline dengan semangat berlari ke arah Exel. Dua anak itu berlari m

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-23
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 160. Kecupan Manis dari Evan

    Sementara Evan, malam ini ia tidur memeluk putri kecilnya yang sudah terlelap dengan lena, begitu juga dengannya yang ikut terhanyut dalam alam mimpi. Namun, tiba-tiba saja Pauline terbangun. Anak itu membuka kedua matanya dan langsung duduk menoleh ke kanan dan ke kiri, seperti sedang kebingungan dengan keberadaannya saat ini. Dia tidak di kamar Mamanya seperti biasanya. "Mama..." Pauline mulai merengek mencari Elizabeth. Anak itu menoleh menatap wajah sang Papa, lantas Pauline langsung memeluk leher Evan. "Papa, Pauline mau minum susu," ujar Pauline merengek-rengek, sebelum anak itu duduk kembali. Evan pun terbangun seketika saat mendengar suara kecil putrinya. "Ada apa, Sayang?" Evan langsung duduk menatap putri kecilnya yang diam sudah siap menangis. "Pauline mau minum susu, buatin..." Anak itu mengulurkan kedua tangannya. Evan pun bergegas turun dari atas ranjang, dia mengangkat tubuh kecil Pauline dan mengambil botol susu milik anak itu di atas nakas. Mereka berdua berj

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 161. Aku Ingin Kau Di Sini, Bersamaku

    Elizabeth terkejut saat bangun tidur. Dia menggerutu ketika menatap jam yang sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Mungkin karena semalam dia tidak kunjung bisa tidur, hingga membuatnya sampai bangun melebihi jam biasanya. "Ya ampun, tidak biasanya aku bangun jam segini," gerutu Elizabeth menuruni ranjang. Wanita itu menyelimuti Pauline dan Exel yang masih tertidur di sampingnya. Bahkan Pauline yang biasanya bangun awal pun juga kini belum bangun. Elizabeth berjalan ke kamar mandi sebentar, wanita itu membersihkan tubuhnya dan merapikan rambutnya. Sebelum ia melangkah keluar dan menemui Evan. "Kalau Pauline sudah bangun nanti, aku harus bergegas pulang," gumam wanita itu sembari berjalan menuruni anak tangga menuju ke lantai dasar. Tetapi rumah itu sangat sepi, tidak ada siapapun. Elizabeth berjalan di beberapa ruangan yang berada di lantai satu. Dia tidak mendapati Evan di manapun. "Evan..." Elizabeth memanggil nama suaminya dengan wajah gelisah. "Di mana dia? Apa dia sudah ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24

Bab terbaru

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 439. (EXEL STORY) Jangan Mendekati Heiner!

    Menunggu Exel yang tidak kunjung datang, akhirnya Hauri pun berencana pulang oleh Heiner. Di luar dugaan Hauri, sosok Heiner ternyata sangat baik dan juga sopan, di sisi lain dia orang yang ramah dan suka bercanda. Laki-laki itu, kini merangkulnya dengan erat sembari berjalan. Bedanya, mungkin bila Exel di posisi ini biasanya akan memeluknya, karena tubuh Hauri sangat-sangat lemas. "Nenekku dulu juga seperti ini, Hau. Dia sangat lemas setelah perawatan, tapi tidak akan lama kembali pulih," ujar Heiner melirik wajah Hauri. "Iya Heiner. Aku masih bisa berjalan Sekang demi selangkah, tapi setelah itu aku bisa pusing. Tadi saat bersama Nenek, tubuhku seperti tidak ada tulangnya." Hauri bercerita sambil merangkul tubuh Heiner dari belakang. "Sudah, tidak papa. Kau peluk saja aku ... biar tidak jatuh," ujarnya. Hauri memeluknya dan mereka berjalan keluar dari dalam rumah sakit. Namun, saat di luar, Hauri dan Heiner terkejut melihat sosok Exel yang baru saja keluar dari dalam mobil me

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 438. (EXEL STORY) Seseorang yang Diam-diam Perhatian Pada Hauri

    Sudah beberapa jam yang lalu Hauri selesai menjalani pengobatan rutinnya di dalam sebuah ruangan bersama seorang dokter. Hauri sendirian di rumah sakit, karena dua jam yang lalu Exel dihubungi oleh orang kantor karena ada urusan mendadak yang sangat penting, hingga Exel pergi dan berjanji akan segera kembali. Di dalam kamar rawatnya, Hauri diam seorang diri menatap air infus yang menetes, setetes demi setetes. Hal ini sangat membosankan, tetapi itulah yang Hauri nikmati dalam kesendiriannya. "Sejak pukul delapan hingga pukul setengah dua belas, kenapa Exel belum ke sini?" gumam Hauri bingung. "Apa dia lupa aku ada di sini?" Hauri meraih ponselnya, ia mendapatkan pesan dari Lafenia yang memamerkan sebuah momen, dengan pesan tertulis. 'Aku sedang makan siang dengan Exel di rumah makan mewah...' tulisnya di sana. Pesan itu masuk sepuluh menit yang lalu. Hauri diam dan kembali meletakkan ponselnya tanpa membalas. Perlahan, Hauri beranjak bangun. Ia merasakan tubuhnya sangat lemas d

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 437. (EXEL STORY) Apa yang Membuatmu Diam Padaku, Sayang?

    Sesampainya di rumah, Hauri pun bergegas mengganti pakaiannya dan gadis itu berbaring di atas ranjang kamarnya. Ia tidur memunggungi Exel yang kini duduk memangku laptopnya. Tidak biasanya Hauri mengacuhkannya seperti ini, tidak biasanya dia tidak bermanja-manja sebelum tidur, bahkan tidak ada sepatah katapun yang terucap darinya. "Sayang, kenapa diam saja? Apa kau sakit?" tanya Exel mengusap pundaknya. Hauri menggeleng. "Tidak papa. Aku hanya lelah," jawab gadis itu. "Jangan menghadap ke sana," ujar Exel mengelus pipi Hauri. Perlahan Hauri menjauhkan tangan Exel dari pipinya. Ia menarik selimutnya tinggi-tinggi dan memejamkan kedua matanya perlahan. Exel tidak mau membujuknya, karena ia tahu semakin membujuk Hauri yang sedang kesal, mungkin akan semakin membuatnya bertambah marah padanya. Exel meletakkan laptopnya cepat, ia ikut berbaring dan memeluknya dari belakang. "Jangan marah, kalau ada apa-apa harusnya kau bilang, Sayang," bisik Exel. "Tidak ada," jawab Hauri dengan m

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 436. (EXEL STORY) Hauri, Terimalah Takdir Pahitmu

    Hauri cukup lama menunggu Exel di dalam mobil, ia penasaran ke mana Exel perginya setelah ia memintanya menunggu. Saat sibuk menunggu, tiba-tiba saja Hauri melihat sosok Heiner yang baru saja keluar dari dalam area restoran dan ia tampak berjalan sendiri. "Loh, Exel mana?" lirih Hauri. Gadis itu segera membuka pintu mobil, ia berjalan ke arah Heiner yang kini tengah menuruni sebuah tangga. "Heiner..." Hauri memanggilnya. Laki-laki tampan itu menoleh dan tersenyum. "Ya, Hau? Kenapa?" tanyanya. "Exel mana?" tanya Hauri. "Dia bilang tadi dia—""Oh, Exel sedang di dalam dengan Lafenia," sela Heiner. Wajah Hauri tiba-tiba menjadi sedikit kecewa. Karena tadi Exel mengatakan kalau dia ingin bertemu Heiner, kenapa sekarang malah di dalam dengan Lafenia? "Hei, kenapa malah melamun?" Heiner mengusap pucuk kepala Hauri. "Ayo kalau kau mau aku temani memanggil Exel di dalam," ajak laki-laki tampan berambut cokelat itu. Hauri mengangguk pelan. Mereka berjalan masuk ke dalam restoran lagi

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 435. (EXEL STORY) Kekesalan Exel pada Lafenia

    Setelah siang tadi Exel mengajak Hauri untuk pergi ke pantai berdua dengannya setelah fitting baju pengantin. Malam ini, Exel mengajaknya pergi bersamanya. Exel kali ini memenuhi undangan teman-temannya untuk datang ke acara makan malam, dan ia mengajak Hauri karena kondisi Hauri saat ini tampak baik-baik saja dan dia juga tidak mengeluh pusing atau yang lainnya. Mereka berdua kini masuk ke dalam sebuah restoran mewah di mana semua teman-teman Exel tampak menunggunya di sana. "Exel, akhirnya datang juga..." Keilan menjabat tangan Exel, kemudian juga pada Hauri. "Kemarin malam kenapa tidak datang, heh?!" tanya Eithan merangkulnya. "Sorry, aku menemani istriku," ujar Exel menoleh pada Hauri sebelum ia menatap teman-temannya. "Perkenalkan, ini calon istriku, mamanya Miko Hauri." Semua teman-temannya di sana, termasuk Heiner dan Lafenia menatap ke arah Hauri yang berdiri di belakang Exel. Senyuman mereka seolah menyambut kedatangan Hauri di sana dengan senang hati. "Hai, salam kena

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 434. (EXEL STORY) Gaun Pernikahan untuk Hauri

    Keesokan paginya, Hauri pergi bersama Exel ke butik milik Elizabeth. Di sana, mereka berdua diminta untuk memilih baju pengantin mana yang akan dipakai di acara pernikahan mereka beberapa hari lagi. Tampak Hauri kebingungan memilih gaun mana yang serasi untuknya. Gadis cantik berambut sepundak itu berdiri mendongak menatap macam-macam gaun pengantin yang terpajang di dalam lemari kaca. 'Mama Elizabeth sangat hebat, memiliki butik sebesar ini,' batin Hauri terkagum-kagum. Gadis itu masih berdiam diri menatap gaun pengantin di hadapannya saat ini. "Pasti ini sangat mahal dan berat, semuanya dipenuhi hiasan mutiara yang berkilau, dan motif kainnya juga sangat cantik," ujar Hauri tersenyum manis. "Hauri mau mencoba yang ini, Sayang?" Suara Elizabeth yang tiba-tiba muncul membuat Hauri tersentak kaget. Gadis itu menatapnya dan menggelengkan kepalanya cepat. "Ti-tidak, Ma. Gaunnya terlihat sangat berat," ujar gadis itu. Elizabeth menatap gaun di hadapannya itu dan mengangguk. "Iya

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 433. (EXEL STORY) Impian Kita Berdua

    Udara dingin terasa menusuk, Hauri membuka kedua matanya pukul satu dini hari. Gadis itu menghembuskan napasnya panjang berusaha menyingkirkan lengan kekar Exel yang memeluknya dengan sangat erat. Exel selalu menolak tidur sendiri-sendiri, toh mereka akan menikah beberapa hari lagi, di sisi lain, Exel tidak tega bila dia terbayangkan Hauri sakit tiba-tiba saat sedang tidur sendirian. Hauri melepaskan satu tangan Exel dengan perlahan-lahan. Namun, justru pelukan itu semakin mengerat kuat. "Ya ampun, Exel ... lepaskan sebentar. Aku mau ke kemarin mandi," ujar Hauri memukuli lengan laki-laki itu. "Hehhh..." Exel menarik napasnya panjang dan melepaskan pelukannya. "Ayo, aku temani." "Nyalakan lampunya, aku takut gelap," ujar gadis itu. Exel segera menyalakan penerangan di dalam kamarnya. Hauri pun menyibak selimutnya cepat dan berjalan ke kamar mandi.Sedangkan Exel menunggu duduk di tepi ranjang dengan wajah mengantuknya. Sampai Hauri kembali keluar, gadis itu mendekati Exel dan H

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 432. (EXEL ROMAN) Kasih Sayang Terbesar untuk Hauri

    Hari sudah gelap, Hauri berada di ruang makan dan menghabiskan makan malamnya sendirian di sana. Sejak siang, ia tertidur hingga bangun malam. Terus terang, Hauri sangat malu ia bangun terlambat, tetapi tidak ada yang melarang atau mengomelinya. Justru semua orang rumah itu meminta Hauri istirahat total. "Makan yang banyak, Sayang. Setelah itu obatnya diminum dan istirahat lagi di ruang tengah dengan Adik Pauline, biar tidak suntuk," ujar Elizabeth dari arah dapur. "Iya Ma," jawab Hauri. Elizabeth berjalan mendekat membawakan segelas air hangat untuk Hauri. "Minum air hangat saja ya, kata Exel tadi kau kedinginan," ujar Elizabeth sembari menyentuh kening Hauri yang terasa hangat. Gadis itu merasa sedih dan senang sekaligus saat dimanjakan oleh Elizabeth, kasih sayang dari sosok Mama yang selama ini Hauri rindukan. Elizabeth terdiam sejenak menatap makanan Hauri hanya tersisa sedikit. Wanita itu menyadari pasti Hauri berat menjalani kondisinya ini, mengalami penurunan nafsu maka

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 431. (EXEL STORY) Izinkan Aku Menikahi Hauri Dalam Waktu Dekat

    Akhirnya Hauri bisa bernapas lega setelah sekian lama. Ia dan Exel bergegas pulang, namun selama sepanjang perjalanan menuju rumah, Hauri hanya diam saja. Hal ini membuat Exel bertanya-tanya. Apakah kekasihnya itu tidak papa?"Kenapa diam saja? Kau ingin membeli sesuatu?" tanya Exel menoleh. "Tidak. Aku hanya ingin cepat sampai di rumah dan segera meminum obat," jawabnya. "Jadwalnya sudah berlalu satu jam." "Oh astaga, Sayang! Aku benar-benar tidak ingat!" seru Exel menepuk keningnya. "Kenapa kau tidak bilang sejak di kantor?" Exel tampak merutuki kesalahannya sendiri karena melupakan hal itu. Hauri hanya tersenyum tipis. "Tidak papa. Kau kan juga sibuk, Lafenia juga terus menahanmu pulang, kan?" Meskipun tidak bernada tinggi, tapi terasa sakitnya dari kata-kata yang Hauri lontarkan barusan. Juga ekspresi gadis itu yang sulit untuk Exel tebak, apakah dia senang marah, atau tidak. "Maaf ya, Sayang ... aku yang salah," ujar Exel mengusap pucuk kepala Hauri. "Tidak papa, Exel."

DMCA.com Protection Status