Beranda / Romansa / Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini / Bab 161. Aku Ingin Kau Di Sini, Bersamaku

Share

Bab 161. Aku Ingin Kau Di Sini, Bersamaku

Penulis: Te Anastasia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-24 14:03:07

Elizabeth terkejut saat bangun tidur. Dia menggerutu ketika menatap jam yang sudah menunjukkan pukul delapan pagi.

Mungkin karena semalam dia tidak kunjung bisa tidur, hingga membuatnya sampai bangun melebihi jam biasanya.

"Ya ampun, tidak biasanya aku bangun jam segini," gerutu Elizabeth menuruni ranjang.

Wanita itu menyelimuti Pauline dan Exel yang masih tertidur di sampingnya. Bahkan Pauline yang biasanya bangun awal pun juga kini belum bangun.

Elizabeth berjalan ke kamar mandi sebentar, wanita itu membersihkan tubuhnya dan merapikan rambutnya. Sebelum ia melangkah keluar dan menemui Evan.

"Kalau Pauline sudah bangun nanti, aku harus bergegas pulang," gumam wanita itu sembari berjalan menuruni anak tangga menuju ke lantai dasar.

Tetapi rumah itu sangat sepi, tidak ada siapapun. Elizabeth berjalan di beberapa ruangan yang berada di lantai satu. Dia tidak mendapati Evan di manapun.

"Evan..." Elizabeth memanggil nama suaminya dengan wajah gelisah. "Di mana dia? Apa dia sudah ke
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
semoga kalian semua selalu bahagia...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 162. Keluarga Collin Merindukan Elizabeth

    Butuh beberapa jam perjalanan dari Jerman ke Prancis. Sesampainya di negaranya, Evan pun tidak pulang ke rumahnya, dia langsung menuju ke rumah sakit di mana Mamanya dirawat. Kedatangan Evan di rumah sakit malam ini membuat Arshen merasa tenang. Dapat dia lihat wajah cemas Evan saat berjalan masuk ke dalam ruangan di mana Mamanya dirawat. "Pa, bagaimana keadaan Mama?" tanya Evan menatap sang Papa yang bangkit dari duduknya. "Mamamu pingsan pagi tadi, Van. Papa langsung membawanya ke rumah sakit, Mamamu beberapa hari ini susah dibujuk untuk makan, malam pun juga tidak kunjung tidur, dia hanya diam saja. Papa tidak tega meninggalkannya ke mana-mana," ujar Arshen menjelaskan pada Evan. Evan mendekati sang Mama yang terbaring di atas ranjang, wanita itu nampak tertidur pulas. "Ya ampun, Ma ... kenapa Mama sampai kurus seperti ini?" Evan mengusap wajah sang Mama dan mengecup kening wanita itu. Sedangkan Arshen, dia duduk memperhatikan Evan. Dan Arshen menoleh ke arah pintu saat James

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 163. Evan Kembali dan Jatuh Sakit

    Dua hari sudah Evan di Prancis, laki-laki itu memutuskan pagi ini untuk kembali pulang ke Berlin.Namun, Evan saat ini masih menyempatkan waktunya untuk menemani sang Mama. Ia menyuapi Mamanya dengan penuh kesabaran, dan Melody yang bertanya-tanya di mana Exel sejak tadi. "Di mana Exel? Kenapa Exel tidak terlihat sejak tadi? Kau ke manakan anakmu itu?" tanya Melody masih dengan tatapan kosongnya. "Exel di Berlin, Ma. Kalau Mama sudah sembuh nanti, Papa akan mengajak Mama ke Berlin," ujar Evan tersenyum mengusap lengan sang Mama. Melody hanya diam bersandar dan dia mengunyah makanannya dengan sangat pelan. Hati Evan merasa sangat sedih saat ia melihat kondisi Mamanya yang sekarang. Mamanya memang sudah tidak mengamuk-ngamuk lagi seperti dulu, namun dia masih banyak melamun dan kadang masih suka bertanya-tanya tentang Elizabeth. Apalagi tubuh Melody yang kini kurus membuat Evan tak sampai hati meninggalkan Mamanya. "Makan yang banyak ya, Ma ... biar Mama cepat sembuh," ujar Evan m

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 164. Evan Bangunlah, Jangan Menakutiku

    Sesampainya di rumah sakit, Evan pun langsung mendapatkan perawatan. Namun laki-laki itu masih belum juga sadar. Elizabeth menemaninya sejak tadi di dalam sebuah ruangan, dia terus menangis sembari menggenggam tangan Evan dan terus menerus berdoa. "Cepatlah bangun, Evan ... jangan membuat aku takut, kumohon segeralah bangun," ujar Elizabeth meletakkan keningnya di atas punggung tangan Evan yang dia genggam. Elizabeth tak bisa menghentikan tangisannya, wanita itu takut terjadi sesuatu hal buruk pada Evan, bayangan Elizabeth semisal Evan mengalami penyakit yang tidak-tidak membuatnya ketakutan. Bagi Elizabeth, cukup dia yang dulu sakit keras. Jangan siapapun lagi, termasuk Evan. Jangan sampai Papa dari anaknya ikut sakit seperti ini. "Kenapa pemeriksaannya lama sekali," ucap Elizabeth menoleh ke arah pintu kaca buram di belakangnya. Elizabeth kembali menatap Evan yang terbaring tak sadarkan diri. Elizabeth mengusap kening laki-laki itu. "Aku akan tetap di sini menunggumu sampai k

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 165. Ditemani Elizabeth Semalaman

    Setelah operasi selesai, Elizabeth pun diberitahu oleh dokter bila operasi yang Evan jalani berjalan dengan lancar. Dan kini Elizabeth duduk di luar sebuah ruangan, menunggu Evan untuk segera sadar sebelum dia dipindahkan di kamar rawat inapnya. Elizabeth berdiri di depan dinding kaca menatap ke dalam sana, merasa sedikit lega karena operasinya berjalan lancar.Saat Elizabeth melamun menatap Evan dari luar, tiba-tiba saja lamunan Elizabeth buyar saat dia mendengar suara Pauline dan Exel memanggilnya. "Mama…!" "Mamaku...!" Elizabeth menoleh cepat, dia melihat Pauline dan Exel berlari ke arahnya. Anak-anak itu langsung memeluknya dengan erat saat sudah bersama sang Mama. Termasuk Pauline yang sangat erat merengkuh leher Elizabeth. "Mama ke mana saja? Kenapa Mama tidak pulang?" tanya Pauline merengek dalam gendongan Elizabeth. "Mama kan harus menjaga Papa, Sayang. Papa sedang sakit, Nak," jawab Elizabeth mengajak kedua anaknya itu duduk di sebuah bangku panjang di depan sana. "P

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 166. Ketulusan Elizabeth yang Tiada Dua

    Suhu udara yang hangat di dalam sebuah ruangan yang beraroma obat-obatan membuat Evan perlahan-lahan membuka kedua matanya yang terasa begitu berat. Pandangan laki-laki itu mengedar di dalam sebuah ruangan bernuansa serba putih bersih di mana ia berada saat ini. 'Aku masih di rumah sakit ... apa yang terjadi?' batin Evan, kepalanya masih terasa pening, juga perutnya terasa begitu kaku. Evan merasakan punggung tangan kanannya terasa berat. Saat ia menggerakkan lehernya untuk menoleh, laki-laki itu menemukan Elizabeth yang tertidur menggenggam tangannya dan meletakkan kepalanya di lengan Evan."Elizabeth," lirih Evan terkejut, tak percaya. “Kenapa dia tertidur di sini?” Seperti mimpi baginya melihat Elizabeth saat ia bangun dari tidurnya. Evan pun menyentuh pucuk kepala wanita itu dengan sangat pelan dan lembut. ‘Dengan posisi duduk dan tertidur seperti ini, pasti punggungnya terasa sakit dan pegal,’ batin Evan, namun dia juga tidak tega membangunkannya. Sentuhan lembut ujung jar

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 167. Elizabeth, Peluklah Aku

    Keesokan harinya, Elizabeth masih setia menemani Evan di rumah sakit dan merawatnya dengan sepenuh hatinya. Melakukan apapun yang Evan butuhkan dan memastikannya bisa istirahat dengan baik. Bahkan saat ini pun, Elizabeth hendak menyuapinya. Meskipun sedikit malu dan ragu, namun tidak ada siapapun di sana yang bisa merawat Evan kecuali Elizabeth sendiri. "Evan, sarapanmu sudah diantar. Aku suapi ya, setelah ini ada beberapa obat yang harus kau minum," ujar Elizabeth berjalan ke arahnya membawa sebuah piring. "Mana," ujar Evan mengulurkan tangannya. Alih-alih memberikan piring di tangannya, Elizabeth malah menarik tangannya dan menatap Evan dengan kedua alis berkerut. "Kau mau apa? Kau itu sakit, jadi biar aku yang menyuapimu. Tidak usah makan sendiri ... nanti bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan bekas jahitan di perutmu," seru Elizabeth, sembari membantu Evan untuk duduk. "Kau hanya perlu patuh saja denganku, aku yang akan merawatmu sampai dokter mengizinkanmu pulang." Evan te

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 168. Bagaimanapun Caranya, Harus Tetap Bersama!

    Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, hari ini barulah Evan sudah diperbolehkan pulang. Kedatangannya disambut dengan sangat antusias oleh Pauline dan Exel yang sudah berhari-hari tidak berkumpul dengannya. Kedua anaknya itu memeluknya dengan erat dan manja. "Papa, Pauline sama Kakak kangen tahu," ujar Pauline mencebikkan bibirnya. "Papa jangan sakit-sakit lagi, kita tidak suka. Tidak ada yang mengajak kita jalan-jalan..." "Iya. Papa tidak boleh sakit lagi pokoknya. Kasihan kita, kasihan Mama juga pasti capek," ujar Exel, anak laki-laki itu menarik lengan Elizabeth dan diminta untuk duduk bersamanya. Elizabeth mengusap pucuk kepala Pauline dan Exel, ia tersenyum hangat menyadari kerinduan anak-anaknya pada Evan yang sudah berhari-hari tak berkumpul bersama. "Kalau Papa sudah sembuh, kita jalan-jalan ya, Pa ... kita pergi ke game zone!" seru Pauline mendongak menatap Evan. "Tentu saja, Papa akan mengajak anak-anak Papa pergi jalan-jalan bersama," jawab Evan mengecup pipi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 169. Upaya Agar tak Ditinggalkan

    Hari demi hari telah berlalu, Evan masih dalam masa pemulihan yang ternyata membutuhkan cukup banyak waktu pasca operasi. Elizabeth masih membantunya melakukan hal-hal kecil sekalipun, meski sesungguhnya dia bisa sendiri. Namun, Evan tidak mau Elizabeth menjauh dari sisinya. Dan pagi ini, Evan tengah bersama dengan Jericho di dalam kamarnya. Evan duduk di atas ranjang membaca beberapa berkas yang Jericho tunjukkan padanya. "Ini berkas penting untuk pembahasan meeting minggu ini, Jer ... kau harus datang ke sana mewakiliku," ujar Evan pada Jericho. Ajudannya itu mengangguk. "Baik Tuan. Tapi ... kalau boleh saya tahu, apa Tuan masih sakit?" tanya Jericho. "Kau pikir aku pura-pura?! Jahitan lukaku belum kering betul, aku tidak bisa beraktivitas seperti biasanya, kau tahu! Lakukan saja semua pekerjaanmu, nanti kalau aku sembuh aku akan membantumu," ujar Evan menyerahkan kembali berkas yang ia bawa pada ajudannya tersebut. Sepasang mata Jericho memicing curiga. Tapi ia pun mengangguk

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27

Bab terbaru

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 442. (EXEL STORY) Sekarang Kau Adalah Istriku

    Pesta pernikahan yang diharapkan oleh Exel setelah sekian lama pun akhirnya tiba. Hari ini, Hauri—teman kecilnya resmi menjadi istri Exel. Di depan para tamu di dalam hall pernikahan yang sangat megah dan mewah, mereka menyaksikan pernikahan Exel dan Hauri. Semua orang menjadi saksi perjanjian suci ikatan sehidup semati. Semua teman-teman Exel datang ke pesta itu, termasuk Lafenia, Heiner, dan juga yang lainnya. "Akhirnya, kau yang lebih dulu menikah ternyata, ya..." Eithan menepuk pundak Exel. Laki-laki dengan balutan tuxedo hitam itu tersenyum. "Tentu saja, kalian segeralah menyusul," ujar Exel. "Aku mau mencari yang modelan Hauri dulu," sahut Heiner menatap Hauri dan menaikkan kedua alisnya. Hauri hanya tersenyum tipis, gadis itu hari ini tampak sangat cantik dengan balutan gaun pengantin dan memakai mahkota kecil sebagai hiasan kepalanya. Exel berdecak mendengar ucapan Heiner. "Tidak papa mencari yang seperti istriku, asal jangan istriku! Paham kau!" sinisnya. "Tenang saja

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 441. (EXEL STORY) Ungkapan Hati Hauri

    Setelah bertengkar dengan Lafenia di hotel, Hauri pun dibawa pulang oleh Exel. Sepanjang perjalanan, gadis itu diam dan tidak mengatakan sepatah katapun. Exel tahu Hauri kesal dan marah, namun bodohnya Exel tidak tahu bila Hauri mengetahui kesalahpahaman saat Lafenia memeluknya. Sesampainya di rumah, Exel mengajak Hauri naik ke lantai dua masuk ke dalam kamar. "Ayo," ajak Exel meraih tangannya. Mereka masuk ke dalam kamar, Hauri berjalan melengos melewati Exel dan duduk di tepi ranjang, diam membisu di sana. "Sayang...." Exel mendekat, laki-laki itu menekuk lututnya di hadapan Hauri. "Aku minta maaf kalau aku telah menyakiti hatimu," ujar Exel lirih. Hauri menggelengkan kepalanya cepat. "Tidak, itu memang yang kau inginkan," jawabnya. "Hauri...." Lagi-lagi Exel menggenggam erat tangan Hauri. "Aku memeluk Lafenia tidak seperti yang kau lihat. Dia tiba-tiba saja memelukku tanpa aku tahu apa yang terjadi. Saat itu aku sedang memarahinya karena dia terus menyinggungmu." Penjelasan

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 440. (EXEL STORY) Kemarahan Hauri

    Beberapa hari kemudian, acara pernikahan Hauri dan Exel akan diselenggarakan besok pagi. Dan malam ini, Exel mengajak Hauri datang ke hotel tempat mereka menikah besok, untuk melihat dekorasi yang telah Exel pesan. Hauri tampak begitu senang melihat dekorasi bernuansa putih, dan mawar putih yang begitu indah. "Cantik sekali," ujar Hauri tersenyum. "Kau suka, Sayang?" tanya Exel menoleh padanya. "Heem. Aku suka," jawab Hauri. "Pasti sangat mahal untuk menyewa semua ini, kan?" Exel terdiam sesaat, lalu ia menggelengkan kepalanya. "Berapapun uang yang harus aku keluarkan, asal kau senang, itu tidak masalah untukku," jawabnya. Hauri hanya diam merasakan genggaman tangan Exel yang semakin mengerat. Mereka berdua pun melangkah menaiki anak tangga menuju ke selasar lantas atas. Dari sana, pemandangan indah hall pesta yang sangat mewah begitu cantik terpandang. "Besok, kau akan menjadi istriku, Hau," ujar Exel tersenyum mengusap pucuk kepala Hauri. "Apa kau bahagia memiliki aku seba

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 439. (EXEL STORY) Jangan Mendekati Heiner!

    Menunggu Exel yang tidak kunjung datang, akhirnya Hauri pun berencana pulang oleh Heiner. Di luar dugaan Hauri, sosok Heiner ternyata sangat baik dan juga sopan, di sisi lain dia orang yang ramah dan suka bercanda. Laki-laki itu, kini merangkulnya dengan erat sembari berjalan. Bedanya, mungkin bila Exel di posisi ini biasanya akan memeluknya, karena tubuh Hauri sangat-sangat lemas. "Nenekku dulu juga seperti ini, Hau. Dia sangat lemas setelah perawatan, tapi tidak akan lama kembali pulih," ujar Heiner melirik wajah Hauri. "Iya Heiner. Aku masih bisa berjalan Sekang demi selangkah, tapi setelah itu aku bisa pusing. Tadi saat bersama Nenek, tubuhku seperti tidak ada tulangnya." Hauri bercerita sambil merangkul tubuh Heiner dari belakang. "Sudah, tidak papa. Kau peluk saja aku ... biar tidak jatuh," ujarnya. Hauri memeluknya dan mereka berjalan keluar dari dalam rumah sakit. Namun, saat di luar, Hauri dan Heiner terkejut melihat sosok Exel yang baru saja keluar dari dalam mobil me

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 438. (EXEL STORY) Seseorang yang Diam-diam Perhatian Pada Hauri

    Sudah beberapa jam yang lalu Hauri selesai menjalani pengobatan rutinnya di dalam sebuah ruangan bersama seorang dokter. Hauri sendirian di rumah sakit, karena dua jam yang lalu Exel dihubungi oleh orang kantor karena ada urusan mendadak yang sangat penting, hingga Exel pergi dan berjanji akan segera kembali. Di dalam kamar rawatnya, Hauri diam seorang diri menatap air infus yang menetes, setetes demi setetes. Hal ini sangat membosankan, tetapi itulah yang Hauri nikmati dalam kesendiriannya. "Sejak pukul delapan hingga pukul setengah dua belas, kenapa Exel belum ke sini?" gumam Hauri bingung. "Apa dia lupa aku ada di sini?" Hauri meraih ponselnya, ia mendapatkan pesan dari Lafenia yang memamerkan sebuah momen, dengan pesan tertulis. 'Aku sedang makan siang dengan Exel di rumah makan mewah...' tulisnya di sana. Pesan itu masuk sepuluh menit yang lalu. Hauri diam dan kembali meletakkan ponselnya tanpa membalas. Perlahan, Hauri beranjak bangun. Ia merasakan tubuhnya sangat lemas d

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 437. (EXEL STORY) Apa yang Membuatmu Diam Padaku, Sayang?

    Sesampainya di rumah, Hauri pun bergegas mengganti pakaiannya dan gadis itu berbaring di atas ranjang kamarnya. Ia tidur memunggungi Exel yang kini duduk memangku laptopnya. Tidak biasanya Hauri mengacuhkannya seperti ini, tidak biasanya dia tidak bermanja-manja sebelum tidur, bahkan tidak ada sepatah katapun yang terucap darinya. "Sayang, kenapa diam saja? Apa kau sakit?" tanya Exel mengusap pundaknya. Hauri menggeleng. "Tidak papa. Aku hanya lelah," jawab gadis itu. "Jangan menghadap ke sana," ujar Exel mengelus pipi Hauri. Perlahan Hauri menjauhkan tangan Exel dari pipinya. Ia menarik selimutnya tinggi-tinggi dan memejamkan kedua matanya perlahan. Exel tidak mau membujuknya, karena ia tahu semakin membujuk Hauri yang sedang kesal, mungkin akan semakin membuatnya bertambah marah padanya. Exel meletakkan laptopnya cepat, ia ikut berbaring dan memeluknya dari belakang. "Jangan marah, kalau ada apa-apa harusnya kau bilang, Sayang," bisik Exel. "Tidak ada," jawab Hauri dengan m

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 436. (EXEL STORY) Hauri, Terimalah Takdir Pahitmu

    Hauri cukup lama menunggu Exel di dalam mobil, ia penasaran ke mana Exel perginya setelah ia memintanya menunggu. Saat sibuk menunggu, tiba-tiba saja Hauri melihat sosok Heiner yang baru saja keluar dari dalam area restoran dan ia tampak berjalan sendiri. "Loh, Exel mana?" lirih Hauri. Gadis itu segera membuka pintu mobil, ia berjalan ke arah Heiner yang kini tengah menuruni sebuah tangga. "Heiner..." Hauri memanggilnya. Laki-laki tampan itu menoleh dan tersenyum. "Ya, Hau? Kenapa?" tanyanya. "Exel mana?" tanya Hauri. "Dia bilang tadi dia—""Oh, Exel sedang di dalam dengan Lafenia," sela Heiner. Wajah Hauri tiba-tiba menjadi sedikit kecewa. Karena tadi Exel mengatakan kalau dia ingin bertemu Heiner, kenapa sekarang malah di dalam dengan Lafenia? "Hei, kenapa malah melamun?" Heiner mengusap pucuk kepala Hauri. "Ayo kalau kau mau aku temani memanggil Exel di dalam," ajak laki-laki tampan berambut cokelat itu. Hauri mengangguk pelan. Mereka berjalan masuk ke dalam restoran lagi

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 435. (EXEL STORY) Kekesalan Exel pada Lafenia

    Setelah siang tadi Exel mengajak Hauri untuk pergi ke pantai berdua dengannya setelah fitting baju pengantin. Malam ini, Exel mengajaknya pergi bersamanya. Exel kali ini memenuhi undangan teman-temannya untuk datang ke acara makan malam, dan ia mengajak Hauri karena kondisi Hauri saat ini tampak baik-baik saja dan dia juga tidak mengeluh pusing atau yang lainnya. Mereka berdua kini masuk ke dalam sebuah restoran mewah di mana semua teman-teman Exel tampak menunggunya di sana. "Exel, akhirnya datang juga..." Keilan menjabat tangan Exel, kemudian juga pada Hauri. "Kemarin malam kenapa tidak datang, heh?!" tanya Eithan merangkulnya. "Sorry, aku menemani istriku," ujar Exel menoleh pada Hauri sebelum ia menatap teman-temannya. "Perkenalkan, ini calon istriku, mamanya Miko Hauri." Semua teman-temannya di sana, termasuk Heiner dan Lafenia menatap ke arah Hauri yang berdiri di belakang Exel. Senyuman mereka seolah menyambut kedatangan Hauri di sana dengan senang hati. "Hai, salam kena

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 434. (EXEL STORY) Gaun Pernikahan untuk Hauri

    Keesokan paginya, Hauri pergi bersama Exel ke butik milik Elizabeth. Di sana, mereka berdua diminta untuk memilih baju pengantin mana yang akan dipakai di acara pernikahan mereka beberapa hari lagi. Tampak Hauri kebingungan memilih gaun mana yang serasi untuknya. Gadis cantik berambut sepundak itu berdiri mendongak menatap macam-macam gaun pengantin yang terpajang di dalam lemari kaca. 'Mama Elizabeth sangat hebat, memiliki butik sebesar ini,' batin Hauri terkagum-kagum. Gadis itu masih berdiam diri menatap gaun pengantin di hadapannya saat ini. "Pasti ini sangat mahal dan berat, semuanya dipenuhi hiasan mutiara yang berkilau, dan motif kainnya juga sangat cantik," ujar Hauri tersenyum manis. "Hauri mau mencoba yang ini, Sayang?" Suara Elizabeth yang tiba-tiba muncul membuat Hauri tersentak kaget. Gadis itu menatapnya dan menggelengkan kepalanya cepat. "Ti-tidak, Ma. Gaunnya terlihat sangat berat," ujar gadis itu. Elizabeth menatap gaun di hadapannya itu dan mengangguk. "Iya

DMCA.com Protection Status