"Kau sudah lama mengenalnya?" Victor bertanya sambil menyesap red wine di tangan kanannya. Ia sedang bersama Bima, seorang teman sekaligus model yang belakangan terkenal karena ketampanan dan bentuk tubuhnya yang bagus.
Tak hanya menjadi model majalah, serta brand-brand fashion pria ternama. Ia juga kerap berjalan di atas catwalk dan tak jarang ia juga akan memamerkan otot-otot punggung yang terlihat kuat, serta bagian perut, dada yang akan mampu menyihir wanita-wanita dan tentunya kaum gay. Itu pun jika mereka sedang melihat acara fashion show itu.
Sejak Keyla menikah, mereka sama sekali tak pernah bertemu. Pun tak bertukar kabar melalui telepon maupun SMS. Keyla sibuk dengan pernikahannya yang sempat gagal. Bima yang mulai memikirkan masa depan. Ia tak pintar, pun tak memiliki skill, oleh karena itu Bima memutuskan mengikuti ajang pemilihan model sampul di sebuah majalah.
Berkat ketampanan dan tubuhnya yang lebih dari
Keyla mengerjapkan matanya, mengedarkan pandangan mencari sosok Darrel yang semalam tidur dengannya. Dia tak ada di ranjang. Tidak ada juga di kursi rotan yang menjadi singgasananya. Laptopnya masih terabai di sana."Sayang ... apa kamu sedang di kamar mandi?" Tak ada jawaban. Keyla memutuskan untuk bangun. Dijuntaikannya kaki ke bawah lalu mulai berjalan menjauh dari tepian ranjang menuju kamar mandi. Tak ada seorang pun di dalam. Keyla menyapu wajahnya dengan air dan mengeringkan menggunakan tisu yang tergantung di sebelah wastafel. Dia memandang dirinya sendiri di cermin, wajahnya cukup segar meski masih sedikit mengantuk. Disisirnya rambut yang tergerai itu menggunakan jari tangan dan membuang rambut-rambut rontok ke dalam tempat sampah.Keyla menuruni tangga dan menangkap sosok Darrel yang tidur di sofa. Perlahan ia mendekat dan berjongkok. Dilihatnya wajah Darrel lekat-lekat, entah kapan terakhir kali pria itu mencukur bulu-bulu di wajahnya. A
Selamat membaca ... pastikan teman² berlangganan novel ini dan komen, ya ....🙏______🗼🗼🗼🗼🗼______"Key ... nanti malam datanglah ke acara pembukaan film bersamaku," ajak Darrel yang sedang duduk di sofa sambil mengetik pada laptop yang ada di pangkuannya."Huuufffttt." Keyla yang sedang membersihkan lantai berlapis karpet dengan mesin penyedot debu pun menghela napas. Wajahnya tiba-tiba mengisyaratkan kegelisan.Apakah mulai sekarang dia harus menghadiri acara-acara semacam itu? Bukan hal buruk karena paling tidak, jika dia ikut tak akan ada perempuan-perempuan yang cari-cari perhatian di depan Darrel. Tapi di sisi lain, ia tak banyak memiliki bagus yang bisa untuk menghadiri pesta. Pakain-pakaiannya yang dulu, buatan Sabrina, telah menyempit di beberapa bagian. Dada dan bokong! Dua tempat itulah yang mengalami perubahan drastis sejak melahirkan Bintang. Makin berisi, padat dan sering kesulitan membeli beberapa jenis paka
Darrel menghentikan mobilnya di depan sebuah toko dengan bangunan art deco yang terletak di Avenue Georges V, Paris, Perancis. Tadinya Keyla tak menyadari tempat apa itu. Tapi, setelah melongok keluar kaca mobil ada tulisan LY, mendadak kepalanya pusing dan semua darah stuck di kepalanya."Akan kubukakan pintu untukmu." Darrel berkata lembut. Melangkah keluar dari mobil sementara Keyla mengeratkan pelukannya pada Bintang yang duduk di pangkuannya."Aku tidak mau turun. Pokoknya tidak! Ini toko pakaian yang sangat mengerikan dan sangat mahal. Bahkan lebih mengerikan dibanding ketemu mantan secara tiba-tiba saat makan siang." Keyla berucap pada dirinya sendiri. Tepat di telinga Bintang.Tok ... tok ... tok ....Pria itu mengetuk pintu kaca tiga kali. Saat hendak ditarik, Keyla menguncinya dari dalam."Keyla!" Darrel melongok melalui kaca pintu mobil yang berwarna gelap."Kemarilah!" K
"Hai, sayang! Cuci tanganmu dan kemarilah," kata Keyla begitu melihat Awan masuk melewati pintu. Ia baru saja pulang dari sekolah. "Siapa gadis di belakangmu? Teman sekolah?" sambungnya lagi ketika melihat seorang anak perempuan perambut emas dan bola matanya kehijauan. Sangat cantik.Keyla dan Darrel tengah menikmati makan siang. Pizza dan ayam goreng tergeletak di meja sedangkan Bintang, sedang berputar putar di ruangan dengan menaiki sepeda barunya."Kakak!" teriak Bintang begitu melihat Awan."Sepeda baru?" tanya Awan datar."Yeup!""Kau senang?""Sangat!""Baguslah. Hati-hati saat menaikinya.""Tentu!"Awan pun masuk ke kamarnya, sedangkan gadis asing yang tadi bersama Awan, mendekati Keyla yang sedang duduk di karpet berdekatan dengan suaminya. "Halo, Mrs....?" gadis itu berhenti berucap sam
Keyla menekan bell yang ada di dekat pintu. Apartemen nomor 901 dan beberapa saat kemudian perempuan usia tiga puluhan dengan rambut blonde dan mata hijau pun membukakan pintu."Benarkah ini rumah Nn. Missy?" Darrel membuka pembicaraan dan perempuan itu tidak nampak kaget."Mr ad Mrs. Douglas?""Ya." Keyla menimpali."Silakan masuk." Perempuan itu mempersilakan. Darrel menggandeng istrinya memasuki rumah itu. Rumah nuansa biru dan toska."Missy sudah mengirim pesan bahwa ia ada di rumah kalian. Aku minta maaf karena telah banyak merepotkan," jawab perempuan itu dengan nada tenang dan bibir yang tersenyum menawan."Tidak masalah, Mrs ...?" jawab Keyla dengan senyum yang ramah."Smith. Angela Smith. Panggil saja Angel.""Baiklah. Kami tidak bisa berlama-lama di sini. Kami hanya ingin memastikan bahwa kamu tahu Missy ada
"Apakah dia mantan kekasihmu?" Akhirnya Keyla memulai pembicaraan begitu mereka sampai di kamar. Keyla merasa sangat malu, terlebih dia juga menyadari bahwa ada orang-orang yang secara sengaja mengambil fotonya. Dia tak mau jadi artis dadakan di negara asing ini."Ya. Bisa dikatakan begitu." Darrel duduk di tepi ranjang. Mengamati Keyla yang berada di depan cermin. Membersihkan makeup di wajahnya."Sudah kukira pasti begitu. Sikapnya sudah menjelaskannya.""Maafkan aku, sayang. Aku tidak menyangka Ammy akan berbuat hal kekanakan.""Ini bukan hal kekanakan lagi. Kita tidak hidup di dunia komik. Aku harap lain kali dia tidak akan melempar air keras ke wajahku. Aku tidak tahu apa yang kamu lihat dari wanita jahat seperti itu. Mengencani dia? Tidak adakah wanita yang lebih baik?""Cemburu?""Tidak. Mana mungkin aku cemburu dengan wanita yang tidak memiliki attitu
"Fleur, bisakah kita bicara di dalam?" Keyla sudah mencoba bersabar setelah apa yang dilakukan gadis itu padanya. Dia tak ingin marah-marah apalagi sampai mengganggu tetangga."Tak tahu malu!" Tangan Fleur kembali diangkat dan hendak menampar Keyla untuk kedua kalinya. Tapi sungguh sayang, tak ada kesempatan untuk kedua kalinya. Keyla mencegah tangan Fleur. Memegangnya dengan erat. "Masuk ke dalam atau aku akan melaporkanmu ke polisi atas dugaan penganiayaan? Kamu tidak lupa kan di lorong ini ada cctv?""Tidak. Bicara saja di sini!" Fleur membalas dengan angkuh. Menarik tangannya dari genggaman Keyla.'Aaawwhh. Sakit! Kuat juga wanita ini. Sialan!'"Oke. Kalau begitu jaga sikapmu. Aku bukan perempuan yang bisa kamu perlakukan seenaknya.""Ciiih. Sombong sekali." Fleur mengeluarkan Hp nya dari dalam tas mewahnya yang terbuat dari kulit macan. "Lihatlah berita ini. Kau menikah deng
"Pasti menyenangkan dipeluk oleh gadis yang lebih muda daripada istrimu," sindir Keyla begitu Darrel selesai menutup pintu dan terkunci secara otomatis. Dia bisa menangkap nada marah dalam kalimat istrinya. "Benarkah? Aku lupa rasanya.""Ciiih." Keyla membuka pintu kamar Bintang. Gadis itu tengah asik menggambar di buku gambar yang sampulnya adalah tokoh kartun kesayangannya. Piglet. "Mama! Lapar!" Ia turun dari kursi begitu melihat mamanya. "Minta papa untuk membuatkan sarapan. Oke?""Yeup!" Bintang mengangguk dan menghampiri papanya yang sedang mengelap sepeda dengan tissue basah. "Papa! Lapar!""Kemarilah anak Papa yang paling cantik. Apa kau mau susu?" Darrel mengangkat tubuh kecil Bintang dan mendudukkannya di kursi."Coklat!""Jangan lupa bersihkan dapurnya," teriak Keyla pada suaminya sesaat sebelum melangkahkan kaki menaiki tangga. Pagi-pagi begini sudah dibuat kesal!
Hampir sepuluh menit Keyla dan Darrel duduk di pinggir pantai. Matahari yang mulai meninggi memberi kehangatan di tubuh mereka. Tak ada kata-kata yang keluar dari bibir keduanya. Yang ada hanya Keyla yang duduk di depan Darrel dan diapit kakinya serta pelukan pria itu yang menenggelamkan tubuh Keyla di dalam dadanya."Kau ingin pulang?" tanya Darrel pada Keyla yang masih melihat ke arah laut lepas. Tempat di mana kapal yang dinaiki James perlahan menjauh dan mulai menghilang.Keyla menggeleng pelan. "Bisakah kita di sini lebih lama, Steve?""Oke. Kau aku akan menemanimu di sini. Kau ingin memesan sesuatu?""Tidak untuk sekarang," jawab Keyla sembari memejamkan matanya dan bersandar dengan nyaman di dada suaminya. Dia ingin lebih lama seperti ini dengan orang yang dicintai. Mencium aroma laut, ditemani desiran ombak yang tak begitu besar. Keyla seolah tak ingin waktu terus be
"James akan kembali ke Afrika hari ini," ucap Darrel di sela-sela sarapan mereka. Karena kaget, Keyla pun tersedak. "Kau yakin tidak ingin berbicara dengannya?" Darrel bertanya dengan nada rendah namun penuh penekanan. Dia penasaran apakah istrinya benar-benar tak ingin bicara pada James dan menyelesaikan masalah diantara mereka berdua?Keyla meletakkan roti yang baru ia gigit separo kemudian melihat ke dalam mata suaminya. "Haruskah?" Keyla bertanya ragu.Dia tak yakin apa yang ingin dia bicarakan dengan lelaki yang seharusnya masih berstatus suaminya itu. Setelah Darrel berbicara dengannya semalam, Keyla bisa memahami dan berusaha mengikhlaskan apa yang terjadi. Itu adalah pilihan hidup James, dan bagaimanapun juga, karena James menetap di Afrika dan memalsukan kematiannya lah dia bisa bertemu dan menikah lagi dengan Darrel.Ini adalah takdir, Key. Takdir Tuhan yang tak bisa dicegah atau dihentikan. Ucapnya pada diri s
"Sayang, James sudah pergi. Tolong buka pintunya," pinta Darrel yang sejak tadi mengetuk pintu kamar namun diabaikan oleh Keyla.Keyla tidak membalas. Dia lebih memilih diam karena dia sedang tak ingin bicara. Baik itu pada James atau Darrel. Keyla memang merasa tidak berhak menyalahkan apapun yang menjadi keputusan James. Tapi, tidak bisakah lelaki itu berkata jujur?Seandainya James menceraikan dirinya, Keyla juga tak menolak. Dia akan bisa menerima meski menyakitkan. Setidaknya, Bintang tidak kehilangan sosok ayah. Terlebih lagi, kematian James meninggalkan penyesalan di hati Keyla karena sampai detik-detik kepergiannya ke Afrika, Keyla belum bisa memberikan sepenuh hatinya pada pria itu. Dan itu juga lah yang mendasari penyesalan keyla. Dia sungguh merasa bersalah."Key ... kalau kau ingin marah, marah lah padaku. Kau boleh memukulku. Asalkan jangan diam, Key." Darrel mencoba mengetuk pintu itu sekali lagi. Dadanya n
Tidak ada satu patah kata pun yang yang keluar dari bibir Keyla. Matanya hanya tertuju pada pria yang berdiri di hadapannya. Antara kecewa, marah dan juga bingung. Bagaimana bisa James membohongi dirinya dan keluarganya? Memalsukan kematiannya dan membiarkan dirinya merawat anak-anak mereka seorang diri? Sebegitu berdosakah hingga James ingin menghukum dirinya? Mengkhianati kepercayaan dirinya?Mata Keyla mendadak buram oleh air mata yang ingin tertumpah namun ia tahan. Ia berharap ini bukalah hal nyata."Aku bisa menjelaskan semuanya, Key," ucap James dengan tatapan nanar dan tubuh yang makin mendekat ke arah Keyla. James tak pernah menyangka bahwa dia akan bertemu lagi dengan Keyla.Keyla mengambil langkah mundur. Meskipun dia meyakini itu James, Keyla tetap sulit menerima. Ini semua terlalu mendadak dan dia merasa dikhianati. "Kamu bohong. Kamu bukan James. Suamiku James sudah meninggal beberapa tahun lalu. Kamu pasti
"Selamat datang, Angel. Terima kasih telah meluangkan waktumu," sapa Keyla begitu Angel dan suaminya memasuki pintu rumah."Dengan senang hati, Keyla. Aku juga akan menghabiskan makananmu. Kau tak perlu khawatir!"Kedua wanita itu tertawa renyah sementara Darrel langsung mengundang suami Angel untuk duduk dan meminum wine yang telah disediakan. "Biarkan kedua wanita itu menggosip," ucap Darrel tersenyum ramah."Dan kita para pria membicarakan hobi?""Hahaha. Benar sekali. Karena lelaki tak suka bergosip.""Kecuali dia pria jadi-jadian," timpal suami Angel dengan renyah. Dan Darrel pun dengan cepat menjadi akrab dengannya. Dan memang begitulah pria. Mudah akrab tanpa harus berbasa-basiAcara makan malam yang sederhana dan hangat itu berjalan dengan lancar. Anak-anak sibuk bermain dan menonton film kesukaan mereka, para ayah mengobrol tentang hobi dan juga bisn
Keyla terperangah begitu mobil Darrel berhenti di depan sebuah gedung yang telah dikelilingi oleh wartawan yang terlihat sedang bersiap-siap meliput sebuah berita besar. Lampu flash dari kamera-kamera yang dinyalakan,membuat Keyla merinding. Keyla harap Darrel benar-benar tidak akan masuk ke dalam gedung itu untuk menemui Ammy. Tapi sayangnya, harapan Keyla sirna begitu Darrel mengajaknya untuk keluar."Kau sudah siap sayang?" tanya Darrel mengendurkan dasinya yang berwarna merah tua. Dia persis sekali seperti seorang direktur perusahaan. Jas dari benang woll asli yang terlihat mahal, jam tangan di sebelah kiri yang membuatnya makin terlihat maskulin serta rambut klimis yang mempertegas rahangnya yang kokoh.Keyla menatap mata suaminya. Berharap dia salah dengar. "Apa ini?" tanya Keyla ragu. Inikah alasannya Darrel memesankan gaun terbaik dan juga makeup artist untuk mendandani wajah serta rambutnya? Agar istrinya tak begitu memalukan saat tam
Keyla mengerang ketika merasakan sesuatu yang aneh terjadi pada tubuhnya. Matanya yang berat terpaksa ia buka. Ketika hendak menggerakkan tangan, kedua tangannya sudah ada di atas kepala dengan posisi terikat. Ketika mencoba menggerakkan tangan kembali, suaranya gemerincing. Barulah Keyla sadar bahwa yang melingkar di pergelangan tangannya adalah sebuah borgol."Kau sudah bangun, sayang?" tanya Darrel yang baru saja keluar dari kamar mandi. Tubuhnya sudah dikeringkan dan di pinggangnya terlilit handuk warna putih. Keyla bisa mencium aroma lelaki itu. Wangi sabun yang seperti embun pagi. Kalau habis mandi seperti itu, Keyla merasa suaminya seperti dewa yang gagah perkasa pada jaman Romawi kuno."Jam berapa sekarang, Steve? Apa yang kamu lakukan pada tanganku? Cepat lepaskan, Steve.""Enam lewat tiga puluh." Darrel membalas santai dan mengabaikan wajah panik Keyla.Mendengar kata enam tiga puluh, Key
"Bin, kau ingin adik perempuan atau laki-laki?" tanya Missy yang baru saja merebahkan diri di ranjang dan menutupi tubuhnya dengan selimut tepat di samping Bintang yang berbaring terlebih dahulu."Mana yang lebih lucu?" Bintang langsung memiringkan tubuhnya ke arah Missy.Gadis cilik itu menyipitkan matanya. Menaruh kedua jari telunjuk tepat di pelipis. "Kalau laki-laki, aku takut dia akan seperti Awan. Mmmm ... memang ganteng, tapi tidak lucu."Bintang manggut-manggut. Setuju dengan perkataan Missy. Kakaknya memang tidak lucu meskipun ganteng. Seperti kanebo kering!" ... jika perempuan, maka akan cantik dan lucu sepertimu!" lanjut Missy mencubit pipi Bintang yang lucu dan halus."Kalau begitu, sudah diputuskan. Kau harus meminta perempuan pada Papa dan Mamamu. Oke?"Mata Bintang yang bulat terlihat berkilauan. Ia mengangguk dan mulai membayangkan adik perempuan berambut hita
"Hhmmmmmmph!" Keyla berusaha melepaskan diri dari kegilaan suaminya. Mula-mula hanya melumat bibirnya. Tapi lama kelamaan, tangan kekar suaminya itu mulai meraba dadanya."Ssshhh," Darrel berdesis begitu Keyla menggigit bibirnya. "Kau membuatku semakin bergairah, sayang.""Steve, jagalah sikapmu. Kita sedang ada di jalan raya. Dengarlah suara klakson-klakson itu. Bagaimana kalau kita ditilang?" ucap Keyla kesal. Tapi, suaminya itu justru tersenyum sambil memegangi bibirnya yang sedikit berdarah."Bagaimana kalau kita bikin anak sekarang?" goda Stevan yang tak mempedulikan bunyi klakson dan umpatan dari pengendara lain.Keyla mendorong tubuh lelaki itu dengan gemas. "Steve, kumohon.""Apa, sayang?" Darrel menjilat lidahnya sendiri. Tatapannya terlihat tajam dan menggairahkan."Ya Tuhan! Lelaki ini terlalu sulit ditolak!" ucap Keyla pada dirinya sen