Share

Calon Suami Misterius

Author: Risca Amelia
last update Last Updated: 2023-09-28 00:52:29

Mendengar itu, Catleya semakin bingung. Kenapa perjalanannya menemui Rajendra jadi horor begini? Terlebih, respon warga terhadap Rajendra terkesan sangat berlebihan, seakan pemuda itu adalah orang sakti atau penguasa negri yang sangat disegani.

“Saya berkunjung ke sini karena Jendra sendiri yang mengundang saya, Mbok,” jawabnya berusaha tenang.

Seketika Mbok Lasti dan Pak Warno saling melempar pandang dengan tatapan bingung. Begitu pula dengan beberapa orang warga di sekitar mereka yang berbisik-bisik. Catleya pun merasa risih karena diamati oleh Mbok Lasti dari pucuk kepala hingga ke ujung kaki. 

Setelah memindai Catleya dengan seksama, Mbok Lasti melihat ke sekeliling dan memanggil seorang pemuda yang sedang mengangkut peti telur.

“Danar, ke sini sebentar!”

“Ada apa, Mbok?” tanya pemuda berambut gondrong itu.

“Tolong antar Mbak Leya ke rumahnya Pak Jendra sekarang.”

Kini giliran Danar yang menatap heran kepada Catleya, seolah-olah dia baru saja bertemu dengan makhluk dari luar angkasa. 

“Lah, Mbok, kenapa saya yang harus mengantar Mbak Bule ini? Nanti saya kena marah Pak Jendra,” tolak Danar dengan raut cemas. 

Kedua pipi Catleya langsung merona saat mendapat julukan “bule” dari pemuda bernama Danar itu. 

“Sudah sana, Nar, antar Non Leya. Hanya kamu di desa ini yang paling sering bertemu dengan Pak Jendra.”

Danar meraup wajahnya kasar, lalu berjalan menghampiri Catleya. Tampaknya pemuda itu bersedia menyanggupi permintaan Mbok Lasti meski dengan keterpaksaan. Sebaliknya, kini malah Catleya yang merasa keberatan untuk diantarkan oleh Danar. Wanita itu pun mendekat kepada Pak Warno yang masih setia berdiri di sampingnya. 

“Maaf, Pak, boleh saya bicara sebentar di sebelah sana?” 

“Boleh, Non, mari.”

Pak Warno lantas mengajak Catleya berjalan ke sekumpulan pohon rindang yang berada di dekat lahan kosong. 

“Ada apa, Non? Apa Non tidak mau diantar oleh Danar?” tanyanya begitu tiba di sana.

“Bukan, Pak, tetapi saya ingin bertanya tentang Rajendra. Kenapa semua penduduk seperti takut kepadanya? Apa dia semacam dukun yang punya ilmu gitu, Pak?” Catleya memberanikan diri.

Pak Warno buru-buru menempelkan jari telunjuknya di bibir seraya merendahkan nada suara. 

“Non, jangan bicara asal seperti itu. Pak Jendra adalah pemilik peternakan ayam terbesar di daerah ini. Dia memberikan pekerjaan kepada warga kami, sekaligus membantu pembangunan Desa Purwabinangun sampai maju seperti sekarang. Pak Jendra juga terkenal sangat tegas dalam mengusir para preman.”

“Apa?” Catleya hampir tak percaya mendengar semua kehebatan Rajendra yang diceritakan oleh Pak Warno. Mungkinkah pria paruh baya ini sekadar melebih-lebihkan? Namun bila dipikir lagi Rajendra memang sosok laki-laki yang cukup sulit untuk ditebak. 

“Dari mana Rajendra bisa mendapatkan modal untuk membangun peternakan ayam? Setahu saya, Rajendra adalah keponakan jauh dari Bi Ijah, asisten rumah tangga saya,” cetus Catleya merasa penasaran. Dia ingin memastikan bahwa Rajendra tidak melakukan perbuatan yang melanggar hukum seperti mencuri, merampok, atau berdagang barang yang haram.

“Bi Ijah?” Pak Warno tampak mengingat wanita tua yang wajahnya tak mirip sama sekali dengan Rajendra. Bahkan, tersebar rumor bahwa Rajendra hanya berpura-pura menjadi keponakan Bi Ijah agar warga desa tak tahu identitas aslinya. Namun, rasanya kurang etis bila ia menceritakan rumor ini kepada Catleya.

Jadi, laki-laki tua itu pun akhirnya berkata, “Saya juga tidak tahu pasti, Non. Terakhir kali saya mendengar beberapa warga mengatakan bahwa Pak Jendra berasal dari kota besar. Karena itu, dia sangat cerdas dan punya banyak uang di usia muda. Pak Jendra juga yang mengajari warga tentang internet."

“Benarkah, Pak?” tanya Catleya terperanjat.

Pak Warno mengangguk pelan sebelum melanjutkan ucapannya.

“Kami yakin bila Pak Jendra itu anak orang kaya dari kota. Mungkin dia mengasingkan diri di desa karena terkena suatu masalah. Hampir empat tahun tinggal di sini, Pak Jendra jarang sekali menerima tamu, kecuali untuk urusan pekerjaan.”

Darah Catleya serasa berdesir saat mendengar fakta mencengangkan itu. Pantas saja Rajendra berani menjanjikan hal besar dan juga mengundangnya untuk datang ke desa! Ternyata pemuda itu bermaksud untuk menyombongkan harta dan kemampuannya. Meski begitu, Catleya masih penasaran sekaligus was-was dengan identitas asli Rajendra. 

“Pak, kalau begitu apakah saya….”

“Leya!!”

Belum sempat melanjutkan diskusi, sebuah suara bariton tiba-tiba memanggil Catleya dengan lantang. Meski belum bisa melihat sosok yang menyebutkan namanya, tetapi Catleya tahu Rajendra-lah yang memanggilnya.

Jantung Catleya sontak berdebar-debar. Terlebih, ia melihat Pak Warno sampai berubah pucat! 

“Selamat sore, Pak Jendra,” sapa pria tua itu–setengah membungkukkan badan.

Rajendra mengangguk tenang. “Sore, Pak. Terima kasih sudah menemani calon istri saya, ya.”

“Calon istri?” 

Tak hanya Pak Warno, Catleya sendiri ikut terperanjat mendengar ucapan Rajendra yang terlalu frontal. Padahal, ia belum memberikan persetujuan terkait dengan pernikahan mereka, tetapi Rajendra sudah mengumumkan dirinya sebagai calon istri. Pemuda itu juga berani memanggilnya dengan nama saja, seolah-olah mereka teman sebaya.

“Maaf, saya tidak tahu kalau Non Leya ini calon istri Anda. Kami baru bertemu di perjalanan,” kata Pak Warno terlihat sungkan.

“Tidak masalah, Pak. Kalau begitu, saya dan Leya pamit sekarang. Leya pasti lelah sehabis menempuh perjalanan jauh.”

Tanpa berbasa-basi lagi, Rajendra segera mengambil alih koper yang dibawa oleh Catleya. Melihat perempuan itu masih terpaku di tempatnya, Rajendra menyambar tangan Catleya dan menariknya pelan. 

Tindakan tiba-tiba itu membuat Catleya menjadi salah tingkah. Namun, untuk menepis tangan Rajendra, Catleya tidak berani melakukannya karena mereka sedang menjadi pusat perhatian warga desa. Pada akhirnya, Catleya hanya bisa menurut hingga mereka tiba di sebuah rumah bergaya joglo. 

Rumah itu tampak paling menonjol di antara rumah di sekitarnya. 

Begitu memasuki pekarangan, Catleya segera melepaskan tangannya dari genggaman Rajendra.

“Ada apa?” tanya Rajendra langsung menoleh. Entah mengapa tatapan tajam pria muda itu membuat nyali Catleya menjadi ciut.

“K-kenapa tadi kamu mengatakan kepada Pak Warno kalau aku calon istrimu?”

“Karena kenyataannya memang begitu. Jika Mbak Leya datang ke desa, artinya Mbak Leya setuju untuk menikah dengan saya," jawab Rajendra kembali memakai bahasa yang formal.

“Jendra, aku ke sini hanya untuk melihat apa pekerjaanmu dan bagaimana kehidupanmu sehari-hari,” bantah Catleya dengan segera.

“Sama saja, Mbak. Justru Mbak Leya mau melakukan penyelidikan karena tertarik untuk menjadi istri saya. Bukankah begitu? Lebih baik kita bicara di dalam karena di sini dinding pun bisa memiliki banyak telinga.”

Kesimpulan yang diambil Rajendra membuat wajah Catleya serasa tertampar. Selain mahir berdebat, pemuda ini memang memiliki kemampuan batin untuk membaca pikirannya. Catleya semakin yakin jika desas-desus yang beredar di antara warga tentang Rajendra adalah benar. Namun, bisa juga Rajendra memiliki latar belakang yang lebih misterius daripada yang pernah ia bayangkan.

Dengan ragu-ragu, Catleya mengikuti Rajendra melewati pintu utama. Begitu melangkahkan kaki, Catleya melihat perabotan di rumah itu yang didominasi warna hijau. Terdapat juga sebuah lukisan gamelan jawa beserta dua orang pesinden yang terpajang di dinding. 

Entah mengapa Catleya malah mengingat kisah-kisah mistis tentang orang yang memuja makhluk gaib demi mendapat kekayaan. Mungkinkah Rajendra ini adalah salah satunya? Jika benar begitu, maka dia harus segera kabur sebelum dikorbankan menjadi tumbal pesugihan oleh pemuda itu.

Tanpa sadar, Rajendra pun mengajak Catleya berbelok ke kanan–menuju sebuah pintu kamar yang tertutup rapat. 

“Kamu bisa tidur di sini, ya!” kata pria itu.

Seketika Catleya tersadar dari lamunannya. 

“Tunggu. Apa kamu mau menyuruhku menginap di rumahmu malam ini?” cegah perempuan itu pada Rajendra yang hendak membuka pintu kamar itu.

“Iya, Mbak. Untuk sementara, Mbak Leya tidur di sini, sedangkan saya akan menginap di rumah kepala desa. Tidak baik kalau kita tinggal serumah sebelum ada ikatan pernikahan.” 

Ucapan Rajendra yang sangat beretika dan sopan, membuat Catleya tertegun. Namun di dalam hati, ia justru takut ditinggalkan oleh Rajendra. 

“Jangan pergi, aku takut sendirian di rumahmu,” ungkap Catleya apa adanya.

Mendengar itu, Rajendra menaikkan sebelah alisnya, merasa heran dengan alasan yang dikemukakan oleh Catleya.

“Kenapa takut?”

“Karena barang-barang di rumah ini hampir semuanya hijau. K-kamu bukan pengikut buto ijo, kolor ijo, atau semacamnya, kan?” tanya Catleya keceplosan bicara. 

Di luar dugaan, pemuda tersebut malah menertawakan Catleya. Rajendra tidak terlihat marah sama sekali, tetapi malah terkekeh geli hingga muncul sebuah lesung pipit di pipi kanannya. 

“Jadi Mbak Leya berpikir saya menjadi kaya karena pesugihan? Pasti Mbak Leya terlalu banyak menonton film horor. Saya memilih warna hijau karena warna itu adalah favorit mendiang ibu saya. Mbak Leya jangan khawatir karena saya mendapatkan uang dengan cara yang halal, bukan dengan jalan pintas.”

Tanpa menunda lagi, Rajendra membuka pintu kamar itu dan meletakkan koper milik Catleya di lantai.

“Oh, iya. Saya akan memanggil Isti dan Irma untuk menemani Mbak Leya. Istirahatlah Mbak, karena besok siang kita akan melaksanakan akad nikah. Saya pergi dulu,” tandas Rajendra lantas melenggang pergi. 

Pria itu tak sadar Catleya termangu di tempatnya. Ia tak menduga jika pemuda itu bersungguh-sungguh akan menikahinya. 

“Astaga… bagaimana ini? Apa aku benar-benar akan menikahi lelaki yang cocok sebagai adikku?”

Related chapters

  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Akad Nikah Dadakan

    Sayangnya, lamunan Catleya terhenti kala bulu kuduknya merinding. Ia kembali menyadari bahwa dirinya sendirian di rumah serba hijau ini. Bagaimana jika tengah malam nanti ada tangan tak terlihat yang mencekik lehernya? Ah, daripada pikirannya semakin melantur, Catleya memutuskan untuk mandi saja. Toh, ia merasa gerah sehabis menempuh perjalanan jauh. Awalnya, Catleya merasa was-was untuk menggunakan toilet yang ada di kamarnya, tetapi keraguannya lenyap saat melihat kamar mandi itu cukup nyaman. Segera saja Catleya melepas bajunya, lalu menyiram seluruh tubuhnya dengan air dingin. Hanya saja, pikirannya berkecamuk dengan banyak hal sekaligus, terutama tentang sosok Rajendra sesungguhnya….Apabila dilihat dari fasilitas rumah ini, sepertinya Rajendra memang bukan pemuda desa biasa. Apalagi penampilan, tutur kata, serta fitur wajahnya yang tampan lebih mirip dengan seorang lelaki muda dari kota metropolitan. Bisa jadi, Rajendra dan Bi Ijah sebenarnya tidak memiliki hubungan kekerabata

    Last Updated : 2023-10-05
  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Suami yang Penuh Perhatian

    “Leya kenapa malah melamun? Rajendra sudah menunggumu dari tadi?” tegur Nyonya Nandini. Catleya sontak tersadar dari lamunannya.Ingin rasanya dia melarikan diri, tetapi sudah terlambat baginya untuk mundur dari pernikahan ini. Alhasil, Catleya hanya bisa pasrah saat Nyonya Nandini membimbingnya untuk duduk di samping Rajendra. Catleya langsung menundukkan kepala, tak berani menatap Rajendra maupun orang-orang yang ada di hadapannya. Namun, ia merasakan pandangan Rajendra yang sekilas melirik ke arahnya. Entah apa yang ada di pikiran laki-laki muda yang akan menjadi suaminya itu. Yang jelas, Catleya khawatir bila Rajendra menganggap riasannya terlalu mencolok. “Saya terima nikah dan kawinnya Catleya Wiryawan binti Andi Wiryawan dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!” ucap Rajendra dalam satu tarikan napas. “Bagaimana para saksi? Apakah sah?” “SAH!” Rajendra menarik napas lega, karena bisa mengucapkan ijab kabul dengan lancar. Semua yang hadir terlarut dalam lantunan doa yang

    Last Updated : 2023-10-27
  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Malam Pengantin

    “Terima kasih,” lirih Catleya. Berkat bantuan dari Rajendra, sanggulnya kini sudah terlepas dengan sempurna. Tanpa diminta, Rajendra juga membukakan kancing di bagian belakang kebaya Catleya. Setelahnya, pria itu memilih duduk di tepian ranjang sembari mengecek ponselnya. Suasana di dalam kamar begitu sangat canggung. Baik Rajendra maupun Catleya tidak tahu harus membuat obrolan seperti apa. Terlebih, jantung Catleya sama sekali tidak bisa berdetak dengan normal. Dari balik kaca rias, ia merasa setiap gerakannya seakan diperhatikan oleh Rajendra. “Emmm, Jendra, aku mandi dulu,” ucap Catleya memecah keheningan. Karena tak tahan dengan kecanggungan yang ada, Catleya memutuskan untuk membersihkan diri dan berganti baju di dalam kamar mandi. “Iya, saya juga pamit ke peternakan ayam dulu, Mbak,” pamit Rajendra. "Kenapa?" tanya Catleya bingung. Kenapa juga harus ke peternakan di kala matahari sudah tenggelam. "Memang sudah seharusnya begitu, peternakan harus tetap dipantau meskipun ma

    Last Updated : 2023-10-27
  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Akhirnya Satu Kamar

    “Tenang saja, Mbak, itu pasti salah satu pegawai saya. Mbak tunggu di sini, saya akan periksa ke depan,” ucap Rajendra lantas melangkah pergi. Dengan wajah tegang, Catleya pun menunggu Rajendra kembali. Perempuan itu baru bisa bernapas lega tatkala melihat Rajendra datang bersama seorang pria berusia empat puluh tahunan. Dari gestur tubuhnya, tampak bahwa lelaki tersebut sudah mengenal Rajendra dengan baik. “Ini Pak Yadi, pengawas kandang. Dia kemari untuk tugas jaga malam,” kata Rajendra memperkenalkan pria itu kepada Catleya. “Selamat malam, Bu, maaf kalau kedatangan saya buat Ibu kaget. Saya baru saja selesai membersihkan balai desa bersama warga,” kata Pak Yadi sembari menunduk hormat. “I-iya, Pak, tidak apa-apa,” jawab Catleya merasa malu sendiri. Memang dirinya yang terlalu penakut hingga berpikiran macam-macam. “Pak, tolong jaga kandang. Besok sebelum jam tujuh pagi, saya akan datang,” titah Rajendra. Setelah memberikan arahan kepada pegawainya, Rajendra berpaling untuk

    Last Updated : 2023-10-27
  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Reproduksi

    Mendengar pengakuan spontan dari Rajendra membuat Catleya tidak dapat menahan tawa. Catleya tidak menyangka masih ada pria sepolos Rajendra di muka bumi. Mana mungkin laki-laki seusia Rajendra tidak mengetahui mengenai hal-hal yang berbau dewasa, kecuali dia benar-benar seorang yang alim. Walaupun tidak pernah melakukan, paling tidak seseorang memiliki pengetahuan lewat buku, artikel maupun film. Di samping itu, Catleya juga tidak percaya bila Rajendra belum pernah berpacaran. Dengan didukung paras tampan dan kantong yang tebal, rasanya mustahil bila tak ada gadis yang berusaha untuk menarik perhatian Rajendra. Merasa ditertawakan, Rajendra menatap heran kepada Catleya. "Apa ucapan saya tadi lucu, Mbak?" Catleya tidak langsung menjawab, karena wanita itu masih berupaya mengendalikan tawanya. Beginilah resiko bila menikah dengan lelaki yang masih bocah biarpun secara fisik sudah terlihat dewasa. Sebagai pihak yang lebih tua, ia harus bisa memahami sisi kekanak-kanakan dalam diri

    Last Updated : 2023-10-30
  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Tamu

    “Jendra….” lirih Catleya. Sengaja Catleya memanggil Rajendra dengan suara lirih untuk mengetes apakah suaminya itu sudah tidur atau belum. Tak ada sahutan yang terdengar dari lelaki itu, pertanda bahwa ia telah terbang ke alam mimpi. Ternyata Rajendra termasuk tipe orang yang mudah sekali terlelap hanya dalam hitungan menit. Berbeda dengan dirinya yang sulit memejamkan mata bila di sebelahnya ada orang lain. “Sebenarnya dia tidur atau hanya pura-pura?” gumam Catleya bermonolog.Merasa penasaran, Catleya beringsut mendekat kepada Rajendra. Dengan bertumpu pada sikunya, perempuan itu mengintip sang suami. Kedua kelopak mata pemuda itu terkatup rapat tanpa adanya pergerakan sama sekali. Catleya mencoba untuk mengamati Rajendra lebih dekat. Namun, ia malah menjadi gagal fokus saat memperhatikan bentuk wajah, alis, hidung, dan bibir suaminya. Sungguh, seorang lelaki tampan dalam kondisi apa pun tetaplah tampan, bahkan saat ia memejamkan mata. Barangkali jika Catleya bisa melukis, maka

    Last Updated : 2023-10-31
  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Lalat Pengganggu

    Mendengar itu, Meliana justru memasang ekspresi prihatin sembari melipat tangannya di depan dada. "Kami datang jauh-jauh untuk memberimu ucapan selamat, Kak. Setahuku pengantin baru biasanya penuh kebahagiaan, tetapi kenapa wajahmu masam begitu? Apa kamu mengalami stress berat setelah menjadi wanita desa?” sarkasnya. Sekilas Catleya melihat Adrian menyenggol lengan Meliana agar berhenti bicara. Tindakan Adrian tidak membuat Catleya tersentuh sama sekali. Justru ia ingin menunjukkan kepada lelaki itu bahwa seorang Catleya Wiryawan bisa membela diri tanpa membutuhkan bantuan dari siapapun. “Aku tadi bangun pagi dengan wajah berseri-seri. Tetapi mood-ku langsung hancur saat ada dua lalat pengganggu yang beterbangan di rumahku. Selain bau busuk, lalat itu terus mendengung di telingaku. Aku berencana untuk menggeplaknya dengan raket listrik supaya lalat itu berhenti mengganggu kebahagiaanku,” tandas Catleya menekan setiap kalimatnya. Kini wajah Meliana memanas. Namun, perempuan itu

    Last Updated : 2023-11-01
  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Gara-gara Wortel

    “Saya memang butuh bantuan dari Mbak Leya, tetapi bukan sekarang. Nanti Mbak Leya juga akan tahu kalau waktunya sudah tiba,” jawab Rajendra penuh teka-teki. Catleya terdiam. Namun, ia mencoba tak ambil pusing dan mengangguk. Mungkin, suaminya ini memang butuh waktu.***** “Jendra, apa kamu akan ke peternakan lagi?” tanya Catleya mengikuti langkah Rajendra yang berjalan menuju dapur. Jika pemuda itu sudah tidak disibukkan oleh pekerjaan, Catleya berencana akan bicara mengenai kepulangannya. Dia juga akan memesan tiket bus agar secepat mungkin bisa meninggalkan desa Purwabinangun. Catleya bertekad untuk mengurus keperluannya sendiri agar tak selalu merepotkan Rajendra. “Iya, dua jam lagi saya akan kembali ke kandang untuk mengawasi penyuntikan vaksin. Mungkin saya pulang agak malam,” kata Rajendra sembari mencuci tangannya dengan air sabun. “Ayam juga perlu divaksin?” tanya Catleya heran. Catleya memang tidak tahu-menahu cara memelihara hewan yang menjadi makanan favorit sebagi

    Last Updated : 2023-11-03

Latest chapter

  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Cinta Tulus - Bahagia Selalu (END)

    Esok harinya Rajendra dan Catleya berangkat ke desa Purwabinangun untuk berbulan madu. Begitu mereka tiba, kepala desa dan seluruh warga menyambut Rajendra dengan hangat. Mereka merasa gembira lantaran sang juragan peternakan ayam akhirnya kembali, pasca meninggalkan desa cukup lama.Setelah beramah tamah sebentar dengan warga, Rajendra mohon diri untuk membawa Catleya beristirahat di rumah. Semula Catleya mengira bahwa rumah itu akan terlihat kotor dan berbau apek karena sudah lama tidak dihuni. Namun dugaannya ternyata keliru. Begitu pintu terbuka, Catleya terkejut melihat rumah bercat hijau itu terlihat rapi dan bersih. Ia juga disambut oleh Isti dan Irma, gadis kembar yang dulu menjadi perias pengantinnya. Nampaknya, Rajendra menugaskan kedua gadis itu untuk merawat dan menjaga rumahnya selama mereka tidak ada. “Mbak Leya sedang hamil. Sudah berapa bulan, Mbak?” Isti memandang perut Catleya yang membuncit dengan mata berbinar.“Lima bulan, Isti,” kata Catleya.“Mbak Leya dan Pak

  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Resepsi Pernikahan Meriah

    Catleya sudah bersIap-siap pergi ke butik untuk melakukan fitting baju. Hari ini, Catleya pergi dengan ditemani oleh Ineke, karena sahabatnya itu sedang cuti. Setibanya di tempat tujuan, Ineke langsung bergerak aktif bersama para pegawai butik untuk memilihkan gaun bagi Catleya. Sementara itu, sang ibu hamil hanya berdiri sambil melihat kesibukan mereka. Dalam hal ini, Catleya berperan sebagai manekin yang bertugas mencoba gaun. Rasanya bagaikan mimpi ketika Catleya memandang dirinya di depan cermin. Sebuah gaun putih berenda mawar, dengan ekor panjang yang menjuntai membalut tubuhnya. Persis seperti imajinasinya semasa kecil, bahwa ia akan berpakaian seperti putri raja dan menikah dengan seorang pangeran. Dan pangeran tersebut tak lain adalah Rajendra Aryaguna, lelaki yang mendadak hadir dalam hidupnya tanpa disangka-disangka. “Setelah ini, kita akan ke mana? Belanja ke mall, perawatan ke salon, makan di kafe, atau nonton film?” tanya Ineke pasca urusan di butik sudah selesai. “Ki

  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Pelangi Sehabis Badai

    Bibir Catleya berubah sepucat kertas takala mendengar kabar duka itu. Cairan bening berdesakan di kedua sudut matanya. Pasalnya, sejahat apa pun perilaku Nyonya Nandini dan Meliana, tetap saja mereka pernah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidupnya. Bahkan, selama ini ia telah menganggap Nyonya Nandini sebagai ibu kandung sendiri.“Halo, Non. Apa Non Leya masih mendengar suara saya?” tanya Bi Ijah dari seberang telepon.“I-iya, Bi. Tolong tanyakan, di rumah sakit mana Mama Nandini dirawat,” kata Catleya dengan suara parau.“Sebentar, Non.”Terdengar suara langkah kaki Bi Ijah yang menjauh, disertai sayup-sayup percakapannya dengan petugas kepolisian. Tak berselang lama, Bi Ijah kembali untuk memberitahukan informasi yang berhasil dia dapatkan. “Kata Pak Polisi, Nyonya Nandini ada di IGD rumah sakit Premier, Non.”“Baik, Bi, terima kasih. Aku dan Jendra akan ke sana sekarang,” ucap Catleya sebelum memutus sambungan telepon. Bersamaan dengan itu, Rajendra datang dengan membawa namp

  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Tak Mau Kehilanganmu

    “Mama!”Catleya berteriak di dalam tidur karena memimpikan ibu kandungnya berjalan pergi bersama Nyonya Nandini. Merasa sedih sekaligus takut, perempuan itu meraih guling yang ada di sampingnya dan memeluknya dengan erat. Anehnya, guling tersebut terasa lebih besar dan hangat seakan memiliki nyawa.“Eummm, jangan tinggalkan aku,” racau Catleya. “Aku tidak akan meninggalkan kamu, Sayang.”Mendengar suara bariton yang menjawabnya, Catleya serasa terlempar kembali ke dunia nyata. Kelopak matanya mengerjap sebelum akhirnya terbuka perlahan. Seolah tak percaya, Catleya mengusap mata beberapa kali. Berusaha menajamkan penglihatan, supaya tidak salah mengenali benda. Siapa tahu mimpi buruk tadi telah membuat dirinya mengalami halusinasi berlebihan. “Kenapa guling bisa berubah menjadi Jendra?” tanya Catleya bingung. Dalam sepersekian detik, Catleya bersitatap dengan netra hitam milik sang suami. Entah mengapa perwujudan dari imajinasinya saat ini benar-benar nyata.Catleya pun mengulurkan t

  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Anak Durhaka

    “Biarkan Mama ikut denganmu, Mel. Mama akan selalu menemani kamu, ke mana pun kamu pergi,” kata Nyonya Nandini berusaha meluluhkan hati Meliana. Bagaimanapun, dia tidak akan membiarkan putrinya pergi seorang diri. Apalagi, Meliana saat ini sedang dirundung keputusasaan yang mendalam. Melihat ibunya terus memohon, Meliana akhirnya membuka pintu mobil. Setelah Nyonya Nandini masuk, perempuan itu langsung menginjak pedal gas dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Yang diinginkan Meliana hanyalah melampiaskan amarah yang sedang membakar dirinya, dengan cara mengemudi secara ugal-ugalan. Catleya hanya bisa memandang kepergian ibu dan adik tirinya dengan tatapan nanar. Ia bingung harus berbuat apa saat ini. Di satu sisi, ia mencemaskan kondisi Meliana dan Nyonya Nandini, tetapi di sisi lain hatinya masih terlalu pedih untuk bertatap muka lagi dengan mereka. Terlebih, bayi dalam rahimnya hampir saja celaka gara-gara ulah sang adik tiri. “Ayo, masuk, Non. Sebaiknya Non Leya istira

  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Playing Victim

    Meski harus melanggar pesan dari Rajendra, Catleya bertekad untuk mendatangi Nyonya Nandini. Hanya saja, dirinya saat ini sedang dijaga ketat oleh para pelayan. Jika ia nekat keluar dari apartemen, mereka pasti akan mengadu pada Rajendra. Oleh karena itu, ia harus mencari cara supaya diizinkan pergi seorang diri. Setelah berganti pakaian dan mengambil tas, Catleya pun berjalan mengendap-endap dari kamarnya. Namun, salah satu pelayan yang sedang membersihkan ruang tamu mengetahui pergerakannya. “Nyonya, mau ke mana? Tuan Muda berpesan agar Nyonya istirahat di kamar,” tegur pelayan itu. Pelayan yang satu lagi juga menghentikan pekerjaannya di dapur dan menghampiri Catleya.“Saya sedang merindukan mama saya, Mbak. Saya akan berkunjung ke rumahnya sebentar,” bohong Catleya. “Kalau begitu kami akan menelepon Tuan Muda dulu untuk meminta izin,” kata salah satu pelayan.“Jangan, Mbak, suami saya sedang ada urusan penting, tidak bisa diganggu. Lebih baik Mbak berdua tetap di apartemen untu

  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Saling Mendendam

    Pagi hari, Catleya langsung merengek kepada Rajendra agar mengurus kepulangannya. Tentu saja, Rajendra menuruti keinginan sang istri meski dia tidak melakukan sendiri. Ada Rama yang siap sedia menangani urusan administrasi rumah sakit, sedangkan Rajendra lebih memilih berduaan dengan Catleya.Setibanya di apartemen, dua orang pelayan yang diutus Nyonya Tiara sudah menantikan kedatangan Catleya. Mereka yang akan ditugaskan melayani Catleya, selama Rajendra berada di kantor. Sebelum berangkat, Rajendra pun mewanti-wanti para pelayan itu agar tidak lalai dalam menyiapkan segala keperluan Catleya.Sementara Catleya hanya memperhatikan dari sofa sambil geleng-geleng kepala. Dia merasa heran melihat perubahan drastis pada diri sang suami. Siapa sangka Rajendra yang dulu irit bicara, sekarang bisa mengucapkan kalimat panjang tanpa jeda, mirip seorang ibu mertua yang sedang mengomeli menantunya.“Jangan lupa siapkan vitamin dari dokter setelah Catleya makan siang,” pesan Rajendra.“Baik, Tuan

  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Romantis sampai Tua

    Rajendra yang sedang menemani Catleya di rumah sakit, mendapat telepon dari Tuan Rinto. Pengacara sekaligus sahabat mendiang ayahnya itu memberikan kabar bahwa pihak yang berwajib sudah mendatangi rumah Ibrahim. Hampir saja pria paruh baya tersebut melarikan diri ke Amerika, tetapi kepergiannya berhasil dicegah.“Apa sekarang Om Ibrahim sudah diamankan?” tanya Rajendra memastikan.“Iya, Jendra. Ibrahim sudah ada di kantor polisi untuk menjalani pemeriksaan. Om akan terus mengikuti perkembangan penyelidikan kasus ini,” kata Tuan Rinto.“Terima kasih, Om. Kalau memang aku perlu datang ke sana, tolong kabari aku secepatnya.”“Baik, Jendra.”Setelah percakapan itu berakhir, Rajendra meletakkan ponselnya di atas nakas. Ia bermaksud hendak menemani Catleya yang sedang tertidur. Namun tidak sampai lima menit, ponselnya bergetar-getar. Melihat nama Bintang di layar, Rajendra segera menekan tombol hijau. Ia sama sekali tidak terkejut bila kakak sepupunya itu menelepon, karena ia sudah menebak

  • Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda   Kebenaran yang Menyakitkan

    Kedua perempuan beda usia itu berpelukan dalam haru. Pipi Catleya ikut basah oleh air mata, tak mengira bila ia akan bertemu lagi dengan pembantu sekaligus pengasuhnya semasa kecil.Setelah melepas rindu satu sama lain, mereka pun duduk di kursi dengan posisi saling berhadapan. Mbok Tami berusaha menghentikan tangisnya, sebab dia sudah mengetahui tujuan Catlleya mengunjunginya kali ini.“Non, Mbok Tami benar-benar minta maaf atas kesalahan Mbok selama ini. Mbok tidak bermaksud untuk mendukung perbuatan buruk Nyonya Nandini,” kata Mbok Tami dengan suara parau.“Perbutan buruk apa, Mbok?” tanya Catleya dengan mata terbeliak.“Nyonya Nandini yang sudah menyebabkan Nyonya Sofia mengalami serangan jantung, Non,” Ucapan Mbok Tami terputus lantaran sesak yang menghimpit rongga dadanya. “Saya sudah berusaha mencegah Nyonya Sofia, tapi akhirnya dia melihat Nyonya Nandini dan Tuan Wirya di kamar. Mereka bertiga bertengkar hebat. Nyonya Nandini justru menghina Nyonya Sofia. Dia bilang Tuan Wiry

DMCA.com Protection Status