Share

Bab 66

Author: YL Wanodya
last update Last Updated: 2024-10-13 16:51:21

"Mas, ini gimana?" tanya Dewi dengan berbisik.

Jantungnya tidak lagi berdetak beraturan, ia menggenggam erat tangan Rafael.

"Kau diam atau memilih kita selesai di sini!" seru Rafael dengan berbisik.

Nada bicaranya terdengar bergetar, ia takut pada siapa di balik pintu itu. Tapi ... siapa yang harus ia takuti kini? Ann atau ...

Brak!

Pintu itu terbuka dengan menampakkan sosok Ann yang berdiri di sana.

"Rafael, Dewi sepertinya kalian harus diperiksa," ucap Ann dengan senyuman manisnya.

"Kak, bukan kami yang melakukan itu," elak Dewi dengan tatapan penuh harap.

Memohon agar dirinya dilepaskan saja, tapi sepertinya keadaan tidak pernah berpihak pada dirinya.

"Apa yang kamu lakukan, Ann? Kamu menuduh kami melakukan ini?" tanya Rafael dengan menatap nyalang ke arah Ann.

"Jika kamu tidak melakukan, kenapa raut wajahmu seperti itu, Rafael?"

Saat membalikkan tanya pada Rafael, Ann bersama dengan seorang pria. Bukan Sena atau pun siapa yang mungkin Dewi kenal.

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 67

    Setelah beberapa hari, Ann mulai mengurus tambahan laporan tentang Rafael. Semua kebusukannya terlihat, Dewi sengaja dibebaskan dengan pertimbangan kehamilannya. "Aku tidak menyangka jika semuanya cukup rumit, Sena," ucap Ann lirih. "Tidak apa-apa, Sayang. Semua ini agar ia mendapatkan balasan yang setimpal," balas Sena. Ke duanya duduk di ruang tunggu, Rafael yang dihadirkan begitu kumuh dan lusuh. "Tuan, Nona, silakan jika ingin bicara pada pelaku," ucap seorang pria itu. "Terima kasih, Pak." Ann dengan gemetar mendekati Rafael, ia menatap nyalang ke arah pria yang dulu sangat ia cintai. "Aku tidak paham dengan jalan pikirmu, Rafael. Mungkin dulu aku sangat mencintaimu, tapi kini aku terpaksa menjebloskanmu ke penjara," ucap Ann dengan penuh ketegasan. "Jika bukan karena istriku yang menahanku menjebloskanmu lebih dulu. Mungkin kau sudah habis ditanganku, bajingan!" pekik Sena seraya mengepalkan tangan. "Sena, stop! Pak, tolong bawa dia masuk!" pinta Ann.

    Last Updated : 2024-10-14
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 68

    "Selamat pagi, Tuan Muda," sapa Arka saat Sena hendak memasuki ruangan. "Pagi, Arka. Apa ada hal yang harus aku perhatikan hari ini?" tanya Sena. "Permisi, Tuan muda. Ada tamu yang menunggu di bawah," ucap seorang wanita. Sena mengernyitkan dahinya, sedangkan Arka mulai bertanya-tanya. "Arka, ada jadwal pertemuan pagi ini?" Sena melempar tanya dengan menatap sekretarisnya itu. "Tidak ada, Tuan. Coba saya cek dulu ya," Arka beranjak meninggalkan Sena. Langkahnya terburu-buru menuju lobi, seorang wanita yang cukup cantik berdiri di dekat pintu. "Selamat pagi, Nona," sapa Arka. "Pagi, apa saya bisa bertemu dengan Tuan Muda Gaharu?" tanyanya dengan terburu-buru. "Kalau boleh tahu, ada urusan apa dengan Tuan muda Gaharu? Beliau sangat sibuk hari ini, setelah saya cek Anda juga tidak membuat jadwal," terang Arka. Helaan nafasnya terlihat gusar, wanita yang tinggi semampai dengan pakaian yang sangat mencolok. "Oh, kamu karyawan baru di sini. Saya ini saudari Tuan m

    Last Updated : 2024-10-16
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 69

    "Ann, menurutmu bagaimana?" tanya Lena. "Bagaimana? Apanya?" Ann menatap ke arah Lena dengan penuh tanya. "Kalau Aisha menikah, kita akan susah nongkrong 'kan?" Lena melemparkan celetukan. "Belum tentu, Lena. Bisa aja malah lebih sering nongkrong karena calon suami Aisha kan sekretaris Sena suamiku," terang Ann. Lena mendongak pada Ann, tidak ada yang salah dari jawabannya. Tapi, kenapa ia merasa tersingkir? "Kamu gak bakalan lupa sama aku kan, Ann?" tanya Lena. Ann mengernyitkan dahinya bingung, "Memangnya kenapa sih, Lena? Aisha menikah dengan Arka juga hak dia. Gak bakalan aku lupa sama kamu, kita kan tetap temenan," paparnya. "Iya sih." Lena melenggang begitu saja tanpa banyak kata. Entah apa yang sebenarnya ia pikirkan. "Dasar aneh!" seru Ann. Matanya tertuju pada sebuah pesan singkat yang dikirim Sena. [Sayang, aku sudah mengajukan cuti 4 hari pada Dewa, sepertinya dia sudah setuju. Arka sudah memesankan tiket liburan 3 hari. Kamu tidak keberatan

    Last Updated : 2024-10-21
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 70

    "Sayang, kamu yakin mau mandi sekarang?" tanya Sena. Sedangkan Ann masih kesulitan bernafas, ia memukul tubuh Sena dengan keras. Bruk! Ann terjatuh di lantai, ia meringis kesakitan. Entah apa yang dipikirkan Sena sampai melepaskan pegangannya pada Ann. "Kamu!" pekik Ann. Susah payah ia berdiri dan pergi meninggalkan Sena. Di dalam kamar mandi, Ann memegang pantatnya yang terasa sakit. "Suami kampret!" hardiknya. Di luar kamar mandi, ia mampu mendengar suara Sena yang menertawakannya. Kian kesal pada tingkah suaminya, Ann segera menyelesaikan proses mandinya. "Sayang, ayo makan!" ajak Sena saat melihat Ann keluar. "Makan sendiri, pergilah sendiri. Aku mau ke apartment!" seru Ann dengan sedikit berteriak.. Manik mata Sena membelalak lebar, "Ada apa, Sayang?" tanya Sena. Raut wajahnya bingung, tercetak jelas ia tidak terima dengan keputusan Ann sepihak. "Gak ada apa-apa. Kamu saja tidak peduli aku terjatuh, terus kenapa aku harus pergi denganmu? Apal

    Last Updated : 2024-10-22
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 71

    "Apa yang terjadi, Arka?" tanya Sena. "Maaf mengganggu istirahat Anda, Tuan Muda. Wanita yang sempat datang ke kantor kembali datang," terang Arka. "Usir!" tegasnya. Setelah kalimat itu terdengar, Sena meninggalkan Arka sendirian. "Baik." Semua terlihat menyebalkan, saat Sena harus menerima kabar pelik yang membebani pikirannya. "Ann," panggilnya lirih. Tapi, tidak ada jawaban yang ia dengar dari dalam kamar. Pintunya terkunci, entah mengapa istrinya berlaku demikian? "Reni, bawakan kunci cadangan!" pintanya. Sigap saja Reni memberikan kunci cadangan pada Sena. Setelah pintu terbuka, matanya membelalak lebar. Ann terlelap dengan posisi asal, ia hanya bisa tersenyum seraya membenarkan posisi tidur Ann. "Kamu kalau tidur gini makin cantik, aku jadi pengen gigit!" gumam Sena. Cinta dan kasih sayang sebesar itu rela ia curahkan sepenuhnya pada Ann. Usapan lembut pada ujung kepalanya membuat Sena semakin cinta. "Sayang, kamu jadi ikut aku 'kan?" tanya

    Last Updated : 2024-10-23
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 72

    "Sena ... bangun!" Ann berbisik pada suaminya. Semalam, ia dan Sena melakukan hal yang sama sekali di luar kendalinya. Biasanya hanya dilakukan satu sampai dua kali. Tapi malam itu berbeda, Sena seperti siap menerkamnya hidup-hidup. Kini ... pria yang terlelap di sampingnya terlihat lelah. Tapi senyumnya sangat cerah. "Sena, pasti kita akan telat sarapan kalau kamu tidak bangun," ujar Ann lagi. Tubuhnya penuh bekas keunguan, tapi perutnya terasa sangat lapar. Malu! Jika harus berjalan sendirian dengan tubuh seperti ini. "Sena!" seru Ann seraya mengoyak tubuh suaminya. "Hm, Sayang, Aku masih sangat mengantuk," keluh Sena. "Tapi aku lapar!" ucap Ann dengan memelas. Meski tahu Sena tidak akan melihat ekspresinya, tapi itu sebuah usaha untuk membuat Sena bangun. "Sayang, ayo bangun. Aku malu kalau keluar dengan badan seperti ini, semua ini kan perbuatan kamu. Jadi bertanggung jawablah!" teriak Ann dengan keras. "Bertanggung jawab tentang apa, Ann? Se

    Last Updated : 2024-10-24
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 73

    "Kenapa diam saja?" tanya Ann. Setelah kejadian pagi tadi, Sena hanya terpaku diam tanpa banyak bicara. "Tidak apa-apa, Sayang," balasnya. "Hari ini Arka sudah mengatur jadwal kita 'kan? Lalu, kenapa kita masih di sini?" tanya Ann dengan penuh desakan. Sena mengernyitkan dahinya, "Kamu mau keluar?" tanya Sena. "Ya, memangnya kita akan diam selama 3 hari di hotel?" Ann membalikkan tanya. Alih-alih akan mendapatkan liburan yang nyaman, nyatanya Sena seperti membuat Ann terkurung di hotel. "Ya, ayo kalau begitu." Hanya itu? Ann menggertakkan rentetan giginya, ia penuh kekesalan.. "Kalau kamu tidak ingin pergi bersamaku, aku bisa sendiri!" tegas Ann. Langkah kaki terburu-buru dengan meraih tas slempang yang biasa ia bawa. Ann membawa dirinya keluar dari kamar, berjalan keluar tanpa memedulikan panggilan Sena. "Sayang, maafkan aku. Tubuhku sangat lelah kali ini, tapi aku siap menemanimu kemana pun!" ucap Sena. Setelah ia berlari mengejar istrinya, kini

    Last Updated : 2024-10-26
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 74

    "Hahaha, kau berakting sangat bagus, Ailyn. Tapi maaf aku masih sangat sibuk kali ini!" tegas Sena dengan memutuskan panggilan sepihak. Kini, ia memijat pelipisnya yang sedikit tegang, dengan perasaan bertanya-tanya. Sebenarnya, siapa wanita yang mengusik ketenangannya itu? "Sena, ada apa?" tanya Ann dengan menatap lekat suaminya. "Ada sedikit masalah di kantor, tapi sudah aman. Gimana kamu sudah puas?" tanya Sena dengan senyuman. "Sudah, hari juga sudah sangat terik. Aku ingin kembali ke hotel saja," balas Ann. "Baiklah, mari kita pulang, istriku!" celetuk Sena dengan menggandeng tangan Ann. Langkah demi langkah menuju parkiran, Sena dengan sigap memayungi istrinya. "Hahaha, kamu dapat payung dari mana?" tanya Ann dengan terkekeh. "Ada deh!" Jalanan yang ramai karena banyak wisatawan sekaligus karyawan makan siang. Tapi, anehnya kota itu tidak macet seperti ibu kota. "Sena, aku rindu banget sama ayah. Tapi, aku malas menghubunginya," celetuk Ann. "

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 96

    "Kerja bagus, Arka. Belikan tiket pulang pergi," tegas Sena. "Anda dalam waktu dekat tidak ada perjalanan bisnis, Tuan," Arka sempat termangu sejenak. "Menjemput istri dan anakku, memang bukan perjalanan bisnis," terang Sena. Arka tergelak sejenak, menatap Sena dengan penuh tanya. sebenarnya apa yang terjadi pada pertemuan Tuan dan Nonanya itu? "Anak yang mana, Tuan? Memangnya Nona Ann sudah lahiran?" berondong tanya Arka. Sena mengangguk. "Tuan, kenapa Anda diam saja? kenapa tidak mengumumkan kalau Nona Ann sudah melahirkan anak. Parah sih, bagaimana bisa Anda diam seperti itu!" gerutu Arka dengan penuh kekesalan. Ini hal yang tidak Sena sukai, Arka selalu ingin tahu banyak hal. Bahkan dia sangat oversharing terkadang. "Jangan katakan pada siapa pun, sebelum Ann benar-benar kembali ke rumah. Atau kau akan mendapatkan masalah!" tegas Sena. "Ba-baik!" *** "Kangen banget sama Ann," gumam Lena. Dia gadis yang kini duduk di sudut cafe, menikmati sore har

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 95

    Pada detik-detik yang menegangkan, kontraksi yang kian terlihat jelas. Mau tidak mau bidan mengambil tindakan. Sena yang kini memasuki ruangan, melihat Ann merintih kesakitan. "Nona Ann, kita berjuang bersama ya, saya akan memberi aba-aba," ucap bidan dengan lembut. Di samping Ann, Sena mengusap pelan kening istrinya. Sesekali ia mengusap keringat yang keluar, dan membantu bidan menyampaikan aba-aba. Suara tangisan bayi yang memecah ramai suara rintihan Ann. Lahirlah seorang bayi laki-laki yang sangat lucu. "Syukurlah, bayinya lahir dengan kelamin laki-laki. Selamat Nona Ann dan Tuan Sena," ucap Bidan dengan membawa bayi itu untuk dibersihkan. Ann masih menggenggam erat tangan Sena, membiarkan pria di sampingnya itu luruh dalam perasaan campur aduknya. "Sayang, terima kasih banyak. Maafkan kesalahanku," bisik Sena lembut di telinga Ann. Sejenak mengingat keterangan Sena, ia merasa salah besar. Apakah ia berdosa sudah marah pada suaminya? Yah, Ann merasa gaga

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 94

    Pulang tanpa membawa apa-apa, untuk urusan pekerjaan Sena dan Arka kembali ke kota. Membawa duka dan kesal yang mendalam. "Kita akan meninggalkan Nona Ann di sini, Tuan?" tanya Arka seraya memasukkan kopernya ke mobil. "Ya, kita tunggu saja. Selesaikan dulu yang di kota, lalu biarkan aku kembali di sini," terang Sena. "Tuan? Benarkah Anda akan datang ke sini sendiri?" tanya Arka kembali melempar tanya. "Kau!" pekik Sena. Arka tergelak, tidak biasanya ia mendengar amarah tuannya. Sepanjang perjalanan menuju bandara, Sena hanya diam. "Arka, berikan nomor Bu Ratmi," tegas Sena. "Untuk apa, Tuan?" tanya Arka dengan mendongak. "Berikan padaku!" seru Sena. Arka langsung memberikan nomor Bu Ratmi. Tidak lama, Sena menjauh meninggalkan Arka. "Halo," sapa Sena. "Siapa?" tanya Ratmi di seberang. "Saya Sena, Bu. Boleh mengobrol dengan Ann sebentar?" tanya Sena dengan lembut. Helaan nafas panjang terdengar samar di sambungan telepon. "Ada apalagi, Sena? B

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 93

    Ratmi berjalan dengan gusar, setelah kepergian Sena dan Arka. Ia semakin tidak tega dengan Ann. "Ann," panggilnya. "Iya, Bu. Ada apa ya? Apa Sena sudah pulang?" tanya Ann memberondong. "Sudah, dia pria yang baik kelihatannya. Apa mualmu sudah mendingan, Nak?" tanya Ratmi. Ann hanya mengangguk pelan, dengan senyuman yang masih mengembang pada bibirnya. "Bu, apa yang aku lakukan ini salah?" tanya Ann. "Tidak, Ann. Laki-laki memang harus diberi pemahaman lebih agar dia mau berjuang. Jika kamu dengan mudah kembali dengannya, ia akan melakukan kesalahan yang sama," jelas Ratmi. Ratmi menggenggam tangan Ann dengan lembut. Mengusapnya secara perlahan, memberikan kekuatan pada gadis rapuh di hadapannya. "Baiklah, Bu. Aku akan beristirahat lebih cepat malam ini," ucap Ann. Raut wajahnya berubah, rona yang biasa Ratmi lihat kini telah berubah menjadi rona bahagia. Jiwa Ann seolah menemukan ketenangannya. "Ann, tunggu, apa kamu merindukan Sena?" tanya Ratmi. "Hehe

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 92

    Sesuai dengan perkataan ibu Ratna, Sena dan Arka bergegas menuju rumah di ujung desa itu. "Kau yakin Ann akan menemuiku?" tanya Sena dengan raut penuh tanya. "Ya, saya menjaminnya, Tuan muda!" tegas Arka. "Oke." Ketukan pintu Sena layangkan pada pintu kayu yang terlihat tidak layak. Helaan nafas panjang saat menunggu respon dari pemilik rumah. "Lihatlah, tidak ada jawaban apa pun!" ujar Sena. "Bersabarlah sedikit, Tuan muda." Kini, Arka berjalan mendekati pintu, tangannya mengetuk dengan perlahan. "Permisi, Bu Ratmi," Arka sedikit meninggikan suaranya. Tidak lama dari itu, suara kaki yang melangkah mendekati pintu. "Oh kamu lagi, duduklah di teras!" titahnya. Sena mengernyitkan sebelah alisnya, "Benar-benar ya, aku bukan siapa-siapa di sini," ungkapnya lirih. "Silakan duduk, Tuan muda," ucap Arka. Beberapa kali ia menatap jam tangan yang melingkar, sudah 10 menit dari kepergian Ratmi. Tapi, Ann tidak kunjung keluar. Alih-alih Ann, sekarang mal

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 91

    "Mbak Ann, ada beberapa pria nyari kamu," bisik Ratna. Ann mendongak pada gadis kecil di hadapannya, "Siapa, Ratna?" tanya Ann. Ratna menggeleng, ia hanya menarik lengan Ann untuk ikut dengannya. "Itu, Mbak. Om-om tampan itu yang mencari mbak," jemari kecilnya menunjuk seorang pria di halaman. Detak jantung tidak beraturan, nafas yang tersengal-sengal. Tahu dari mana dia jika Ann ada di sini? "Mbak, aduh!" seru Ratna tatkala Ann mulai limbung. "Ann!" seru Sena. Tidak sabar untuk segera melihat istrinya, Sena berlari menuju suara gadis kecil yang ia temui di jalan. Tapi, alih-alih dengan gampang ia mendekati Ann, Ratna yang awalnya antusias perlahan memberi jarak.. "Jangan mendekati Mbak Ann! Gara-gara Om, mbak Ann hampir pingsan!" pekiknya keras. "Ratna, Annindita adalah istriku. Kamu belum tahu urusan orang dewasa," elak Sena. "Aku tidak peduli, Om. Silakan pergi!" pekik Ratna kian keras. Sopan santun memang diajarkan oleh Ratmi padanya, tapi kali in

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 90

    Dua bulan berlalu. Ann yang berhasil melewati trimester pertamanya dengan tenang. Bantuan Ratmi sangat penting baginya. "Ann, hari ini kita ke dokter ya," ajak Ratmi dengan mengulas senyum ramah. "Iya, Bu." Sudah selayaknya ibu sendiri, Ann begitu di sayangi oleh Ratmi. Dan sebaliknya, Ratmi sudah menganggap Ann seperti anaknya sendiri. "Bu, aku sudah memasak nasi goreng, ayo sarapan!" ajak Ann. Ratna yang baru saja keluar kamar sontak mendongak, "Mbak masak lagi?" tanya Ratna. "Ya, Ratna. Ayo cuci muka dulu terus sarapan!" ajak Ann. Gadis dengan riang berlari menuju kamar mandi, bergegas mencuci muka dan menyusul ke ruang makan. "Bagaimana keadaanmu, Ann? Tidak ada masalah selama tidur 'kan?" tanya Ratmi. "Sudah baik-baik saja, Bu. Anak ini bisa diajak kerja sama dengan baik," jawab Ann dengan kekehan ringan. "Syukurlah, semalam aku mendengar kamu menangis. Apa yang membuatmu bersedih, Ann?" Ratmi menatap Ann dengan penuh tanya. Meski bukan anak ka

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 89

    "Mbak, bangun!" suara lirih Ratna berhasil membangunkan Ann yang terlelap. Tanpa sadar, ia telah tidur cukup lama. di luar sudah gelap, dan Ratmi terlihat sudah sibuk. "Mbak, ayo makan!" ajaknya. Ann masih terdiam sejenak, memikirkan keputusan apa yang akan ia ambil setelah ini. "Ya, ayo!" seru Ann setelah menyadari Ratna tidak beranjak. Setibanya di meja makan, Ratmi sudah menyiapkan beberapa makanan dan buah. "Saya tidak tahu mbak bisa makan apa tidak, karena trimester pertama itu sangat sensitif. Kalau gak bisa makan berat, ini ada beberapa buah yang sudah saya potong," papar Ratmi dengan tenang dan ramah. "Bu Ratmi, saya sangat berterima kasih," ucap Ann. Ratmi mengangguk dengan ulasan senyum, "Ya, makanlah, Mbak." Ann hanya bisa memakan beberapa suap, hingga ia harus memaksa makanan itu masuk ke perutnya. Hamil memang bukan perkara mudah, tapi kini Ann harus kuat dengan apa pun yang terjadi. "Bu Ratmi, saya boleh ngobrol sebentar?" tanya Ann. Ur

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 88

    Ann terdiam sejenak setelah membuka mata, ruangan yang begitu asing baginya. Kosong! Tidak ada seorang pun di sana kecuali dirinya. "Buk, Mbaknya sudah sadar!" seruan anak kecil yang nyaring membuat Ann menoleh. Setelah itu, terdengar langkah kaki yang mendominasi, hingga seorang wanita masuk ke dalam ruangan. "Mbak, gimana keadaan kamu?" tanya wanita itu. "Masih sedikit pusing, terima kasih sudah membantuku, Bu. Maaf kalau merepotkan," tutur Ann lembut. Wanita setengah baya itu tersenyum simpul, entah apa yang ada di benaknya. "Maaf jika pertanyaan ini sedikit sensitif, apa mbak sudah menikah?" tanyanya lagi. Ann tertegun, ada apa? Apakah ada seseorang yang mencarinya? "E ... iya, saya sudah menikah. Ada apa ya, Bu?" tanya Ann dengan gugup. Kembali senyum itu tersimpul, "Selamat ya, Mbak. Kamu sudah mengandung 6 Minggu," ucapnya. Seperti tersambar petir, Ann terdiam dalam lamunannya sendiri. "Mengandung? ja-jadi aku hamil?" tanya Ann terbata. "Iy

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status