Share

Bab 70

Penulis: YL Wanodya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-22 18:44:36

"Sayang, kamu yakin mau mandi sekarang?" tanya Sena.

Sedangkan Ann masih kesulitan bernafas, ia memukul tubuh Sena dengan keras.

Bruk!

Ann terjatuh di lantai, ia meringis kesakitan. Entah apa yang dipikirkan Sena sampai melepaskan pegangannya pada Ann.

"Kamu!" pekik Ann.

Susah payah ia berdiri dan pergi meninggalkan Sena. Di dalam kamar mandi, Ann memegang pantatnya yang terasa sakit.

"Suami kampret!" hardiknya.

Di luar kamar mandi, ia mampu mendengar suara Sena yang menertawakannya.

Kian kesal pada tingkah suaminya, Ann segera menyelesaikan proses mandinya.

"Sayang, ayo makan!" ajak Sena saat melihat Ann keluar.

"Makan sendiri, pergilah sendiri. Aku mau ke apartment!" seru Ann dengan sedikit berteriak..

Manik mata Sena membelalak lebar, "Ada apa, Sayang?" tanya Sena.

Raut wajahnya bingung, tercetak jelas ia tidak terima dengan keputusan Ann sepihak.

"Gak ada apa-apa. Kamu saja tidak peduli aku terjatuh, terus kenapa aku harus pergi denganmu? Apal
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 71

    "Apa yang terjadi, Arka?" tanya Sena. "Maaf mengganggu istirahat Anda, Tuan Muda. Wanita yang sempat datang ke kantor kembali datang," terang Arka. "Usir!" tegasnya. Setelah kalimat itu terdengar, Sena meninggalkan Arka sendirian. "Baik." Semua terlihat menyebalkan, saat Sena harus menerima kabar pelik yang membebani pikirannya. "Ann," panggilnya lirih. Tapi, tidak ada jawaban yang ia dengar dari dalam kamar. Pintunya terkunci, entah mengapa istrinya berlaku demikian? "Reni, bawakan kunci cadangan!" pintanya. Sigap saja Reni memberikan kunci cadangan pada Sena. Setelah pintu terbuka, matanya membelalak lebar. Ann terlelap dengan posisi asal, ia hanya bisa tersenyum seraya membenarkan posisi tidur Ann. "Kamu kalau tidur gini makin cantik, aku jadi pengen gigit!" gumam Sena. Cinta dan kasih sayang sebesar itu rela ia curahkan sepenuhnya pada Ann. Usapan lembut pada ujung kepalanya membuat Sena semakin cinta. "Sayang, kamu jadi ikut aku 'kan?" tanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 72

    "Sena ... bangun!" Ann berbisik pada suaminya. Semalam, ia dan Sena melakukan hal yang sama sekali di luar kendalinya. Biasanya hanya dilakukan satu sampai dua kali. Tapi malam itu berbeda, Sena seperti siap menerkamnya hidup-hidup. Kini ... pria yang terlelap di sampingnya terlihat lelah. Tapi senyumnya sangat cerah. "Sena, pasti kita akan telat sarapan kalau kamu tidak bangun," ujar Ann lagi. Tubuhnya penuh bekas keunguan, tapi perutnya terasa sangat lapar. Malu! Jika harus berjalan sendirian dengan tubuh seperti ini. "Sena!" seru Ann seraya mengoyak tubuh suaminya. "Hm, Sayang, Aku masih sangat mengantuk," keluh Sena. "Tapi aku lapar!" ucap Ann dengan memelas. Meski tahu Sena tidak akan melihat ekspresinya, tapi itu sebuah usaha untuk membuat Sena bangun. "Sayang, ayo bangun. Aku malu kalau keluar dengan badan seperti ini, semua ini kan perbuatan kamu. Jadi bertanggung jawablah!" teriak Ann dengan keras. "Bertanggung jawab tentang apa, Ann? Se

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 73

    "Kenapa diam saja?" tanya Ann. Setelah kejadian pagi tadi, Sena hanya terpaku diam tanpa banyak bicara. "Tidak apa-apa, Sayang," balasnya. "Hari ini Arka sudah mengatur jadwal kita 'kan? Lalu, kenapa kita masih di sini?" tanya Ann dengan penuh desakan. Sena mengernyitkan dahinya, "Kamu mau keluar?" tanya Sena. "Ya, memangnya kita akan diam selama 3 hari di hotel?" Ann membalikkan tanya. Alih-alih akan mendapatkan liburan yang nyaman, nyatanya Sena seperti membuat Ann terkurung di hotel. "Ya, ayo kalau begitu." Hanya itu? Ann menggertakkan rentetan giginya, ia penuh kekesalan.. "Kalau kamu tidak ingin pergi bersamaku, aku bisa sendiri!" tegas Ann. Langkah kaki terburu-buru dengan meraih tas slempang yang biasa ia bawa. Ann membawa dirinya keluar dari kamar, berjalan keluar tanpa memedulikan panggilan Sena. "Sayang, maafkan aku. Tubuhku sangat lelah kali ini, tapi aku siap menemanimu kemana pun!" ucap Sena. Setelah ia berlari mengejar istrinya, kini

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 74

    "Hahaha, kau berakting sangat bagus, Ailyn. Tapi maaf aku masih sangat sibuk kali ini!" tegas Sena dengan memutuskan panggilan sepihak. Kini, ia memijat pelipisnya yang sedikit tegang, dengan perasaan bertanya-tanya. Sebenarnya, siapa wanita yang mengusik ketenangannya itu? "Sena, ada apa?" tanya Ann dengan menatap lekat suaminya. "Ada sedikit masalah di kantor, tapi sudah aman. Gimana kamu sudah puas?" tanya Sena dengan senyuman. "Sudah, hari juga sudah sangat terik. Aku ingin kembali ke hotel saja," balas Ann. "Baiklah, mari kita pulang, istriku!" celetuk Sena dengan menggandeng tangan Ann. Langkah demi langkah menuju parkiran, Sena dengan sigap memayungi istrinya. "Hahaha, kamu dapat payung dari mana?" tanya Ann dengan terkekeh. "Ada deh!" Jalanan yang ramai karena banyak wisatawan sekaligus karyawan makan siang. Tapi, anehnya kota itu tidak macet seperti ibu kota. "Sena, aku rindu banget sama ayah. Tapi, aku malas menghubunginya," celetuk Ann. "

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 75

    "Bagaimana?" tanya Sena. Di bawah sinar rembulan yang sedang purnama, Ann dan Sena duduk di tepi pantai. Dengan beberapa hidangan yang siap di santap. "Sangat indah seperti bayanganku, terima kasih, Sayang," tutur Ann. Senyumnya merekah, tidak menyangka jika Sena akan mengabulkan permintaannya dengan secepat kilat. "Sekarang kita makan ya, aku punya hadiah spesial untukmu malam ini," ucap Sena. "Hadiah?" Ann terlihat antusias mendengar itu. Kini, keduanya sedang menikmati makanannya masing-masing. Saling menatap dengan penuh cinta, memberikan cinta satu sama lain. "Ini akan menjadi sebuah kenangan yang sangat indah untukku, Sena," tuturnya diakhir makan malam. "Setelah ini, akan banyak kenangan indah seperti ini untukmu, Istriku," ucap Sena seraya tersenyum. Ia mengeluarkan sesuatu dari balik jasnya, matanya menatap lekat wanita di depannya. "Aku melihat lehermu kosong, jadi aku memberikan ini," ucapnya. Dalam diam Ann merapal doa untuk suaminya, ia ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 76

    "Semalam...?" Ann menggantungkan kalimat tanyanya. Tubuhnya sakit semua, ia merasa dirinya remuk tanpa bisa menggerakkan diri sama sekali. "Sayang, kamu kenapa?" tanya Sena lirih. Sedari tadi ia merasa ada seseorang yang bergerak tanpa henti. Saat membuka mata ia melihat Ann sibuk dengan dirinya sendiri. "Semalam aku mabuk ya? Lalu, apa yang terjadi setelahnya?" tanya Ann dengan penuh intimidasi. "Kita hanya bermain sedikit," jawab Sena dengan entengnya. "Hah, lalu kenapa badanku sakit semua? ... apalagi di area itu," Ann merasa sangat malu untuk mengatakan itu. "Hehehe, karena kamu bermain dengan sangat ...," Sena hanya mengulas senyum diakhir kata. Pipi Ann merona, ia merasa malu dengan apa yang didengarnya dari Sena. Apa yang terjadi semalam? "Sena, keluar!" seru Ann keras. "Ada apa, Ann?" tanya Sena dengan raut bingungnya. "Keluar!" seru Ann lagi. Mendengar itu Sena melangkahkan kakinya ke luar untuk mengambil sarapan. "Kamu mau makan di kama

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 77

    "Saudara perempuan?" Ann melemparkan tanya dengan tatapan bingung. "Iya, Ann. Entah ini benar atau salah, tapi ini sangat membebani pikiranku," keluh Sena. Pelan Ann menelaah setiap kalimat yang keluar dari bibir Sena. Aneh, dan penuh tanda tanya besar. "Kamu yakin itu adik kamu?" tanya Ann lirih. "Tidak, aku percaya dengan ucapan ibuku sebelum meninggal. Aku adalah satu-satunya anak dari pasangan keluarga Gaharu," terang Sena. Ann bingung harus menanggapi apa, raut wajah Sena yang terlihat tertekan dengan keadaan yang diluar kendalinya. "Sayang, peluk aku!" ucap Ann. Ia merentangkan tangan dengan penuh keyakinan, jika mulutnya tidak mampu berkata dengan benar. Setidaknya, dekapannya mampu memberikan ketenangan pada Sena. "Sayang, terima kasih ya," bisik Sena. Ke duanya saling mendekap satu sama lain, mengeratkan pelukannya. "Besok sore kita pulang, ayo nikmati bulan madu kali ini, Sayang," bisik Sena. "Badanku rasanya remuk sekali, Sena. Bahkan untuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 78

    "Siap, Sayang? Kita kembali ke kota yang ramai dengan hiruk pikuk dunia," celetuk Sena seraya menatap istrinya yang terlihat diam. "Siap gak siap, Sena. Di sini sangat nyaman, jadi aku cukup jatuh cinta dengan kota ini," balas Ann dengan nanar. Sena hanya tersenyum simpul, tidak ada yang salah dari ucapan Ann. Ia begitu mencintai pantai dan laut, akan sangat senang jika ia bisa tinggal di dekat dua tempat itu. "Nanti kita ambil cuti lagi ya, yang lebih lama lagi. Sekarang sudah saatnya kita pulang, Sayang," ucap Sena dengan lembut. "Ya." *** "Permisi, Tuan muda. Sarapannya sudah siap!" Suara Reni yang menggelegar terdengar nyaring dan memekakkan telinga Ann dan Sena. Dua sejoli yang baru terlelap beberapa jam itu harus segara membuka matanya. "Huahh, aku masih mengantuk sekali, Ann!" gumam Sena lembut. "Sama, tapi tidak mungkin kita terus terbaring di sini, Sayang!" Sena meraih tangan Ann, menariknya masuk ke kamar mandi. "Ya, Reni. 30 menit kami akan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06

Bab terbaru

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 93

    Ratmi berjalan dengan gusar, setelah kepergian Sena dan Arka. Ia semakin tidak tega dengan Ann. "Ann," panggilnya. "Iya, Bu. Ada apa ya? Apa Sena sudah pulang?" tanya Ann memberondong. "Sudah, dia pria yang baik kelihatannya. Apa mualmu sudah mendingan, Nak?" tanya Ratmi. Ann hanya mengangguk pelan, dengan senyuman yang masih mengembang pada bibirnya. "Bu, apa yang aku lakukan ini salah?" tanya Ann. "Tidak, Ann. Laki-laki memang harus diberi pemahaman lebih agar dia mau berjuang. Jika kamu dengan mudah kembali dengannya, ia akan melakukan kesalahan yang sama," jelas Ratmi. Ratmi menggenggam tangan Ann dengan lembut. Mengusapnya secara perlahan, memberikan kekuatan pada gadis rapuh di hadapannya. "Baiklah, Bu. Aku akan beristirahat lebih cepat malam ini," ucap Ann. Raut wajahnya berubah, rona yang biasa Ratmi lihat kini telah berubah menjadi rona bahagia. Jiwa Ann seolah menemukan ketenangannya. "Ann, tunggu, apa kamu merindukan Sena?" tanya Ratmi. "Hehe

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 92

    Sesuai dengan perkataan ibu Ratna, Sena dan Arka bergegas menuju rumah di ujung desa itu. "Kau yakin Ann akan menemuiku?" tanya Sena dengan raut penuh tanya. "Ya, saya menjaminnya, Tuan muda!" tegas Arka. "Oke." Ketukan pintu Sena layangkan pada pintu kayu yang terlihat tidak layak. Helaan nafas panjang saat menunggu respon dari pemilik rumah. "Lihatlah, tidak ada jawaban apa pun!" ujar Sena. "Bersabarlah sedikit, Tuan muda." Kini, Arka berjalan mendekati pintu, tangannya mengetuk dengan perlahan. "Permisi, Bu Ratmi," Arka sedikit meninggikan suaranya. Tidak lama dari itu, suara kaki yang melangkah mendekati pintu. "Oh kamu lagi, duduklah di teras!" titahnya. Sena mengernyitkan sebelah alisnya, "Benar-benar ya, aku bukan siapa-siapa di sini," ungkapnya lirih. "Silakan duduk, Tuan muda," ucap Arka. Beberapa kali ia menatap jam tangan yang melingkar, sudah 10 menit dari kepergian Ratmi. Tapi, Ann tidak kunjung keluar. Alih-alih Ann, sekarang mal

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 91

    "Mbak Ann, ada beberapa pria nyari kamu," bisik Ratna. Ann mendongak pada gadis kecil di hadapannya, "Siapa, Ratna?" tanya Ann. Ratna menggeleng, ia hanya menarik lengan Ann untuk ikut dengannya. "Itu, Mbak. Om-om tampan itu yang mencari mbak," jemari kecilnya menunjuk seorang pria di halaman. Detak jantung tidak beraturan, nafas yang tersengal-sengal. Tahu dari mana dia jika Ann ada di sini? "Mbak, aduh!" seru Ratna tatkala Ann mulai limbung. "Ann!" seru Sena. Tidak sabar untuk segera melihat istrinya, Sena berlari menuju suara gadis kecil yang ia temui di jalan. Tapi, alih-alih dengan gampang ia mendekati Ann, Ratna yang awalnya antusias perlahan memberi jarak.. "Jangan mendekati Mbak Ann! Gara-gara Om, mbak Ann hampir pingsan!" pekiknya keras. "Ratna, Annindita adalah istriku. Kamu belum tahu urusan orang dewasa," elak Sena. "Aku tidak peduli, Om. Silakan pergi!" pekik Ratna kian keras. Sopan santun memang diajarkan oleh Ratmi padanya, tapi kali in

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 90

    Dua bulan berlalu. Ann yang berhasil melewati trimester pertamanya dengan tenang. Bantuan Ratmi sangat penting baginya. "Ann, hari ini kita ke dokter ya," ajak Ratmi dengan mengulas senyum ramah. "Iya, Bu." Sudah selayaknya ibu sendiri, Ann begitu di sayangi oleh Ratmi. Dan sebaliknya, Ratmi sudah menganggap Ann seperti anaknya sendiri. "Bu, aku sudah memasak nasi goreng, ayo sarapan!" ajak Ann. Ratna yang baru saja keluar kamar sontak mendongak, "Mbak masak lagi?" tanya Ratna. "Ya, Ratna. Ayo cuci muka dulu terus sarapan!" ajak Ann. Gadis dengan riang berlari menuju kamar mandi, bergegas mencuci muka dan menyusul ke ruang makan. "Bagaimana keadaanmu, Ann? Tidak ada masalah selama tidur 'kan?" tanya Ratmi. "Sudah baik-baik saja, Bu. Anak ini bisa diajak kerja sama dengan baik," jawab Ann dengan kekehan ringan. "Syukurlah, semalam aku mendengar kamu menangis. Apa yang membuatmu bersedih, Ann?" Ratmi menatap Ann dengan penuh tanya. Meski bukan anak ka

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 89

    "Mbak, bangun!" suara lirih Ratna berhasil membangunkan Ann yang terlelap. Tanpa sadar, ia telah tidur cukup lama. di luar sudah gelap, dan Ratmi terlihat sudah sibuk. "Mbak, ayo makan!" ajaknya. Ann masih terdiam sejenak, memikirkan keputusan apa yang akan ia ambil setelah ini. "Ya, ayo!" seru Ann setelah menyadari Ratna tidak beranjak. Setibanya di meja makan, Ratmi sudah menyiapkan beberapa makanan dan buah. "Saya tidak tahu mbak bisa makan apa tidak, karena trimester pertama itu sangat sensitif. Kalau gak bisa makan berat, ini ada beberapa buah yang sudah saya potong," papar Ratmi dengan tenang dan ramah. "Bu Ratmi, saya sangat berterima kasih," ucap Ann. Ratmi mengangguk dengan ulasan senyum, "Ya, makanlah, Mbak." Ann hanya bisa memakan beberapa suap, hingga ia harus memaksa makanan itu masuk ke perutnya. Hamil memang bukan perkara mudah, tapi kini Ann harus kuat dengan apa pun yang terjadi. "Bu Ratmi, saya boleh ngobrol sebentar?" tanya Ann. Ur

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 88

    Ann terdiam sejenak setelah membuka mata, ruangan yang begitu asing baginya. Kosong! Tidak ada seorang pun di sana kecuali dirinya. "Buk, Mbaknya sudah sadar!" seruan anak kecil yang nyaring membuat Ann menoleh. Setelah itu, terdengar langkah kaki yang mendominasi, hingga seorang wanita masuk ke dalam ruangan. "Mbak, gimana keadaan kamu?" tanya wanita itu. "Masih sedikit pusing, terima kasih sudah membantuku, Bu. Maaf kalau merepotkan," tutur Ann lembut. Wanita setengah baya itu tersenyum simpul, entah apa yang ada di benaknya. "Maaf jika pertanyaan ini sedikit sensitif, apa mbak sudah menikah?" tanyanya lagi. Ann tertegun, ada apa? Apakah ada seseorang yang mencarinya? "E ... iya, saya sudah menikah. Ada apa ya, Bu?" tanya Ann dengan gugup. Kembali senyum itu tersimpul, "Selamat ya, Mbak. Kamu sudah mengandung 6 Minggu," ucapnya. Seperti tersambar petir, Ann terdiam dalam lamunannya sendiri. "Mengandung? ja-jadi aku hamil?" tanya Ann terbata. "Iy

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 87

    [Hai, Mbak. Aku Ailyn, maaf baru mengirim pesan padamu. Aku istri Mas Sena, jadi maaf jika tadi kamu melihat kami saling bermesraan. Jujur, aku cukup takut jika ada salah paham antara kita. Kalau Mbak berkenan bertemu, tolong hubungi nomor ini ya!] Sebuah pesan dari nomor yang asing bagi Ann, satu persatu kata yang ia baca terasa menyesakkan. Perlahan tangisnya pecah. [Lena, tolong katakan pada Pak Dewa aku akan cuti cukup lama!] Ann. Ann tidak lagi mampu berpikir jernih, ia merasa dirinya hancur berkeping-keping. Sakit dan kalut menyergap dirinya hingga terengah. "Pak, kita pindah tujuan ke bandara saja," tegas Ann. Meski matanya basah, tanpa bekal banyak yang ia bawa. 'Kemana aku harus pergi?' gumam Ann dalam batinnya. Dering telepon yang semakin sering, membuatnya risih. Akhirnya ia membuang kartunya, membiarkan ponselnya kosong. "Capek!" keluh Ann dengan lirih. Batin dan hatinya seolah dipermainkan, badannya cukup lemas. Baru saja merasa bahagia, sekaran

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 86

    "Pagi ini Aisha harus memberikan jawaban 'kan?" tanya Ann dengan menatap Sena. "Seharusnya, iya. Tapi kita tunggu saja kabar dari Arka, aku antar ke kantor ya!" celetuk Sena. Setelah beres sarapan pagi, Ann dan Sena bergegas menuju kantor. Meski pagi ini sedikit gerimis, tidak menyusutkan semangat ke duanya. "Kalau di kantor lagi gak kondusif bilang ya, Sayang. Sepertinya aku bakalan kasih kantor cabang ke kamu aja," ujar Sena dengan penuh pertimbangan. "Kontrak aku di kantor masih setahun lagi, Sena. Jangan seperti itu deh," elak Ann. [Tuan muda, saya ingin bertemu dengan segera.] Arka. Sena mengulas senyum sejenak, matanya tidak beralih dari jalan kali ini. Satu pesan yang Sena baca, ia menebak-nebak apa jawabannya. "Kamu yakin Aisha menerima tawaranku?" Sena melemparkan tanya pada istrinya. "Yakin gak yakin sih, tapi kata Lena. Aisha termasuk orang yang punya keteguhan tinggi," balas Ann dengan menatap tajam Sena. "Kali ini aku yakin dia menerima tawaranku,

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 85

    "Lena?" tanya Sena dengan tatapan penuh tanya. "Kan kamu janjiin dia cowok, Sayang. Kamu lupa?" tanya Ann dengan kekesalan. "Tidak, aku masih ingat kok. Hm, beberapa temanku memang sedang mencari pacar, nanti aku akan mengenalkan salah satunya pada Lena," terang Sena. Mata yang teduh kini menatap lekat ke arah Ann, perjalanan menuju apartment selalu menyenangkan baginya. "Malam ini biarkan aku memasak untukmu, Sayang. Kamu istirahat saja ya," bisik Sena. "Ta-tapi? Kenapa tidak pesan di luar saja?" Ann melempar tanya. Ia hanya cemas jika Sena memasak asal dan tidak bisa dimakan. Akan sangat mubazir jika itu terjadi. "Tenang saja!" ucap Sena. Tibalah mereka berdua di apartment, Sena yang langsung membawa Ann ke kamar. "Kamu istirahat ya, mandi dulu," titah Sena. "Tapi, Sayang," Ann memeluk erat tubuh Sena. Membuat lelaki itu terdiam sejenak, Ia membalas pelukan Ann dengan hangat. "Kamu mau apa sekarang? Mandi dulu ya, nanti aku yang memasak," terang Se

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status