Share

Bab. 3 Tinggal Serumah

Penulis: Aryan Lee
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-16 12:09:52

"Kamu tidur di sini dan lemari itu untuk tempat pakaianmu!" ujar Robin ketika sampai di rumah kontrakannya.

"Iya Bang," jawab Nabilah sambil menelisik ruang tamu yang berukuran 3×3 meter itu dengan saksama. Ada kasur busa single, sebuah lemari plastik susun lima dan kipas angin kecil.

"Aku ada di kamar dan kamu tidak boleh masuk dengan alasan apa pun. Dilarang menerima tamu dan pintu harus selalu dikunci, terutama jika aku tidak ada di rumah. Kalau lapar kamu boleh memasak apa saja yang ada di dapur!" ujar Robin memberikan beberapa peraturan.

Nabilah kembali memberikan jawaban singkat, "Iya Bang."

"Bagus," ujar Robin sambil masuk ke kamarnya.

Nabilah merasa seperti berada di dalam penjara dengan beberapa peraturan yang membelenggunya. Jujur ia takut sekali harus tinggal bersama Robin. Akankah pria itu memperlakukannya dengan baik atau tidak. Terus bagaimana kalau Robin minta haknya sebagai seorang suami.

"Ya Allah, tolong lindungi hamba!" doa Nabilah di dalam hati. Ia mulai menata pakaiannya di lemari plastik.

Terdengar suara azan magrib berkumandang. Nabilah memberanikan diri menuju ke belakang untuk mengambil wudhu. Ia melihat dapur tampak rapih dengan beberapa perabotan rumah tangga yang seadanya. Bahkan sebagian masih terlihat baru. Begitupun dengan kamar mandi yang bersih dan wangi karbol.

Nabilah tidak menyangka kontrakan seorang preman bisa dibilang cukup rapih dan bersih. Tidak seperti bayangannya, kotor, berantakan dan bau rokok. Apa mungkin baru dibersihkan agar ia betah, entahlah.

Gadis itu kemudian melaksanakan salat magrib. Dilanjut mengaji sampai menjelang waktu isya.

"Aku lapar," ujar Nabilah yang merasakan perutnya keroncongan, tetapi takut untuk mencari makanan di dapur. "Aku tidur saja, nanti juga hilang!" ujarnya sambil membaringkan tubuhnya, tetapi rasa itu kian menyiksa.

Akhirnya Nabilah memutuskan pergi ke dapur. Setidaknya bisa minum untuk menahan lapar. Ia membuka rak piring dan melihat ada mie instan, telur, sarden, teh, gula dan penyedap rasa. Akhirnya gadis itu memutuskan masak mie goreng dan merebus air untuk minum.

Nabilah kemudian makan dengan lahap. Sementara itu setelah masuk kamar, Robin tidak pernah ke luar lagi. Entah apa yang sedang dikerjakan pria itu di dalam.

Setelah selesai makan malam, Nabilah membuka ponselnya. Ia membaca dan membalas banyak pesan dari kedua orang tuanya. Pak Jamal memberikan nasihat dan pesan-pesan untuk menjadi seorang istri yang baik, sedangkan Bu Asma lebih condong peringatan agar selalu menjaga jarak dengan Robin.

"Pokoknya kalau Robin ingin menyentuhmu jangan mau. Kamu tidak boleh punya anak darinya!" pesan Bu Asma yang tidak mempunyai cucu keturunan seorang preman.

"Iya Bu," balas Nabilah yang juga takut sama Robin. Mungkin karena lelah, akhirnya gadis itu tertidur.

Ketika malam kian merambat jauh, Robin baru ke luar dari kamarnya. Ia melihat Nabilah tidur dengan nyenyak dan menyelimutinya. Sungguh pria itu tidak pernah menyangka, wanita soleh yang dikagumi banyak pria tampan dan mapan kini menjadi istrinya.

"Kamu adalah jodoh yang diberikan oleh takdir. Maka aku akan menjagamu dengan segenap jiwa ragaku," batin Robin sambil tersenyum.

Tiba-tiba Robin tampak mendengus kesal. Ketika tanpa sengaja membaca pesan dari Bu Asma. Namun, ia tidak menyalahkan wanita itu. Orang tua manapun pasti ingin anaknya mendapatkan pasangan yang terbaik. Tidak sepertinya seorang preman yang kadang dianggap sebagai sampah masyarakat.

"Ya Allah, kenapa Engkau jodohkan aku dengan wanita sebaik ini?" tanya Robin dengan heran.

***

Azan subuh terdengar mengalun syahdu. Nabilah segera bangun dari tidurnya. Gadis itu tampak terkejut ketika mendapati selimut yang membalut tubuhnya.

"Ini bukan selimut aku, jangan-jangan Bang Robin semalam...." Nabilah memeriksa pakaiannya yang masih rapi. Ia juga tidak merasakan tanda-tanda nyeri di bagian-bagian tertentu.

Nabilah mencoba berpikir positif apalagi tidak ada bukti atau tanda Robin diam-diam telah melecehkannya. Gadis itu segera ke kamar mandi untuk cuci muka.

Robin yang baru bangun tidur langsung bergegas ke kamar mandi. Namun, ketika handak masuk, tiba-tiba ia bertubrukan dengan seseorang. Pria itu baru ingat kalau tidak sendiri lagi di kontrakan ini.

Nabilah nyaris jatuh kebelakang, kalau saja sepasang tangan kekar tidak menahan tubuhnya. Ia dan Robin saling memandang dan sama-sama terkesima. Gadis itu tampak tercengang melihat Robin yang hanya mengenakan celana pendek saja. Sehingga memperlihatkan otot tubuhnya yang kekar. Tatapan pria itu sangat tajam, seperti seorang penjahat yang mendapatkan mangsa empuk.

"Maaf," ucap Robin sambil melepaskan tubuh Nabilah. "Besok-besok, pakai kerudung kalau aku sedang di rumah!" serunya sambil mengalihkan pandangannya dari rambut Nabilah yang panjang terurai.

Nabilah yang belum pernah dipegang lelaki selain ayahnya langsung gemetaran. Ia tampak mengangguk dan segera meninggalkan kamar mandi.

"Ini buat beli makan!" ujar Robin yang tiba-tiba memberikan selembar uang merah kepada Nabilah. "Jangan lupa pesanku!" serunya yang dijawab anggukan oleh Nabilah. Pria itu kemudian bergegas ke luar rumah dan pergi entah ke mana.

Nabilah kemudian mengunci pintu seraya bertanya pada diri sendiri, "Mau apa dia subuh-subuh sudah pergi?"

Setelah melaksanakan salat subuh, Nabilah kemudian ke dapur memasak air panas untuk buat teh manis dan sarapan pagi.

"Nabilah!" panggil Bu Asma dari luar kontrakan.

Nabilah bergegas menemui ibunya dan membuka pintu, "Ibu, ada apa pagi-pagi sudah datang ke sini?" tanya gadis itu menyambut ibunya di teras.

"Mau melihat keadaan kamu?" jawab Bu Asma sambil memperhatikan Nabilah dengan saksama dan bertanya, "Robin semalam melakukan apa saja?"

"Nggak melakukan apa-apa, tidur saja kami terpisah. Aku di ruang tamu, dia di kamar," ujar Nabilah menjelaskan.

Mendengar itu Bu Asma sontak bertanya, "Apa kamu tidur di ruang tamu? Benar-benar keterlaluan si Robin. Mana dia Ibu harus bicara dengannya!" Ia langsung menerobos masuk.

"Bang Robin baru saja pergi Bu, mungkin ke mesjid," ujar Nabilah memberitahu.

"Mana ada di mesjid, Ibu habis salat subuh di sana. Paling dia lagi malak pedagang buat beli sarapan. Banyak warga melihat Robin sering minta nasi uduk yang berada di bawah pohon jamblang," sahut Bu Asma dengan emosi.

"Astagfirullahalazim, nggak baik pagi-pagi datang ke rumah orang sambil ngomel, Ibu!" ujar Pak Jamal menegur istrinya.

Melihat ayahnya datang Nabilah segera menyalami tangan Pak Jamal.

"Aku kesel Pak, masa anak kita tidur di ruang tamu, sedangkan Robin di kamar," sahut Bu Asma yang tidak terima putrinya diperlakukan seperti itu.

Pak Jamal tampak menghela napas panjang dan berkata, "Ya biarin saja, bukankah Ibu yang melarang mereka tidur sekamar!"

"Iya sih, tapi seharusnya Nabilah yang di kamar," sahut Bu Asma kembali.

"Namanya juga pengantin baru, mereka sedang menyesuaikan diri. Ibu sudah lihat kan keadaan Nabilah baik-baik saja. Sekarang ayo kita pulang, nggak enak dilihat tetangga!" ajak Pak Jamal sambil menarik tangan istrinya.

"Pokoknya kalau Robin kasar dan main tangan sama kamu, bilang Ibu!" pesan Bu Asma sebelum pergi dari kontrakan itu.

"Iya Bu," jawab Nabilah yang segera mengunci pintu rumah lagi.

Setelah kedua orang tuanya pergi, Nabilah jadi memikirkan kata-kata ibunya. Tentang Robin suka malak pedagang di pagi hari.

"Jangan-jangan uang ini tidak halal?" lirih Nabila yang jadi ragu untuk menggunakannya. "Lebih baik aku bayarkan saja ke tukang nasi uduk di bawah pohon jamblang!" Ia segera ke luar dari rumah dan tidak lupa mengunci pintu.

Sementara itu di salah satu warga seorang penjual nasi uduk sedang menunggu pembeli. Belakangan dagangannya sedang sepi karena banyaknya persaingan. Akan tetapi, ia yakin rejekinya tidak akan tertukar. Tiba-tiba sebuah senyum terukir di bibir wanita itu ketika melihat seseorang datang menghampirinya.

"Permisi Bu, apa benar Bang Robin suka ke sini setiap pagi?" tanya Nabilah.

"Iya Neng, setiap hari selalu lima bungkus nasi uduk dan gorengan sepuluh biji," jawab Mpok Tini dengan jujur.

Nabilah tampak terkejut mendengarnya. Ia tidak menyangka Robin minta nasi cukup banyak.

"Jadi berapa semuanya Bu?" tanya gadis itu ingin tahu.

"Jadi empat puluh ribu," jawab Mpok Tini apa adanya.

"Ini buat bayar nasi uduk yang Bang Robin ambil!" ujar Nabilah sambil menyodorkan uang merah dari suaminya.

Mpok Tini tampak mengernyitkan dahinya dan bertanya, "Buat apa dibayar lagi? Robin nggak pernah ngutang kok, apalagi minta. Bahkan kalau bayar lima puluh ribu tidak mau dikembalikan."

Nabilah jadi bingung katanya tadi Robin suka malak nasi uduk, tapi ternyata bayar.

"Jadi mana yang benar Bu, Bang Robin minta nasi apa beli?" tanya Nabilah menegaskan.

"Maksud saya setiap hari Robin beli nasi uduk lima bungkus dan gorengan sepuluh biji," ujar Ibu itu menjelaskan.

"Oh begitu, ya sudah saya juga mau nasi uduknya sebungkus dan gorengannya dua. Bu, tolong jangan cerita sama Bang Robin kalau saya tanya-tanya ya!" Nabilah merasa tidak enak hati dan takut jadi salah paham.

Tiba-tiba seorang pria datang dan memanggil, "Nabilah!"

Nabilah berbalik dan tampak terkejut melihat kedatangan pria itu. "Mas Sofyan," balasnya.

BERSAMBUNG

Bab terkait

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 4. Kedatangan Sofyan

    "Jadi kamu sudah menikah, Bilah?" tanya Sofyan ketika melihat cincin yang melingkar di jari manis kanan Nabilah. Sambil tertunduk Nabilah kemudian menjawab, "Iya Mas." "Kenapa kamu tidak menunggu aku?" tanya Sofyan terlihat kecewa. "Sampai kapan? Sampai semua warga kampung mengolok-olok saya dan keluargaku?" Nabilah balik bertanya. "Maaf, Mas tidak bermaksud menyakitimu. Lebih baik kita ke rumahmu, Mas akan jelaskan semuanya. Agar tidak ada kesalahpahaman di antara kita!" ajak Sofyan yang ingin memberikan alasan kenapa tidak jadi menikahi Nabilah. Nabilah tampak mengangguk dan segera menuju ke rumah orang tuanya. Pak Jamal yang mau berangkat mengajar di madrasah tampak terkejut melihat kedatangan Sofyan, begitupun dengan Bu Asma. "Mau apa kamu datang ke sini, puas sudah membuat kami malu?" tanya Bu Asma dengan ketus. "Maaf Bu, Pak, saya mau menjelaskan semuanya," ucap Sofyan yang merasa bersalah. Pak Jamal tampak mengangguk kecil dan mempersilahkan Sofyan untuk masuk.

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-16
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 5. Penelusuran Nabilah

    Habis isya Robin baru pulang ke kontrakannya. Ia melihat Nabilah baru saja selesai melaksanakan salat. Pria itu langsung masuk tanpa mengucapkan salam."Assalamualaikum .., Abang dari mana?" tanya Nabilah sambil melipat mukena."Waalaikumsalam .., kerja," sahut Robin sambil menghentikan langkah.Nabilah kemudian menyarankan, "Abang mandi dan makan dulu ya. Nanti Bilah mau bicara!" "Sudah, kalau mau ngomong sekarang saja!" seru Robin yang ingin segera masuk ke kamar ya. Nabilah kemudian bertanya, "Abang kerja apa, kok pergi subuh sampai malam baru pulang?""Jaga tempat pengepul," jawab Robin singkat. "Oh ...." Nabilah tampak berpikir sesaat dan membatin, "Masa iya penjaga tempat rongsokan bisa punya duit banyak.""Kenapa nggak percaya, takut makan duit haram?" tanya Robin terdengar sedikit sinis."Bukan begitu, Bilah boleh ngajar lagi nggak Bang?" Nabilah minta izin suaminya untuk kembali mengajar di madrasah. Ia menunduk karena takut melihat tatapan Robin yang seolah mengintimidas

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-16
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 6. Penjelasan Robin

    Untuk menghindar dari Robin, Nabilah kemudian masuk ke gang kecil dan berjalan tanpa arah. Sehingga ia tidak menemukan jalan ke luar dan hanya berputar-putar di kampung itu saja."Permisi Mbak, kalau mau ke jalan raya lewat mana ya?" tanya Nabilah pada salah satu warga. "Lurus saja Mbak, terus belok kiri, habis itu ambil kanan dan lurus lagi sudah kelihatan kok jalan raya nya!" jawab wanita itu sambil memperhatikan Nabilah dengan saksama. Nabilah mengikuti apa yang diberitahu wanita itu. Hingga akhirnya ia sampai di sebuah jalan, di mana banyak para preman sedang nongkrong. "Permisi numpang lewat," ujar Nabilah dengan takut-takut."Ada cewek kesasar ni Bro, sepertinya kita perlu kenalan dulu," ujar salah saru preman sambil mendekati Nabilah. Melihat pria itu Nabilah kemudian berseru, "Jangan mendekat! Mau apa kamu?" "Galak banget sih, Abang cuma mau lihat wajah Neng doang, cantik apa nggak. Buka dong maskernya!" sahut preman itu sambil menggoda.Para preman yang lainnya pun ikut

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 7. Dua Wanita Berbeda

    "Ada apa Ris?" tanya Robin dengan santai. "Apa benar kamu sudah menikah?" tanya Risa sambil menatap Robin dengan berkaca-kaca. Robin memberikan jawaban secara realistis, "Aku hanya ingin melindunginya, keselamatan gadis itu sedang terancam Ris?" "Harus kamu yang melakukannya?" tanya wanita yang memiliki mata indah itu. "Ya, aku hanya ingin membalas budi saja karena ayahnya telah menyelamatkan nyawaku," jawab Robin memberikan penjelasan. Tiba-tiba Risa memeluk tubuh Robin dengan erat seraya berkata, "Aku tidak bisa hidup, kalau sampai kau mencintai wanita lain." "Risa, jangan seperti ini. Memang pernikahanku tidak berdasarkan cinta. Tapi ada hati yang harus dijaga, tolong mengertilah!" ujar Robin sambil melepaskan pelukan Risa. "Sampai kapan kamu akan menikahinya?" tanya Risa yang tidak rela Robin dimiliki wanita lain. Robin memberikan jawaban, "Sampai ada laki-laki soleh dan bisa melindunginya dengan baik!" "Aku pegang kata-katamu," ujar Risa dengan penuh harap. Robi

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 8. Prasangka

    Nabilah terdiam beberapa saat, sebelum balik bertanya, "Kenapa dan siapa Mbak?" "Saya mencintai Robin dan sangat mengenalnya. Asal kamu tahu Robin tidak pernah mencintai kamu dan terpaksa menikah denganmu!" ujar wanita itu kembali. Nabilah terdiam dan mengerti maksud wanita itu. "Mbak tenang saja, saya juga tidak mencintai Robin. Tapi kalau menjauhinya saya tidak bisa karena keputusan itu ada di tangan Robin. Lebih baik Mbak katakan kepadanya untuk melepaskan saya!" "Baguslah, Robin itu tidak pantas buat kamu. Saya takut dia akan menyakitimu suatu hari nanti, permisi," ujar wanita itu yang segera pergi. Nabilah memandangi wanita itu yang naik ke mobil dan meluncur pergi. Ia tidak mau menduga-duga lagi lebih baik nanti tanya sama Robin saja. Mentari kian meninggi hari ini Nabilah benar-benar istirahat total. Perutnya terasa melilit jika melakukan sesuatu. Biasanya ia mengalami hal seperti ini selama satu hari. Besok baru hilang rasa sakit mulesnya. Gadis itu mengompres p

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 8b. Berdua Denganmu

    "Biasa, pada minta traktir es potong," jawab Robin menatap Nabilah, "Oh, iya. Bagaimana perut kamu masih sakit, kalau dibuat jalan kuat nggak? Abang lupa bawa motor." "Cuma mules dikit kok, nggak apa-apa kalau buat jalan," jawab Nabilah sambil mengangguk. Mereka kemudian jalan beriringan sambil bercakap-cakap. "Kalau boleh tahu kenapa Bang Robin suka jalan kaki?" tanya Nabilah penasaran. "Pak RT mempercayakan keamanan kampung ini sama Abang. Dengan jalan kaki Abang bisa melihat situasi dan kondisi warga serta lingkungan setiap hari!" jawab Robin sambil memberikan alasannya. Nabilah kembali bertanya, "Keamanan kampung Rantau juga Abang yang pegang?" "Nggak, Abang cuma jaga pengepul saja." Robin memberikan jawaban apa adanya. "Terus kenapa para preman waktu itu takut sama Abang?" Nabilah terus mencari tahu. "Di sana siapa yang terkuat dia akan disegani. Kebetulan mereka belum ada yang bisa mengalahkan Abang," jawab Robin kembali. Tiba-tiba pembicaraan mereka terhenti ketika men

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-29
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 9. Musibah

    Hari demi hari berlalu Nabilah dan Robin semakin dekat, tentu hanya sebagai teman saja. Mereka sudah mulai terbuka satu sama lain. Mulai dari hobi sampai kehidupan pribadi. "Masa sih Abang belum punya pacar?" tanya Nabilah pada suatu malam. "Iya benar, tapi kalau teman dekat ada. Seperti Sita yang kamu lihat di kampung Rantau. Dia kerja di pengepul juga jadi admin," jawab Robin apa adanya.Nabilah kembali bertanya, "Kalau ada perempuan yang diam-diam suka sama Abang bagaimana?" Sebenarnya ia ingin mencari tahu siapa wanita yang datang menemuinya tempo hari. "Ya nggak apa-apa, tapi kayaknya nggak mungkin deh. Siapa yang mau sama Abang sudah miskin, jelek dan masa depan pun suram," jawab Robin merendah. "Jangan-jangan Bilah suka ya sama Abang?" tanya pria itu yang membuat istrinya tampak tercengang. Nabilah menjawab dengan jujur, "Iya, Bilah kagum sama Bang Robin yang suka berbagi dan bisa dekat sama anak-anak. Jarang sekali seorang preman bisa seperti itu.""Jadi Nabilah cuma kagu

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-29
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 9b. Mencari Jalan Keluar

    Ketika sampai di kontrakannya, Robin melihat ada Pak RT dan beberapa orang warga sedang berkumpul. Seorang saksi kemudian menceritakan awal mula kejadian perusakan itu. "Saya lagi tidur tiba-tiba terbangun karena kaget mendengar suara gaduh. Ketika melihat dari jendela, orang-orang memakai masker sedang merusak rumah Bang Robin. Saya nggak berani ke luar, jadi telepon Pak RT. Mereka kemudian kabur ke arah jalan tol setelah warga berdatangan," ujar salah satu tetangga di depan kontrakan Robin.Robin langsung mengepalkan tangan dan rahang pipinya tampak mengeras menahan amarah ketika melihat kontrakannya hancur. Mulai dari ruang tamu, dapur bahkan barang-barang di kamarnya yang dikunci juga berantakan. "Kami tidak melihat istrimu, jangan-jangan mereka menculiknya?" tebak Pak RT dengan cemas."Nabilah ada di rumah orang tuanya Pak. Tadi pas tengah malam saya mendapat kabar, kalau tempat pengepulan di kampung Rantau kebakaran," ujar Robin memberitahu. Pak RT tampak terkejut sekali mend

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-29

Bab terbaru

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 9. POV Nabilah

    Aku adalah seorang gadis desa yang mencintai seorang preman kampung bernama Robin. Berawal dari gagalnya pernikahanku, kami akhirnya bersatu karena takdir. Awalnya aku takut melihat Robin yang brewokan dan tampak beringas. Akan tetapi, ternyata dia pria yang bertanggungjawab dan baik hati. Sebenarnya aku sempat bimbang ketika Kak Abas kembali dan menyatakan ingin ta'aruf denganku. Pria yang dahulu aku kagumi karena kesalehannya. Seandainya belum menikah dengan Robin, mungkin aku akan menerima niat tulus Abas. Apalagi ibuku sangat merestui aku bersatu dengannya.Namun, ketika Robin rela mengorbankan nyawa, membuatku sadar cinta ini untuknya. Setelah memutuskan memilih untuk menjadi suamiku, akhirnya aku tahu kalau nama asli Robin adalah Bara Sadewa. Salah satu putra konglomerat dari Singapura. Majikan kakakku yang sudah tiada.Tidak seperti kisah Cinderella, cerita cintaku penuh dengan air mata. Terlebih ketika Sadewa memintaku pergi dari kehidupan Bara untuk selamanya. Aku dianggap

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 8. Akhir yang Indah

    "Cukup Abang!" seru Nabilah yang datang bersama anak-anaknya. Bara mendengus kesal karena rencananya memberikan Bryan ganjaran digagalkan Nabilah. Padahal sebentar lagi adiknya itu sudah mau menangis."Om Bryan," panggil Robin sambil berlari menghampiri pamannya dengan penuh kerinduan.Azza juga tidak mau ketinggalan dan ikut mengejar sambil memanggil dengan suara cadelnya, "Om Bian."Bryan langsung menyambut kedua keponakannya itu dengan pelukan hangat. "Robin sudah besar sekarang dan tambah ganteng, kalau Azza cantik dan pinter," puji Bryan yang sudah lama tidak bertemu dengan kedua keponakannya itu. "Selamat datang Om Bryan, kenalkan nama aku Salsabilah," ujar Nabilah sambil menggendong putri bungsunya. "Tambah satu lagi keponakan Om, lucu sekali kamu." Bryan langsung menggendong Salsa dan menciumnya. Kalau Robin mirip dengan Nabilah, Azza lebih condong ke Mom Sandra. Maka Salsa mempunyai paras Bara versi perempuannya.Sementara itu Bara hanya memperhatikan saja, Bryan disambu

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 7. Sang Pewaris

    Ketika Bara dan keluarganya sedang mengalami ujian ekonomi, Nabilah melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama Salsabilah Azizah Erlangga. Kehadiran Bayi itu menjadi penyemangat atas apa yang sedang mereka hadapi. Di mana Nabilah dan Bara memulai semuanya dari nol lagi.Bara menjadi suami siaga, selalu membantu istrinya dalam segala hal. Terutama dalam mengurus Robin dan Azza yang sedang aktif bermain. Sehingga membuat Nabilah merasa beruntung memiliki pendamping hidup sepertinya. "Anak-anak bagaimana Bang?" tanya Nabilah ketika sedang menyusui putrinya."Aman, Robin sudah bisa momong. Dia dewasa sekali, bahkan mengajari Azza mengaji dan mengenal nama-nama binatang pakai bahasa Inggris," jawab Bara yang membuat Nabilah jadi bangga. "Robin memang pintar dan cepat daya tangkapnya," jawab Nabilah yang membuat Bara mengangguk kecil.Kondisi kesehatan Mom Sandra kian menurun setelah kepergian Hans. Sehingga membuat Bara jadi sedih dan cemas. "Kita ke rumah sakit ya Mom!" ajak Ba

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 6. POV Bara

    Tidak terasa sudah hampir setahun aku kembali menjalani kehidupan yang sederhana, bersama Nabilah, Robin dan Azza, di kampung Rantau. Entah mengapa aku merasa nyaman tinggal di kampung itu. Mungkin di tempat ini telah menjadi titik balik dalam pencarian jati diriku. Aku merasa Nabilah adalah anugerah terindah yang diberikan oleh Allah. Dari rahimnya lahir dua buah hatiku yang lucu dan menggemaskan. Dia adalah sosok ibu yang lemah lembut dan penuh kasih sayang. Selalu sabar dalam mengurus dan membesarkan anak-anak. Semoga kami bisa mendidik mereka menjadi pribadi yang soleh dan soleha serta istiqomah. "Terima kasih karena sudah mencintaiku," ucapku sambil memeluk Nabilah ketika anak-anak sedang tidur. Hanya disaat seperti ini kami memiliki waktu berdua."Terima kasih juga, sudah menjadi pelindung Bilah dan anak-anak," sahut Nabilah sambil menatapku dengan penuh cinta. Aku kemudian mengecup kening Nabilah lalu bibir dan terakhir perutnya yang membesar. Ya Nabilah sedang mengandung an

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 5. Rencana Sempurna

    Setelah ayahnya meninggal, Bryan merasa tidak sanggup menjalankan perusahaan seorang diri. Apalagi kondisinya gampang drop, kalau terlalu banyak berpikir atau kelelahan. Bryan juga tidak percaya dengan wakilnya di kantor. Sehingga ia mengikuti saran Bara untuk menjual semua harta Sadewa. "Jika harta warisan memberatkanmu maka lepaskanlah. Jadi kamu bisa tenang menjalani hidup ini!" saran Bara setelah menimbang baik dan buruknya ke depan nanti."Terima kasih sudah memberikan masukan. Aku akan merelakan semua warisanku karena harta tidak dibawa mati," ujar Bryan menyetujui rencana Bara. Ia ingin melepaskan beban sebagai ahli waris keluarga Sadewa yang selama ini membuatnya tertekan dalam ketakutan.Tanpa memberitahu siapa pun, Bryan menjual satu persatu aset milik keluarga Sadewa. Mulai dari vila, mansion, pulau pribadi hingga saham. Kini seorang Billionaire dari Inggris yang memiliki perusahaan Sadewa Corp. Hanya kediaman Sadewa yang masih tersisa. Ia dan Bara sepakat tidak akan menj

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 4. Keputusan Bryan

    "Aku ingin mengucapkan bela sungkawa secara langsung kepadamu dan Bara. Tapi sepertinya kehadiranku tidak tepat, maaf sudah mengganggu permisi," ucap Monica yang hendak pergi. "Tidak apa-apa Monica, terima kasih kamu sudah datang. Silahkan duduk!" cegah Bara yang menghargai kedatangan Monica sebagai seorang tamu. "Bilah, tolong buatkan minum ya!" serunya kemudian. Monica segera masuk dan menyalami semua orang yang ada di sana. "Dilanjut ya, kami mau siap-siap buat tahlilan nanti malam!" seru Mom Sandra yang segera meninggalkan tempat itu bersama Hans dan Pak Jamal. Bara juga segera menyusul dengan berkata, "Aku mau bantu Nabilah dulu, takut Robin nakalin adiknya!" Ia ingin memberikan kesempatan Bryan dan Monica bicara dari hati ke hati. Bryan kemudian mengajak Monica ke serambi rumah. Setelah mereka bicara sebentar, Monica pamitan untuk pulang."Mau ke mana Monica, kenapa buru-buru pulang?" tanya Bara yang datang bersama Nabilah sambil membawa suguhan. "Tidak apa-apa, aku turut

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 3b. Rahasia yang Terkuak

    Setelah mendapatkan perawatan yang intensif, kondisi Bryan perlahan mulai membaik. Selama di rumah sakit, Bara selalu menemani dan mensuportnya. Agar Bryan siap menerima takdir dan semangat lagi untuk menjalani hidupnya. "Terima kasih sudah merawataku Kak!" ucap Bryan ketika baru saja masuk ke mobil dan meninggalkan rumah sakit. "Aku sudab memutuskan untuk pindah ke Singapura lagi. Banyak hal yang harus diselesaikan, bisa saja besok aku akan menyusul papi bukan?" ujar Bryan yang pasrah akan takdir hidupnya."Aku yakin kamu akan melakukan yang terbaik. Sekarang papi sudah tidak ada menikahlah dengan Monica. Dia masih menunggumu sampai saat ini!" saran Bara agar Bryan tidak patang asa menjalani kehidupannya. Namun, Bryan menolak usul Bara dan memberikan alasannya, "Aku dan Monica tidak akan bersatu lagi karena keluarganya minta lima puluh persen bagian harta keluarga Sadewa."Bara cukup terkejut mendengarnya dan bertanya, "Kenapa tidak kamu berikan?" "Aku tidak akan membiarkan mere

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 3. Air Mata Bryan

    Bara langsung menghubungi Bryan melalui vidio call untuk memberitahu kalau ayah mereka sudah tiada. Tentu saja kabar itu membuat adiknya sangat terkejut dan syok. "Papi sudah tiada, tadi habis salat subuh beliau telah pergi," ujar Bara dengan suara yang bergetar. "Inalillahi wainnalillahirojiun, ya Allah aku baru mau terbang ke Singapura untuk menghadiri rapat komisaris. Habis itu ke Jakarta, menjenguk Papi. kenapa kakak nggak bilang kalau Papi sakit. Aku pasti pergi dari kemarin?" ucap Bryan dengan suara yang parau. Bara memberikan penjelasan, "Papi tidak sakit, aku pun tidak tahu kalau beliau mau berpulang. Cuma semalaman aku menemaninya yang tidak tidur. Ternyata Papi tidur menjelang pagi untuk selamanya." Mereka kemudian membahas di mana Sadewa akan dikebumikan. Akhirnya Kakak beradik itu sepakat ayah mereka dikuburkan di salah satu pemakaman elit di Indonesia saja. "Sepertinya kami tidak mungkin menguburkan setelah zuhur, kasihan papi kalau kelamaan. Jadi kemungkinan kamu t

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 2. Pesan Terakhir

    Nabilah tampak terkejut ketika suaminya sudah pulang dari inggris, padahal baru dua hari. Namun, ia tidak berani bertanya karena Bara terlihat begitu lelah. Setelah istirahat dan makan baru mereka memulai pembicaraan."Kenapa sudah pulang, bagaimana kabar papi, Bang?" tanya Nabilah ingin tahu. "Papi baik-baik saja, Abang sudah pulang karena kita mau pindah rumah," jawab Bara yang membuat Nabilah terkejut. "Kita mau pindah ke mana Bang?" tanya Nabilah ketika mendengar keinginan Bara. Selama ini mereka menempati rumah Pak Jamal. "Ke rumah papi dan mami di Jakarta," jawab Bara yang segera menjelaskan alasannya. "Apakah Bilah siap dan bersedia membantu Abang?"Nabilah mengangguk seraya menjawab, "Insya Allah Bilah siap lahir batin mendukung dan menemani Abang untuk menjadi anak yang berbakti." Ia akan mengikuti ke mana pun Bara mengajaknya. "Ya sudah, kamu siap-siap ya, rapikan semua pakaian kita. Abang mau ngomong sama Bapak!" serunya kemudian. Bara segera menemui Pak Jamal dan men

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status