Share

Pertanyaan

Penulis: Widanish
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-20 23:28:19

Hening dan tak ada jawaban kuterima, Mas Burhan mendadak memejamkan matanya begitu kutanya demikian. Rupanya dia ingin menghindar dari pertanyaanku itu.

*

“Katanya sudah bersih, tidak ada gangguan lagi. Nanti kita pakai untuk nyimpan peralatan dapur yang sudah numpuk di lemari piring aja.”

Pagi hari aku ngobrol dengan ibu mertua di dapur sambil mencuci piring. Aku menyampaikan kembali apa yang disampaikan Mas Burhan tadi malam tentang kamar keramat yang sudah bersih itu.

“Bagus lah, suka-suka dia mau ngomong apa,” responnya. Ibu mertua tengah mengiris bawang untuk masak pagi ini. “Nanti kita pakai lemari plastik yang nganggur di gudang aja untuk tempat nyimpan perabotnya. Ibu juga sekalian lagi pesan rak bumbu via online, harganya lebih murah ketimbang beli di toko. Lihat tuh, garam dan gula cuma kamu taruh begitu aja di plastiknya, enggak rapi.”

Aku memang tidak suka yang terlalu mengoleksi banyak barang, bagiku cukup membeli barang yang dibutuhkan saja. Berbeda dengan ibu mertua, di
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Suamiku Bukan Manusia   Saling

    Mas Burhan langsung menarik tanganku, mencari tempat berteduh.Lagi-lagi, pertanyaanku tak mendapat jawaban. Jika bukan Mas Burhan yang menghindar, pasti alam semesta seakan tak mendukung.Akhirnya kami berteduh di depan sebuah toko yang tutup. Kutunggu barangkali Mas Burhan akan menjawab pertanyaanku namun rupanya dia malah memperhatikan sepasang suami istri yang tengah jalan kaki berdua di bawah rintik hujan sambil membawa gerobak sampah. Suaminya berjalan di depan menarik gerobak, istrinya di belakang membantu mendorong gerobak. Sepertinya mereka seorang pemulung.Mas Burhan kelihatannya sangat tertarik dengan pasangan suami-istri itu.“Mereka sangat bahagia,” gumamnya.“Kata siapa, Mas? Kita gak tahu yang sebenarnya,” responku.“Jangan salah, orang yang hidup sederhana seperti mereka ... juga bisa berbahagia sama dengan yang hidupnya penuh kemewahan. Lihat saja, mereka kompak saling mengisi satu sama lain.”“Tapi, aku lihat orang yang bergelimang kemewahan pun bahagia, Mas. Aku da

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-26
  • Suamiku Bukan Manusia   Jasad

    Cepat aku menghampiri mereka, sedangkan Mas Burhan masuk rumah lewat pintu belakang yang terhubung langsung ke dapur. Katanya risih kalau lewat pintu depan, ada lawan jenis yang tidak dikenalinya dan dia merasa tidak perlu bertemu.“Ada apa, Bu?” tanyaku begitu sampai di antara ibu mertua dan tamu perempuan yang tak kukenal siapa.Perempuan itu malah langsung pamit pulang begitu aku sampai. Sementara ibu mertua menunjukkan rasa tak nyaman, dia belum juga mau menjawab pertanyaanku dan malah menyuruhku cepat masuk ke rumah sambil tergesa.Ibu langsung mendorong tubuhku ke kamarnya, antara cemas dan panik itulah ekspresinya sedari tadi. “Burhan mana?” katanya.“Tadi dia masuk lewat pintu belakang,” jawabku sambil menaruh barang belanjaan di kasur. “Ada apa sih ini?”“Itu barusan dari orang pesisir—“Jawaban ibu mertua terpotong karena ada lagi tamu yang mengetuk pintu rumah. Sengaja kami mendiamkannya beberapa saat untuk memastikan apakah ketukan pintu itu berasal dari depan rumahku atau

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-11
  • Suamiku Bukan Manusia   Kemungkinan

    “Enggak, Lita. Perempuan itu bilang jasad mereka sudah ditemukan. Ibu dengar, kok,” tegas ibu mertua.Mendadak suasana menjadi genting. Aku pun tidak bisa berpikir dengan jernih.“Kalau itu benar, terus yang tidur denganku beberapa malam ini siapa, Bu?”Tangisku pecah mengingat bagaimana rasanya tidur dengan sosok lain yang menyerupai suamiku. Seandainya kabar itu benar, jantungku pasti copot betulan.Kujatuhkan diri ke lantai, menggeser posisi duduk dekat dinding kamar lalu bersandar. Napas ini begitu terasa panas saat diembuskan, terlalu syok dan takut hingga dadaku sesak dan jantung pun amat kencang berdetak. Hal serupa dilakukan ibu mertua, bahkan dia tak hanya memikirkan Mas Burhan tapi juga pasti memikirkan anaknya yang lain. Dapat kumengerti betapa mumet dan kacaunya pikiran ibu mertua saat ini.“Lita, apa yang harus kita lakukan dengan kabar ini?” tanya ibu mertua pasrah, kami memang pasrah karena situasi ini sungguh mengejutkan.“Bu, aku tidak bisa berpikir. Tapi kalau memang

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-12
  • Suamiku Bukan Manusia   Barang-Barang yang Ditemukan

    “Baik, Pak. Saya sangat berterimakasih sekali kalau Bapak mau mengantar,” ucapku. “Dan ada satu hal lagi yang membuat saya kepikiran serta tidak tenang. Saya harus bagaimana bersikap ke Mas Burhan yang sekarang ada di rumah? Menurut Bapak, siapa dia sebenarnya? Saya dan ibu mertua ketakutan di rumah, Pak.”“Untuk sementara, bersikap seperti biasanya saja. Jangan sampai dia mendengar kabar tentang jasad itu sampai semuanya jelas. Sosok yang ada di rumahmu itu, bisa jadi dia benar Burhan ... juga bisa jadi bukan. Dia bisa jadi sosok yang baik atau jahat ... kita tidak akan pernah tahu sebelum menyelidiki. Makanya, saya akan ajak adik saya yang indigo juga biar lebih mudah kita mencari tahu.”Beruntunglah keputusanku meminta bantuan Pak RT membuahkan hasil. Kuharap, hidupku akan kembali normal setelah mendapat kejelasan dari masalah ini.Syifa mulai rewel, aku pun pamit pulang karena bayiku ini minta asi.*Aku masuk lewat pintu belakang, ada ibu mertua yang sedang menungguku sambil dudu

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-15
  • Suamiku Bukan Manusia   Arwah-Arwah

    Tubuhku langsung menggigil. Tak kusangka perempuan yang kemarin kuhampiri itu adalah hantunya Risma, pantas saja dia langsung pergi begitu aku mendekatinya. Perempuan yang telah berhasil mengambil hati Mas Burhan dan berkhianat padaku itu pada kenyataannya sudah meninggal. Dan yang lebih membuatku mengigil adalah Mang Dasa, rupanya dia pun hantu. Aku tidak dapat percaya barusan berjalan dan bertatap muka langsung dengan hantu! Sekujur tubuhku mengigil kedinginan saking takutnya.“Lihat!” Dimas mendekat ke tempat ikat rambut Risma tergeletak dan memungut barang tersebut. “Ini ikat rambut Risma dan itu sandalnya yang sebelah kanan. Aku dapat merasakan energinya dan energi itu langsung menjadi gambaran dalam penglihatanku. Ya, tidak salah lagi ini adalah barang-barang miliknya. Risma bertubuh tinggi langsing seperti Luna Maya, rambutnya lurus panjang sepinggang berwarna hitam, kulitnya putih langsat. Risma adalah perempuan yang cantik secara fisik, tapi dia licik kalau punya keinginan

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-16
  • Suamiku Bukan Manusia   Ketindihan

    “Tapi aku takut, Dimas,” tolakku.“Mbak Lita mau tidak mau harus bersedia. Risma ingin menyampaikan sesuatu, tapi aku juga tidak tahu apa, hanya saja dengan begitu kemungkinan nanti arwahnya tidak akan penasaran lagi dan tidak akan mengganggu kalian lagi.” Dimas tetap ‘membuka pintu’ di kedua mataku agar nanti Risma bisa menyampaikan pesannya lewat mimpi. “Gimana kalau Risma berniat jahat dengan masuk ke dalam mimpiku? Dia kan menganggapku saingan karena aku istrinya Mas Burhan.” Aku masih ragu-ragu.“Berdoa dulu sebelum tidur, jadi Mbak Lita tetap minta perlindungan Tuhan. Insyaalloh Risma tidak akan sampai mencelakai Mbak, dia hanya ingin menyampaikan pesan namun entah pesan baik atau sebaliknya,” jawab Dimas meyakinkanku.Kak Titi yang terlihat sudah kecapean, ketakutan, dan ingin cepat masuk rumah mendesakku agar terima saja apa yang dikatakan Dimas. “Siapa tahu Risma mau ngasih tahu Burhan masih hidup atau enggak. Udah, kamu jangan banyak cincong lagi, terima aja!” katanya.“Iy

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-22
  • Suamiku Bukan Manusia   Kuncir Rambut

    “Ahkk—" Napasku tersengal karena cekikan Risma begitu kuat. Aku juga tidak bisa melawan karena semua anggota tubuhku tidak bisa leluasa bergerak. Rasanya nyawaku sudah berada di ujung tenggorokan.Saat aku hampir menyerah dan sudah pasrah, Risma melepaskan cekikan tangannya. Saat itu juga aku merasa lega dan dapat bernapas kembali.“Apa maumu?” Akhirnya aku bisa bicara dan bertanya padanya.“Lepaskan Burhan!”“Dia suamiku, tidak akan kulepaskan,” jawabku. Meski sebenarnya aku tidak mengerti ke mana arah pembicaraan Risma namun entah mengapa jawaban itu yang kuberikan padanya. Risma mendekatkan wajahnya, aku sangat ketakutan dengan wajah seramnya yang hanya berjarak satu jengkal denganku. “Mas Burhan hampir saja menjadi suamiku seandainya hari itu kami tidak tenggelam. Gara-gara kamu, perahu yang kami tumpangi jadi terbalik dan akhirnya kami tidak pernah sampai ke pulau seberang—tempat dimana aku akan menikah dengan Mas Burhan dan melanjutkan hidup. Sial, lidahmu begitu pahit hingga s

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-27
  • Suamiku Bukan Manusia   Hubungan Badan

    “Mas, itu sebelah situ mau aku sapu tapi motornya ngehalangin,” kataku mengalihkan pembicaraan, sekaligus memberi kode agar Mas Burhan cepat pergi.“O-oh, ya sudah aku berangkat,” katanya seraya mencium keningku.Begitu Mas Burhan pergi, badanku mendadak pegal-pegal. Perutku panas. Ibu mertua yang menyadari kondisiku langsung memapahku ke kamar. “Ini bener-bener Risma gangguin kamu terus, harus dihentikan ini!” katanya.“Makanya kubilang juga kita harus temui Dimas, dia kan yang udah bukain mata batinnya Lita supaya bisa dimasuki Risma dalam mimpi, kita minta tutup lagi saja. Kasihan Lita,” saran Kak Titi yang mengikuti kami di belakang.Sejak pulang dari pesisir, badanku memang jadi mudah lemas. Apalagi setelah didatangi Risma semalam. Akhirnya aku tertidur nyenyak setelah ibu mertua membaringkanku di kasur.*Sesampai di rumah Dimas, aku menceritakan perubahan daya tahan tubuhku dan juga mimpi semalam. Dimas mendengarkan dengan penuh perhatian, menangkap kata demi kata yang kuucapka

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-28

Bab terbaru

  • Suamiku Bukan Manusia   Lastri (TAMAT)

    “Apa maksudmu? Jangan bilang kamu suka sama gadis itu. Huh, gak kapok ya lirik-lirik perempuan terus,” kataku panas hati.“Jangan dulu cemburu. Aku biasa aja sama Lastri, tertarik bukan berarti suka.” Mas Burhan membela diri.“Udah lah, Mas. Kupikir setelah kejadian kemarin kamu akan berubah tapi ternyata sama aja. Aku gak nyangka kamu macam-macam selama keliling jualan, aku yakin kamu pasti suka main ke rumah Lastri, kan.”“Astaghfirullah. Dengar dulu—”“Capek ah, Mas!”Langsung kutinggalkan Mas Burhan sendirian, kugendong Syifa dan pindah menidurkannya di kamar. Cerita ibu-ibu pelanggan tadi siang membuatku kepikiran dan mumet, entah mungkin aku yang berlebihan meresponnya tapi perasaan cemburu ini tak dapat kuhindari. Bagaimana pun baiknya seorang suami terhadap istrinya, tidak jadi jaminan dia tidak akan tergoda perempuan lain di luar sana. Apalagi Mas Burhan ganteng, siapapun bisa terpikat meski profesinya hanya penjual pentol.Sengaja tak kututup pintu kamar, agar aku bisa mengi

  • Suamiku Bukan Manusia   Lastri

    “Mas Burhaaan!”Dari kejauhan mereka melambaikan tangan seraya memanggil nama suamiku. Tentu saja aku semakin penasaran dengan maksud kedatangan mereka.“Ada apa ya, Mas. Kok mereka ngumpul di depan rumah kita terus manggil-manggil nama kamu dengan antusias seperti itu?” tanyaku pada Mas Burhan.“Hadeuuhh …” gumam Mas Burhan sambil geleng-geleng kepala.“Siapa sih, Mas?”Mas Burhan hanya diam saja ketika kutanya karena fokusnya hanya tertuju pada ibu-ibu di depan sana yang terus-terusan memanggil namanya.Awalnya kupikir sekumpulan ibu-ibu itu adalah para tetanggaku yang menunggu kedatangan kami, mengingat kabar sakit non medis-ku beberapa hari kemarin ternyata sudah menyebar dan menjadi bahan perbincangan warga sekitar, kupikir mereka datang hendak menjenguk atau sekedar kepo dengan apa yang terjadi padaku. Tapi, setelah aku sampai di halaman rumah dan tepat berada di hadapan mereka … ternyata mereka bukan tetanggaku, aku sama sekali tidak mengenali mereka. “Mas, jawab dong, mereka

  • Suamiku Bukan Manusia   Dukun Taubat

    Akhirnya aku menggelengkan kepala sebagai jawaban.“Karena dunia ini Tuhan-lah yang mengatur, bukan manusia. Kita tidak bisa tahu setiap misteri yang terjadi dalam hidup ini,” jawab Mbah Aki dengan tenang. Rupanya, tadi itu dia hanya menggertak saja. “Singkirkan berbagai macam pertanyaan dalam pikiranmu, itu hanya akan menyulitkanmu saja. Mulailah ber-aksi, ikuti nasihat-nasihat yang tadi kuberikan. Dan kalau kamu merasa tidak adil, hidup ini kadang memang tidak adil. Tapi gak apa-apa, tetap hidup saja hadapi setiap keadaan. Tak perlu banyak bertanya lagi. Paham?”Aku mengangguk. Sampai sini pemahamanku mulai bisa mencerna semuanya. “Di sini masyaraktnya hidup makmur semua,” celetuk Dimas menyela peribncanganku dengan Mbah Aki. Dimas melihat melalui jendela sekelompok orang yang beraktivitas d luar sana. “Pakaian dan kendaraan mereka mahal semua.”“Apa pekerjaan warga sini, Mbah?” Mas Burhan ikut bertanya.Kini topik pembicaraan beralih tentang Desa Kabut dan keseharian warganya.“Pe

  • Suamiku Bukan Manusia   Sumpah Pembawa Petaka

    “Aku merasa jadi korban, kenapa disalahkan?” tanyaku. “Ingat-ingat lagi apa yang kamu lakukan ketika tahu suamimu selingkuh dan apa yang kamu ucapkan!” perintah Mbah Aki.“Sumpah serapah?”“Itulah kesalahanmu!”“Di mana letak salahnya? Aku hanya merasa perlu mendapat keadilan dari sakit hati yang kuderita. Suamiku selingkuh dengan sahabatku sendiri, apa aku harus bahagia? Tentu saja aku merasa sakit hati, dan karena itu aku spontan mengucapkan sumpah itu.”“Dan sumpahmu itu menjadi kenyataan.”“Pasti lah. Karena doa istri yang terdzalimi kemungkinan besar akan dikabulkan.”“Itu menurutmu.”“Lalu menurut Mbah?”“Tanpa kamu sadari, sebenarnya sumpah yang kamu ucapkan itu juga berbalik pada dirimu sendiri. Lihatlah dirimu, dan ingat-ingat lagi kejadian dari mulai kamu dengar kabar suamimu tenggelam hingga kini kamu berada di sini meminta pertolonganku agar terlepas dari karma. Kamu juga ikut menderita, bukan?”Aku termenung lagi, tertampar lagi dengan pernyataan Mbah Aki. Sejauh ini hid

  • Suamiku Bukan Manusia   Nyai Sabtu

    Mas Burhan dan Kak Rudi sontak menoleh padaku, ada perasaan khawatir yang terpancar dari ekspresi Kak Rudi, sedangkan Mas Burhan menggenggam tanganku lebih erat meski dia terlihat cukup tenang saat mendengar pernyataan Mbah Aki.“Kenapa takut?” Mbah Aki langsung mengarahkan pertanyaan itu padaku. Tentu saja dia dapat membaca pikiran dan isi hatiku yang memang tengah ketakutan. “Aku tidak sedang menakutimu. Yang kukatakan barusan itu memang suatu hal yang mutlak,” lanjutnya dengan warna suara yang khas.. Aku langsung menunduk, menyembunyikan wajahku yang mendadak kaku dan segan jika harus berhadapan langsung dengan Mbah Aki. Tak kurespon sepatah kata pun apa yang dinyatakannya.“Semua yang hidup pasti akan mati. Artinya, kita semua memang diikuti oleh ajal. Itu hal yang mutlak.” Dimas lah yang akhirnya menjawab dengan lantang, membutat Mbah Aki manggut-manggut saat mendengarnya.“Kamu memang bukan orang biasa,” ucap Mbah Aki pada Dimas. Sudah pasti dia mengetahui bahwa Dimas mempunyai

  • Suamiku Bukan Manusia   Diikuti Ajal

    “Tempatnya angker. Maklum, penghuninya rata-rata penganut ilmu hitam yang pasti berkawan dengan setan dan jin,” jelas Kak Rudi.“Apa kalau kita ke sana nanti bakal celaka?” tanya Mas Burhan.“Bisa jadi, mereka jahil.”Terlintas keraguan dalam benakku untuk pergi ke sana. Bagiku, mendatangi tempat itu sangat beresiko. Setelah kejadian kemarin Mas Burhan tenggelam di lautan dan kejadian-kejadian mistis yang kualami setelahnya, aku tidak ingin lagi bergelut dengan hal-hal semacam itu. Sudah terbayang bagaimana jadinya nanti ketika tiba di Desa Kabut yang katanya angker itu, takut terjadi apa-apa. Belum lagi nanti ketika pulang pasti ada satu atau dua makhluk halus yang ikut dengan kami.“Jangan terlalu takut. Kita tidak berniat jahat datang ke sana,” ucap Kak Rudi padaku. Rupanya dia paham tentang apa yang kupikirkan. “Tujuan kita hanya untuk mencari kalung pusaka, untuk dikembalikan pada Risma agar kutukan kalung itu terhenti.”“Tetap saja hasilnya belum pasti. Daripada nanti malah dapa

  • Suamiku Bukan Manusia   Desa Kabut

    “Di sini Lita sudah sembuh, baru saja aku merasa bersyukur dan lega … sekarang langsung mendapat kabar duka Kak Titi meninggal dunia,” lanjut Mas Burhan.Aku juga ikut kaget sekaligus sedih mendengarnya.“Ini salah Ibu, Burhan. Harusnya Ibu dari kemarin ke sini untuk mengurus Titi, di sini Titi gak ada yang mengurus jadinya dia tidak tertolong,” isak ibu mertua di telepon.“Sudah takdirnya, Bu. Memang sudah waktunya Kak Titi berpulang. Tidak ada yang perlu disesalkan,” balas Mas Burhan.Tangisan ibu mertua semakin kencang terdengar. Memori di masa lalu kembali terkenang dalam benakku, saat di mana ibu dan Kak Titi selalu berselisih paham hingga berdebat hebat. Hubungan mereka bagai air dan minyak, sulit untuk menyatu meski dalam satu wadah yang sama. Melihat bagaimana sekarang mertuaku itu begitu terpukul kehilangan Kak Titi … membuatku terharu dan tak menyangka reaksi ibu mertua akan sesedih ini.Memang seburuk apapun anggota keluarga kita, mereka tetaplah saudara yang tidak mungkin

  • Suamiku Bukan Manusia   Kabar Duka

    “Ibu ke rumah Kak Titi saja, Lita biar aku yang jaga. Jangan khawatir,” jawab Mas Burhan. “Tapi kan kamu besok harus kerja, terus nanti Syifa siapa yang jagain? Kamu gak akan bisa ngurus bayi,” tolak Ibu. Mas Burhan terus meyakinkan ibu mertua hingga akhirnya ibu pun dengan terpaksa berangkat menuju rumah Kak Titi dan Kak Rudi. “Aku bisa mengurus semuanya, Bu,” ucap Mas Burhan saat mengantar ibunya hingga pintu depan rumah. Aku dapat mendengar karena suaranya lumayan nyaring terdengar hingga ke kamar. *Mungkin ada dua jam ini aku mendengar Mas Burhan menelepon orang-orang yang dikenalnya dulu saat masih nongkrong di belakang pasar. Suamiku itu menanyakan alamat rumah orang pintar yang dicurigainya membeli kalung pusaka itu dari Kak Titi. Namun tidak membuahkan hasil. “Gak ada yang tahu,” ucapnya kesal. “Padahal aku yakin sekali Kak Titi jual kalungnya pada orang ini.” Mas Burhan menunjukkan sebuah foto yang tampil di layar ponselnya padaku. Seorang wanita dalam foto itu, dia mo

  • Suamiku Bukan Manusia   Kesombongan Lita

    “Kamu selalu merasa dirimu baik, Lita! Menganggap dirimu adalah orang yang ramah, sopan, dan lembut pada setiap orang. Lama-lama muncul lah kesombongan dalam hati kecilmu,” jawabnya sinis, suaranya seperti suara nenek-nenek.Risma kemudian menghilang namun ular itu masih melilit leherku. Kini tidak terlalu mencekik, hanya saja tenggorokanku masih terasa panas.Aku masih terus terpikir apa dosaku pada Risma di masa lalu. Sejauh yang kuingat, aku tak pernah menyakiti orang lain. Selalu kujaga ucapan dan tingkah laku, bahkan orang-orang mengenalku sebagai anak yang sopan.Ah … selain karena menahan rasa sakit, aku pun jadi tidak bisa tidur karena kepikiran hal itu terus. Aku dan Risma berteman selama masa SMA, tiga tahun kami jadi teman sebangku. Selama itu pula tidak ada permasalahan yang membuat kami ribut, semua teman di sekolah mengenal kami sebagai bestie forever.*Dua hari berlalu namun sakitku tak kunjung sembuh, ular ini terus mencekik leherku. Tak ada yang dapat melihat ular in

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status