*Seorang wanita yang diduga mirip dengan Sydney Anggunia, tengah menarik seorang pria yang juga diduga suaminya, Skysello Petrav dari kerumunan para wanita di dance floor sebuah club X. Ini dia cuplikan video amatir yang direkam oleh salah seorang pengunjung club!*
Sydney mematikan televisi, kemudian mengusap wajahnya dengan berat. Belum masalah semalam selesai, kini dia dihadapkan dengan masalah baru.
Citra baik suaminya mungkin akan tercemar dengan pemberitaan panas hari ini.
Getaran di ponsel menyita atensi wanita itu, dia meraih ponselnya di atas meja.
[Mr Sky: Bawakan makan siang untukku!]
Wanita itu mencampakkan ponselnya, kemudian menyandarkan punggungnya di sofa sembari memijat pangkal hidung.
"Aku lelah harus terus-menerus bersandiwara setiap ada pemberitaan miring tentangmu, Sky!" gumamnya.
Sky pasti akan memintanya untuk bersandiwara di depan umum juga media seolah kehidupan rumah tangga mereka baik-baik saja, guna menepis pemberitaan miring tentang mereka.
Kini deringan ponsel berbunyi. Tangan Sydney terulur meraih ponselnya.
Mr Sky calling ....
Hanya saja, dia terlalu malas untuk menjawab panggilan tersebut, maka dari itu Sydney memilih untuk beranjak ke dapur, memasakkan makanan kesukaan suaminya.
Beruntunglah, tadi pagi Barel memberikan kabar bila dua hari ke depan dirinya diberikan free time untuk meredakan pemberitaan yang kini tengah beredar dan sedang panas-panasnya.
Selesai memasak makanan, Sydney segera bersiap untuk segera pergi ke perusahaan 'Home Star'. Perusahaan agensi terbesar yang menaungi artis-artis besar, termasuk dirinya. Sebenarnya perusahaan itu milik papa mertuanya yang kini dikelola oleh Sky.
Sydney berjalan keluar dari rumah dengan kacamata bertengger di matanya, kemudian masuk ke dalam mobil. Di balik kemudi sudah ada Barel yang langsung melajukan mobil.
"Di depan kantor banyak awak media yang menunggu Sky angkat bicara soal pemberitaan, mungkin juga mereka sedang menunggumu."
Sydney menghela nafas, menyandarkan kepalanya. Mungkin ini konsekuensinya menjadi seorang publik figur, segala aktivitasnya selalu menjadi pemberitaan. Baik itu hal positif maupun negatif, selalu menjadi buruan para awak media.
"Kita harus masuk lewat depan ... seperti biasa."
Mendapatkan tatapan penuh tuntutan dari Barel, wanita itu hanya mengangkat kedua bahunya acuh.
Sydney justru tengah memikirkan perkataan Sky semalam sebelum jatuh tak sadarkan diri akibat pengaruh alkohol. Pagi hari Sydney coba bertanya, namun Sky tak menjawab sedikit pun pertanyaannya.
Saking asik dengan lamunannya, penyanyi cantik itu tak sadar bila mobil sudah berhenti di depan lobby.
Tok!Tok!Tok!
Ketukan di jendela membuatnya tersentak, hingga ketika dia mendapatkan kembali kesadarannya, mobil sudah dikerumuni oleh awak media.
Sydney meraih kotak makanan juga tas di jok belakang, kemudian menatap Barel. Pria itu dengan sigap turun dari mobil, kemudian membukakan pintu untuk membantu Sydney masuk ke dalam gedung.
Hujanan flash kamera juga pertanyaan mengiringi setiap langkah Sydney menuju pintu masuk yang juga dijaga ketat beberapa pria berbadan kekar.
Ketika pintu kaca bergerak terbuka secara otomatis, kaki jenjang wanita itu yang hendak melangkah masuk sontak terhenti.
Bagaimana tidak, ketika dia mendapati Sky menjemputnya.
"Wah! Ini pertanda kiamat sudah dekat," gumam Barel dengan nada rendah.
Hal yang tak pernah dilakukan oleh pria itu selama mereka mengarungi biduk rumah tangga selama satu setengah tahun. Bukan hanya Barel, tetapi Sydney pun merasa terkejut dengan semua ini.
"Sayang."
Kecupan yang diberikan Sky di keningnya juga rengkuhan posesif di pinggang tak mampu menyadarkan Sydney dari keterkejutannya.
Mereka sering melakukan sandiwara seperti ini, tapi tidak sampai Sky bersikap manis!
Sky tersenyum ke arah Barel. "Terima kasih sudah mengantar istriku, kamu bisa pulang! Sydney pulang bersamaku."
Tanpa menunggu jawaban dari asisten sang istri, Sky berlalu dengan membawa serta Sydney.
Di dalam lift sampai pada ruangan, Sky tak pernah menjauhkan tangannya dari pinggang Sydney.
"Aku lelah bersandiwara, kenapa tidak kita coba untuk melakukannya sesuai keinginan hati atau atas dasar keinginan hati? Mungkin semuanya akan terasa lebih indah."
Sky menjauhkan tangannya ketika mereka berhasil masuk dan Dante- asisten pribadinya, langsung menutup pintu. Sudah tidak ada orang yang melihat mereka, jadi dia harus mengakhiri sandiwara.
"Kita bukan pasangan yang baru menjalin hubungan, apalagi pasangan pengantin yang baru menikah. Rasanya menggelikan jika harus bersikap seperti itu di depan umum. Terpenting, aku bertanggung jawab atas nafkah lahir dan batinmu, Nggun."
Sydney meletakkan kotak makanan serta tasnya dengan hati yang tertegun. Kepalanya meneleng ke arah Sky yang sudah kembali duduk di balik meja kerja.
"Nafkah batin?" tanyanya balik. Dengan mulut terbuka dan raut wajah tak percaya, dia melangkah mendekati meja. "Kamu mengatakan menafkahiku lahir dan batin- ok! Jika nafkah lahir kamu memenuhi dengan 'sangat' baik, tapi nafkah batin ...?"
Wanita itu menggeleng dengan kekehan sumbang lolos dari bibirnya. Tak tertinggal matanya yang berkaca-kaca.
"Hampir satu setengah tahun kita menikah, tidur di kamar yang sama, di ranjang yang sama, tapi seujung kuku pun kamu tidak pernah menyentuhku, Skysello!"
"Apa itu yang dinamakan nafkah batin?"
Sky menatap lekat wajah Sydney yang menyiratkan luka yang begitu balam. Ya, wajar saja bila sang istri merasakan kekecewaan yang begitu besar. Tidak ada istri yang baik-baik saja kala suaminya tak pernah menyentuh bahkan meminta haknya seperti suami pada umumnya.
"Nafkah batin itu tidak harus soal s*ks, kan? Kebahagiaan, kesenangan, kepuasan hati, itu juga bagian dari nafkah-"
"Memang kamu tahu, apa aku bahagia, seneng atau puas jadi istri kamu selama ini?" sela Sydney menyerang. "Memang kamu tahu apa kebahagiaanku?"
Pria tampan pemilik rahang tegas itu melepas kacamatanya, memijat pangkal hidung yang berdenyut nyeri. Bila sudah membahas soal bagian terdalam rumah tangga mereka, selalu berhasil membuat kepalanya ingin pecah.
"Aku kerja siang malam, duduk di balik meja ini seharian itu untuk-"
"Untuk dirimu sendiri!" Lagi-lagi Sydney menyela perkataan Sky.
Sudah cukup selama ini dirinya hanya diam menerima setiap goresan luka dari Sky, kini waktunya dia mengungkapkan semua hal yang menjadi ganjalan di dalam hatinya.
"Untuk kesenanganmu, agar kamu bisa membayar perempuan liar di luar sana, yang bisa kamu nikmatin setiap jengkal tubuhnya. Sementara aku, yang jauh lebih berhak mendapatkan semua itu, kamu abaikan! Kamu menjadikanku manekin hidup yang akan kamu bawa dan kamu gunakan hanya ketika kamu butuh, tapi ... tanpa kamu sentuh!"
Kalah telak!
Sky dibuat terbungkam dengan semua perkataan sang istri yang menampar kesadarannya bila wanita itu selama ini memendam luka sendirian.
Sydney menyeka air mata, kemudian melangkah tergesa sembari menyambar tasnya. Sudah tidak ada gunanya dia tetap di sana.
"Nggun, tunggu!"
Sky dengan segera mengejar langkah istrinya, menghadang wanita itu tepat di depan pintu. Tatapannya menatap lurus ke arah wajah cantik Sydney yang justru memalingkan wajahnya.
"Apa karena aku tidak pernah menyentuhmu, kamu bisa bersikap berani seperti ini padaku?"
Pria itu membuka vest, kemudian membuka satu persatu kancing kemeja juga melemparkan dasi yang ditariknya dengan kasar lalu dibuang ke sembarang arah.
"Ok, aku akan memenuhi nafkah batinmu!"
Sky mengira bila tantangannya akan ditolak oleh sang istri, namun Sydney justru menerima tantangannya dengan menurunkan blouse potongan sabrina hingga turun sampai ke perutnya.
"Kamu tahu, dari dulu aku orang yang paling tidak bisa ditantang."
Wanita itu maju satu langkah yang mana membuat Sky memundurkan langkahnya dengan raut wajah begitu dingin.
"Jangan gila, Nggun! Ini di kantor," desisnya.
Terpentuk di pintu, Sky tidak bisa menghindar ketika tubuh atas mereka saling bersentuhan, hanya terhalang oleh kain berenda yang masih terpasang dengan sempurna.
"Kamu jual aku beli, Skysello!"
Ketika Sydney memajukan wajahnya ....
Klak!
Pintu ruang pribadi di dalam ruang kerja terbuka, cukup menyita atensi keduanya. Seseorang keluar dari sana membuat Sydney refleks mengangkat telunjuknya.
"Ka-kamu ...?"
"Kenapa kamu ada di sini?"Seiring dengan langkah kakinya, berbagai pertanyaan juga prasangka buruk hinggap di dalam benaknya. Tangannya refleks menaikkan kembali baju yang sempat diturunkan olehnya.Wanita yang ada di hadapannya terlihat gelisah dalam diamnya. Bola matanya bergerak liar ketika tatapan Sydney begitu tajam mengarah padanya."Anggun-"Sky menyambar kembali kemejanya, memakai secara tergesa, kemudian melangkah mengejar istrinya."Kita selesaikan masalah ini di rumah!" tandasnya.Akan tetapi, Sydney yang biasanya selalu patuh apapun perintahnya, kini justru mengangkat tangannya- menghindar ketika dia hendak menggandengnya."Ok, tapi sekarang aku ingin tahu kenapa 'dia' ada di sini!" Bola mata indah berwarna almond itu kembali menatap wanita yang masih bertahan dengan diamnya, kemudian bergerak meneliti penampilan dari ujung kaki hingga tatapan keduanya bertemu."Yuan, ini pertanyaan terakhir dariku. Kenapa kamu bisa ada di sini? KENAPA KAMU BISA ADA DI RUANGAN SUAMIKU?!"
Sydney berdiri di tepi kolam renang, melipat tangannya di dada dengan tatapan lurus menatap air kolam yang jernih. Dia masih memikirkan kejadian di kamar mandi. Sky tidak menjawab pertanyaannya, bahkan pria itu langsung keluar dari kamar mandi dan pergi dari rumah. Entah ke mana, Sydney berusaha untuk tidak peduli lagi.Tring!Satu pesan masuk berhasil mengerjapkan mata indah almond itu seiring dengan kesadarannya yang kembali. Dia merogoh ponselnya di saku jubah tidur, kemudian membuka pesan yang ternyata pesan suara dari ... Sky.[Nggun, aku di lounge hotel H. Bisa kamu jemput aku di sini?]Wanita itu berdecih sinis. Tanpa membalas, kembali memasukkan ponsel ke dalam saku. Pantang baginya menjilat ludahnya sendiri!Terdengar suara derap langkah kaki dari belakang membuatnya menggerakkan ekor mata tanpa menoleh."Bu, ada telepon dari pak Bos. Beliau mengatakan bila Ibu diminta-""Aku sudah mengetahuinya, Bi. Biarkan saja, aku sudah lelah mengurus orang yang setiap menghadapi masalah
[Sesuai dengan permintaanmu kemarin, aku sudah booking private room untuk nanti sore.]Sydney yang sedang memakan salad sebagai menu sarapannya mengangguk ke layar ponsel."Jam berapa tepatnya? Apa kamu juga sudah menghubunginya?"[Jam lima, aku juga sudah menghubungi-]Tut!Wanita itu terpaksa mengakhiri telepon bersama Barel ketika mendengar suara derap langkah kaki mendekat. Sudah pasti itu Sky yang juga hendak sarapan.Tak ingin terjebak di ruangan yang sama dengan pria itu, Sydney memilih menyudahi sarapan paginya. Dia beranjak, namun ketika berbalik Sky berdiri di belakang tubuhnya."Kamu sudah tidak pernah lagi menyiapkan pakaian kerja untukku, dan aku harap kamu tidak melupakan kebiasaanmu yang setiap ada waktu selalu menawarkan diri untuk memasangkan dasi."Pria itu memberikan dasi di tangannya yang beruntungnya diterima oleh Sydney meski dengan raut wajah datar tanpa ekspresi. Saat wanita itu memasangkan dasi, Sky mengambil kesempatan untuk menatap wajah cantiknya."Sampai k
Dua pasang mata saling menatap dengan sorot yang jelas jauh berbeda. Aura di dalam ruangan yang hanya diisi oleh mereka pun begitu dingin dan canggung. "Kamu pasti sudah mengetahui tujuanku memintamu untuk datang, kan?" Sydney menyilang kedua kakinya dengan punggung yang bersandar dengan nyaman di sofa. Sikapnya begitu tenang, namun dibalik ketenangan itu menyimpan banyak hal yang mungkin mampu menghancurkan wanita yang duduk di hadapannya. "Sydney, jangan naif! Apa yang kamu lihat tidak seperti kamu pikirkan! Aku dan Sky tidak ada hubungan apapun, selain dia suamimu juga pemilik agensi yang menaungi kita. Just it! Tidak ada hubungan-" "Jika kalian tidak ada hubungan, lalu ada urusan apa kamu di ruangannya?" tanya Sydney dengan cepat. Sangat klise alasan yang diberikan oleh Yuan. Memang benar yang dikatakan oleh Barel, selain licik dan licin, rupanya wanita yang dia anggap sebagai sahabatnya itu juga pandai memakai kedok. Bersikap seolah semua hanya kesalahpahaman yang muncul dar
[Sorry, Sydney. Aku melihat Sky di bar X, dia mabuk parah bersama para wanita penghibur. Sebaiknya kamu segera menyusulnya ke sana.]Pesan dari Yuan yang membawa Sydney tengah malam harus pergi ke sebuah club. Beruntungnya dia memiliki asisten pribadi- Barel, yang selalu siaga untuknya.Padahal dia baru saja tiba di rumah setelah manggung di luar kota, namun rupanya situasi belum mengizinkannya untuk beristirahat."Sampai kapan kamu akan bertahan dengan laki-laki macam suamimu itu? Padahal jika kamu melepaskannya, kamu bisa berdiri di kakimu sendiri. Kamu masih bisa hidup dengan baik tanpa dia!"Barel tak mengerti dengan pikiran bos cantiknya itu. Sydney memiliki segalanya tanpa harus bergantung pada suami. Menurutnya, Sky tidak layak untuk dicintai begitu besar oleh Sydney yang sempurna.Di matanya, Sky tidak lebih baik dari seorang pria yang tidak bisa menghargai ketulusan serta kesetiaan Sydney."Aku tidak akan sampai di titik ini tanpa dia, bagaimana pun kesuksesan yang aku dapatk
Dua pasang mata saling menatap dengan sorot yang jelas jauh berbeda. Aura di dalam ruangan yang hanya diisi oleh mereka pun begitu dingin dan canggung. "Kamu pasti sudah mengetahui tujuanku memintamu untuk datang, kan?" Sydney menyilang kedua kakinya dengan punggung yang bersandar dengan nyaman di sofa. Sikapnya begitu tenang, namun dibalik ketenangan itu menyimpan banyak hal yang mungkin mampu menghancurkan wanita yang duduk di hadapannya. "Sydney, jangan naif! Apa yang kamu lihat tidak seperti kamu pikirkan! Aku dan Sky tidak ada hubungan apapun, selain dia suamimu juga pemilik agensi yang menaungi kita. Just it! Tidak ada hubungan-" "Jika kalian tidak ada hubungan, lalu ada urusan apa kamu di ruangannya?" tanya Sydney dengan cepat. Sangat klise alasan yang diberikan oleh Yuan. Memang benar yang dikatakan oleh Barel, selain licik dan licin, rupanya wanita yang dia anggap sebagai sahabatnya itu juga pandai memakai kedok. Bersikap seolah semua hanya kesalahpahaman yang muncul dar
[Sesuai dengan permintaanmu kemarin, aku sudah booking private room untuk nanti sore.]Sydney yang sedang memakan salad sebagai menu sarapannya mengangguk ke layar ponsel."Jam berapa tepatnya? Apa kamu juga sudah menghubunginya?"[Jam lima, aku juga sudah menghubungi-]Tut!Wanita itu terpaksa mengakhiri telepon bersama Barel ketika mendengar suara derap langkah kaki mendekat. Sudah pasti itu Sky yang juga hendak sarapan.Tak ingin terjebak di ruangan yang sama dengan pria itu, Sydney memilih menyudahi sarapan paginya. Dia beranjak, namun ketika berbalik Sky berdiri di belakang tubuhnya."Kamu sudah tidak pernah lagi menyiapkan pakaian kerja untukku, dan aku harap kamu tidak melupakan kebiasaanmu yang setiap ada waktu selalu menawarkan diri untuk memasangkan dasi."Pria itu memberikan dasi di tangannya yang beruntungnya diterima oleh Sydney meski dengan raut wajah datar tanpa ekspresi. Saat wanita itu memasangkan dasi, Sky mengambil kesempatan untuk menatap wajah cantiknya."Sampai k
Sydney berdiri di tepi kolam renang, melipat tangannya di dada dengan tatapan lurus menatap air kolam yang jernih. Dia masih memikirkan kejadian di kamar mandi. Sky tidak menjawab pertanyaannya, bahkan pria itu langsung keluar dari kamar mandi dan pergi dari rumah. Entah ke mana, Sydney berusaha untuk tidak peduli lagi.Tring!Satu pesan masuk berhasil mengerjapkan mata indah almond itu seiring dengan kesadarannya yang kembali. Dia merogoh ponselnya di saku jubah tidur, kemudian membuka pesan yang ternyata pesan suara dari ... Sky.[Nggun, aku di lounge hotel H. Bisa kamu jemput aku di sini?]Wanita itu berdecih sinis. Tanpa membalas, kembali memasukkan ponsel ke dalam saku. Pantang baginya menjilat ludahnya sendiri!Terdengar suara derap langkah kaki dari belakang membuatnya menggerakkan ekor mata tanpa menoleh."Bu, ada telepon dari pak Bos. Beliau mengatakan bila Ibu diminta-""Aku sudah mengetahuinya, Bi. Biarkan saja, aku sudah lelah mengurus orang yang setiap menghadapi masalah
"Kenapa kamu ada di sini?"Seiring dengan langkah kakinya, berbagai pertanyaan juga prasangka buruk hinggap di dalam benaknya. Tangannya refleks menaikkan kembali baju yang sempat diturunkan olehnya.Wanita yang ada di hadapannya terlihat gelisah dalam diamnya. Bola matanya bergerak liar ketika tatapan Sydney begitu tajam mengarah padanya."Anggun-"Sky menyambar kembali kemejanya, memakai secara tergesa, kemudian melangkah mengejar istrinya."Kita selesaikan masalah ini di rumah!" tandasnya.Akan tetapi, Sydney yang biasanya selalu patuh apapun perintahnya, kini justru mengangkat tangannya- menghindar ketika dia hendak menggandengnya."Ok, tapi sekarang aku ingin tahu kenapa 'dia' ada di sini!" Bola mata indah berwarna almond itu kembali menatap wanita yang masih bertahan dengan diamnya, kemudian bergerak meneliti penampilan dari ujung kaki hingga tatapan keduanya bertemu."Yuan, ini pertanyaan terakhir dariku. Kenapa kamu bisa ada di sini? KENAPA KAMU BISA ADA DI RUANGAN SUAMIKU?!"
*Seorang wanita yang diduga mirip dengan Sydney Anggunia, tengah menarik seorang pria yang juga diduga suaminya, Skysello Petrav dari kerumunan para wanita di dance floor sebuah club X. Ini dia cuplikan video amatir yang direkam oleh salah seorang pengunjung club!*Sydney mematikan televisi, kemudian mengusap wajahnya dengan berat. Belum masalah semalam selesai, kini dia dihadapkan dengan masalah baru.Citra baik suaminya mungkin akan tercemar dengan pemberitaan panas hari ini.Getaran di ponsel menyita atensi wanita itu, dia meraih ponselnya di atas meja.[Mr Sky: Bawakan makan siang untukku!]Wanita itu mencampakkan ponselnya, kemudian menyandarkan punggungnya di sofa sembari memijat pangkal hidung."Aku lelah harus terus-menerus bersandiwara setiap ada pemberitaan miring tentangmu, Sky!" gumamnya.Sky pasti akan memintanya untuk bersandiwara di depan umum juga media seolah kehidupan rumah tangga mereka baik-baik saja, guna menepis pemberitaan miring tentang mereka.Kini deringan po
[Sorry, Sydney. Aku melihat Sky di bar X, dia mabuk parah bersama para wanita penghibur. Sebaiknya kamu segera menyusulnya ke sana.]Pesan dari Yuan yang membawa Sydney tengah malam harus pergi ke sebuah club. Beruntungnya dia memiliki asisten pribadi- Barel, yang selalu siaga untuknya.Padahal dia baru saja tiba di rumah setelah manggung di luar kota, namun rupanya situasi belum mengizinkannya untuk beristirahat."Sampai kapan kamu akan bertahan dengan laki-laki macam suamimu itu? Padahal jika kamu melepaskannya, kamu bisa berdiri di kakimu sendiri. Kamu masih bisa hidup dengan baik tanpa dia!"Barel tak mengerti dengan pikiran bos cantiknya itu. Sydney memiliki segalanya tanpa harus bergantung pada suami. Menurutnya, Sky tidak layak untuk dicintai begitu besar oleh Sydney yang sempurna.Di matanya, Sky tidak lebih baik dari seorang pria yang tidak bisa menghargai ketulusan serta kesetiaan Sydney."Aku tidak akan sampai di titik ini tanpa dia, bagaimana pun kesuksesan yang aku dapatk