"Maaf, Kinar. Aku tidak bisa melakukannya. Ini tidak semudah yang kamu pikirkan."
Kinara ternganga mendengar jawaban Arjuna. Kenapa tidak mau bercerai? Apa yang dipikirkan Juna sebenarnya? Menahanku dan tetap berhubungan dengan Indira? Sungguh konyol. Batin Kinara.
"Jangan konyol, Jun. Kamu tinggal menceraikanku dan menikahi Indira. Apa susahnya?"
Kinara melihat Arjuna sedang menghela napas berat. Entah apa yang sedang dipikirkannya, namun sepertinya ada sesuatu yang membuat Arjuna tidak bisa bercerai dengannya.
"Kenapa?" tanya Kinara lagi.
"Sejak dulu, ibu tidak setuju aku berhubungan dengan Indi. Dan saat tahu Indi menghianatiku, i
Kinara melihat jam tangannya, sebentar lagi Arjuna akan menjemputnya untuk bertemu dengan Indira. Wanita itu cantik, murah senyum dan sepertinya baik, itu kesan pertama yang dia lihat dari Indira waktu di Bali.Kinara melihat mobil Argan berhenti di depan panti, dan benar saja laki-laki itu turun dan menghampiri Kinara."Loh, pak Argan?""Maaf tidak memberitahumu dulu, Juna memintaku untuk menjemputmu," jelas Argan."Oh, baiklah. Kita berangkat Pak," ajak Kinara."Kinara?""Hm?" Kinara menghentikan langkahnya dan menoleh pada Argan.
Kinara mengemasi pakaian dan barang-barangnya ke dalam koper. Hari ini tepat seminggu setelah keberangkatan honeymoon itu. Sudah waktunya dia pulang dan berpura-pura pada orang tua Arjuna bahwa mereka telah menikmati satu minggu di Bali dengan bahagia. Safira dan Ardi tidak boleh tahu kalau honeymoon yang mereka rencanakan berakhir menyedihkan bagi Kinara.Kinara menunggu kedatangan Arjuna di depan panti. Dua hari berlalu sejak pertemuannya dengan Indira di kafe itu, namun Kinara belum bisa menerima kenyataan bahwa dia harus berdamai dengan keegoisan Arjuna dan menerima keberadaan Indira. Selama dua hari itu Kinara berusaha untuk menghilangkan rasanya pada Arjuna dan melatih hatinya untuk cuek dengan segala hal tentang Arjuna. Sulit tapi Kinara harus bisa karena dia yakin setelah ini akan ada lebih banyak hal yang membuatnya sakit hati.
Kinara melepaskan pelukan Arjuna dengan pelan agar suaminya itu tidak terbangun. Dia yakin Arjuna kelelahan setelah aktivitasnya beberapa jam yang lalu. Kinara sendiri merasa badannya sakit semua karena Arjuna tidak membiarkannya istirahat setelah mereka melakukan 'itu', dia akan memintanya lagi dan lagi.Kinara memungut bajunya yang berserakan dan dibawa ke kamar barunya. Kinara sudah memutuskan untuk tidur terpisah dengan Arjuna meskipun suaminya itu tidak setuju. Ini adalah keputusan terbaik agar dia bisa menghilangkan cintanya pada Arjuna. Dia hanya harus menemukan strategi agar Safira tidak curiga jika dia berkunjung ke rumah ini dan jangan sampai ketahuan mereka tidur terpisah.Kinara keluar kamar untuk menemukan makanan di dapur. Dia melihat Arjuna keluar kamar dengan berpakaian rapi. Kinara tidak berniat bertanya dan la
"Benarkah?" Kinara jadi penasaran kapan Arya bertemu dengan Indira."Wajahnya familiar, mungkin bertemu cuma sekali jadi aku lupa, nanti coba ku ingat lagi," jelas Arya.Kinara mengangguk. Jujur saja dia memang penasaran dengan sosok Indira yang kelihatan manis dan ramah itu. Apa dia memang memiliki sifat seperti itu atau hanya pura-pura. Kinara teringat perkataan Indira di toilet tadi yang sepertinya memang disengaja agar ia cemburu."Kenapa? Kamu penasaran dengannya?" tanya Arya."Dikit sih, Pak.""Kamu masih mencintai Arjuna?"Deg
"Juna!" Kinara masih menatap Arjuna yang hanya diam tanpa ekspresi."Kamu mau konsultasi?" tanya Kinara."Menurutmu?"DegKinara merasa Arjuna sedang marah padanya. Kata-kata Arjuna sangat dingin dan menusuk. Apa karena tahu dia keluar dari ruang Arya? Kinara segera menyingkir agar Arjuna bisa masuk ke dalam. Arjuna masuk dan menutup pintu dengan cukup keras membuat Kinara terkejut."Kenapa suka marah-marah?"Kinara mendengus kemudian berjalan menuju kantin karena 30 menit lagi waktu menunjukkan pukul 1 siang. Arya memintanya untuk makan siang bersama.
Pagi ini, Kinara di buat bingung dengan sikap Arjuna kembali. Pasalnya, saat Kinara keluar dari kamar untuk berangkat kuliah sudah ada nasi goreng di meja makan. Kinara celingak celinguk mencari keberadaan Arjuna namun tidak kelihatan batang hidungnya. Arjuna sudah berangkat ke kantor lebih dulu. Kinara duduk di meja makan dan membaca note yang ditinggalkan Arjuna di meja."Makanlah yang banyak," ucap Kinara membaca note itu."Sebentar bikin kesal, sebentar baik, sebentar nyebelin, sebentar berbuat manis, sebenarnya mau kamu apa sih, Jun?"Kinara terus saja mengomel mengingat sikap Arjuna yang tidak konsisten sama sekali tapi justru membuat Kinara resah. Kinara menggeleng cepat untuk membuang pikirannya tentang Arjuna dan segera menghabiskan nasi goreng itu. 
Puas jalan-jalan di mall, belanja, makan bersama dan saling bertukar cerita, Kinara, Agatha dan Safira harus pulang karena senja sudah berganti malam. Agatha mengantar Kinara dan Safira terlebih dahulu kemudian baru pulang ke apartemen. Kinara langsung menuju rumahnya, setelah sebelumnya dia memastikan Safira sudah masuk ke rumah terlebih dahulu. Mobil Arjuna sudah terparkir rapi di garasi. Kinara menelan ludahnya kasar, bahkan dia lupa mengabari Arjuna kalau hari ini jalan-jalan bersama ibunya. Tapi, di pikir-pikir buat apa memberitahu Arjuna, sedangkan mereka belum berbaikan. Kinara menggeleng kuat. Kenapa harus memikirkan Juna? Batin Kinara.Kinara masuk ke rumah dengan pelan-pelan. Dia melihat ke segala arah namun tidak ada sosok Arjuna di manapun. Mungkin di kamar, baguslah. Batin Kinara.Kinara segera masuk ke kamar dan mandi.
Kuliah hari ini berakhir dengan tenang dan tertib. Seminggu lagi para mahasiswa akan mengikuti ujian akhir semester. Seminggu ini sebelum ujian, mahasiswa diliburkan untuk hari tenang dan mempersiapkan diri buat ujian. Kinara dan Amel bersorak gembira dan segera keluar kelas."Amu mau ke rumah nenek dulu 3 hari lah, baru itu nyiapin diri buat ujian," ucap Amel."Kalau aku mau ngapain ya, Mel? Hahaha, kayaknya aku rebahan saja deh di rumah," balas Kinara."Ajak pak Arya jalan-jalan, pasti mau.""Iya, terus sampe rumah aku di bikin kambing guling sama Juna." Kinara mendengus Kesal.Amel justru tertawa mendengar perkataan Kinara.