Argan mengantar Kinara kembali ke hotel. Sambil menunggu Kinara mengemasi barangnya, Argan mencari penerbangan menuju Jakarta hari ini juga. Masih ada waktu 1 jam sebelum jam 12 siang pesawat take off. Kinara selesai mengemasi barang dan menghampiri Argan.
"Aku sudah selesai, Pak."
"Kamu yakin, Kinara?" tanya Argan.
"Sangat yakin. Kalau aku sudah di pesawat dan Juna menanyakan keberadaanku, pak Argan bilang saja kalau aku pulang duluan," ucap Kinara dengan mata berkaca-kaca.
"Baiklah, kita berangkat sekarang?" tanya Argan.
Kinara mengangguk kemudian mereka berjalan menuju mobil Argan. Di dalam mobil, Kinara hanya diam melihat ke jendela. Dia masih teringat
"Maaf, Kinar. Aku tidak bisa melakukannya. Ini tidak semudah yang kamu pikirkan."Kinara ternganga mendengar jawaban Arjuna. Kenapa tidak mau bercerai? Apa yang dipikirkan Juna sebenarnya? Menahanku dan tetap berhubungan dengan Indira? Sungguh konyol. Batin Kinara."Jangan konyol, Jun. Kamu tinggal menceraikanku dan menikahi Indira. Apa susahnya?"Kinara melihat Arjuna sedang menghela napas berat. Entah apa yang sedang dipikirkannya, namun sepertinya ada sesuatu yang membuat Arjuna tidak bisa bercerai dengannya."Kenapa?" tanya Kinara lagi."Sejak dulu, ibu tidak setuju aku berhubungan dengan Indi. Dan saat tahu Indi menghianatiku, i
Kinara melihat jam tangannya, sebentar lagi Arjuna akan menjemputnya untuk bertemu dengan Indira. Wanita itu cantik, murah senyum dan sepertinya baik, itu kesan pertama yang dia lihat dari Indira waktu di Bali.Kinara melihat mobil Argan berhenti di depan panti, dan benar saja laki-laki itu turun dan menghampiri Kinara."Loh, pak Argan?""Maaf tidak memberitahumu dulu, Juna memintaku untuk menjemputmu," jelas Argan."Oh, baiklah. Kita berangkat Pak," ajak Kinara."Kinara?""Hm?" Kinara menghentikan langkahnya dan menoleh pada Argan.
Kinara mengemasi pakaian dan barang-barangnya ke dalam koper. Hari ini tepat seminggu setelah keberangkatan honeymoon itu. Sudah waktunya dia pulang dan berpura-pura pada orang tua Arjuna bahwa mereka telah menikmati satu minggu di Bali dengan bahagia. Safira dan Ardi tidak boleh tahu kalau honeymoon yang mereka rencanakan berakhir menyedihkan bagi Kinara.Kinara menunggu kedatangan Arjuna di depan panti. Dua hari berlalu sejak pertemuannya dengan Indira di kafe itu, namun Kinara belum bisa menerima kenyataan bahwa dia harus berdamai dengan keegoisan Arjuna dan menerima keberadaan Indira. Selama dua hari itu Kinara berusaha untuk menghilangkan rasanya pada Arjuna dan melatih hatinya untuk cuek dengan segala hal tentang Arjuna. Sulit tapi Kinara harus bisa karena dia yakin setelah ini akan ada lebih banyak hal yang membuatnya sakit hati.
Kinara melepaskan pelukan Arjuna dengan pelan agar suaminya itu tidak terbangun. Dia yakin Arjuna kelelahan setelah aktivitasnya beberapa jam yang lalu. Kinara sendiri merasa badannya sakit semua karena Arjuna tidak membiarkannya istirahat setelah mereka melakukan 'itu', dia akan memintanya lagi dan lagi.Kinara memungut bajunya yang berserakan dan dibawa ke kamar barunya. Kinara sudah memutuskan untuk tidur terpisah dengan Arjuna meskipun suaminya itu tidak setuju. Ini adalah keputusan terbaik agar dia bisa menghilangkan cintanya pada Arjuna. Dia hanya harus menemukan strategi agar Safira tidak curiga jika dia berkunjung ke rumah ini dan jangan sampai ketahuan mereka tidur terpisah.Kinara keluar kamar untuk menemukan makanan di dapur. Dia melihat Arjuna keluar kamar dengan berpakaian rapi. Kinara tidak berniat bertanya dan la
"Benarkah?" Kinara jadi penasaran kapan Arya bertemu dengan Indira."Wajahnya familiar, mungkin bertemu cuma sekali jadi aku lupa, nanti coba ku ingat lagi," jelas Arya.Kinara mengangguk. Jujur saja dia memang penasaran dengan sosok Indira yang kelihatan manis dan ramah itu. Apa dia memang memiliki sifat seperti itu atau hanya pura-pura. Kinara teringat perkataan Indira di toilet tadi yang sepertinya memang disengaja agar ia cemburu."Kenapa? Kamu penasaran dengannya?" tanya Arya."Dikit sih, Pak.""Kamu masih mencintai Arjuna?"Deg
"Juna!" Kinara masih menatap Arjuna yang hanya diam tanpa ekspresi."Kamu mau konsultasi?" tanya Kinara."Menurutmu?"DegKinara merasa Arjuna sedang marah padanya. Kata-kata Arjuna sangat dingin dan menusuk. Apa karena tahu dia keluar dari ruang Arya? Kinara segera menyingkir agar Arjuna bisa masuk ke dalam. Arjuna masuk dan menutup pintu dengan cukup keras membuat Kinara terkejut."Kenapa suka marah-marah?"Kinara mendengus kemudian berjalan menuju kantin karena 30 menit lagi waktu menunjukkan pukul 1 siang. Arya memintanya untuk makan siang bersama.
Pagi ini, Kinara di buat bingung dengan sikap Arjuna kembali. Pasalnya, saat Kinara keluar dari kamar untuk berangkat kuliah sudah ada nasi goreng di meja makan. Kinara celingak celinguk mencari keberadaan Arjuna namun tidak kelihatan batang hidungnya. Arjuna sudah berangkat ke kantor lebih dulu. Kinara duduk di meja makan dan membaca note yang ditinggalkan Arjuna di meja."Makanlah yang banyak," ucap Kinara membaca note itu."Sebentar bikin kesal, sebentar baik, sebentar nyebelin, sebentar berbuat manis, sebenarnya mau kamu apa sih, Jun?"Kinara terus saja mengomel mengingat sikap Arjuna yang tidak konsisten sama sekali tapi justru membuat Kinara resah. Kinara menggeleng cepat untuk membuang pikirannya tentang Arjuna dan segera menghabiskan nasi goreng itu. 
Puas jalan-jalan di mall, belanja, makan bersama dan saling bertukar cerita, Kinara, Agatha dan Safira harus pulang karena senja sudah berganti malam. Agatha mengantar Kinara dan Safira terlebih dahulu kemudian baru pulang ke apartemen. Kinara langsung menuju rumahnya, setelah sebelumnya dia memastikan Safira sudah masuk ke rumah terlebih dahulu. Mobil Arjuna sudah terparkir rapi di garasi. Kinara menelan ludahnya kasar, bahkan dia lupa mengabari Arjuna kalau hari ini jalan-jalan bersama ibunya. Tapi, di pikir-pikir buat apa memberitahu Arjuna, sedangkan mereka belum berbaikan. Kinara menggeleng kuat. Kenapa harus memikirkan Juna? Batin Kinara.Kinara masuk ke rumah dengan pelan-pelan. Dia melihat ke segala arah namun tidak ada sosok Arjuna di manapun. Mungkin di kamar, baguslah. Batin Kinara.Kinara segera masuk ke kamar dan mandi.
Kinara dan Arjuna sampai di rumah sakit untuk menjenguk Lisa. Keadaan Lisa membaik. Ibu dan Rama bisa bernapas lega karena setelah ini bisa dibawa pulang. Dua hari kemudian Lisa bisa di bawa pulang untuk mendapatkan perawatan di rumah. Setelah dari rumah sakit itu, Kinara memberitahu Arjuna tentang pesan yang menanyakan Kinara itu dan meminta Argan untuk menyelidikinya. Argan bertindak dengan cepat dan hari ini Kinara diajak oleh Arjuna menuju alamat seseorang yang mengirim pesan itu. Argan melacak alamat orang itu dan berhasil menemukannya. "Mas, benaran ini tidak apa-apa kita ke rumah orang itu? Beneran bukan orang jahat, 'kan?" tanya Kinara. "Bukan, Sayang. Argan sudah menyelidikinya, bukankah kamu ingin tahu siapa yang mengirim pesan itu? Kinara mengangguk. Dia sangat ingin tahu. Dia menatap suaminya yang sedang menyetir. Sepertinya, Arjuna sudah tahu dan belum memberitahukan pada Kinara. Setah menempuh perjalanan satu jam , akhirnya Kinara dan Arjuna sampai di sebuah rumah m
Tanpa aba-aba, Arjuna mendaratkan bibirnya di bibir Kinara dan melumatnya dengan rakus. Kinara harus menggunakan lipstik lagi setelah ciuman itu berakhir."Mas, udah! Kita harus berangkat ke kantor polisi," ucap Kinara sambil meremas kemeja Arjuna. Dia tidak peduli jika kemeja yang suaminya kenakan itu kusut kembali karena ulah tangannya.Bibir Arjuna masih bertahan di leher Kinara dan satu tangannya dia masukkan ke dalam blouse milik istrinya. Arjuna menaikkan penutup bukit kembar sang istri dan meremasnya pelan."Mas ... uhh," lenguh Kinara."Tambah gede banget, Sayang," ucap Arjuna sambil menggigit pelan daun telinga Kinara."Mas, Sudah dong, nanti kita terlambat, uhh ..."Arjuna seperti tidak mendengar perkataan dari Kinara. Bukannya berhenti, dia justru menarik blouse Kinara keatas hingga terekspos kedua bukit kembarnya yang menantang. "Mas, mau ap--uhh." Kinara mencengkeram rambut Arjuna karena kini bibirnya yang mulai aktif menyentuh dan memanjakan ujung kedua benda kenyal mi
Kinara hanya terkekeh melihat suaminya itu meninggalkan kamar. Menggemaskan! "Ah, capek sekali. Semoga kalian nggak apa-apa ya, Nak." Kinara mengusap perutnya sebentar, kemudian memposisikan tidurnya agar lebih nyaman."Juna dapat telurnya nggak ya? Rasanya nggak bisa tidur kalau nggak makan telur," gumam Kinara."Nggak apa-apa ya Nak, biarkan papa kalian berjuang dong. Pastinya papa akan melakukan apapun untuk kalian dan untuk mama." Kinara berusaha mengajak bicara anaknya yang masih berada di dalam perut.Kinara bosan menyalakan televisi sambil menunggu Arjuna pulang dan membawa telur. Kinara ingat dengan Lisa. Bagaimana keadaan kakak sepupunya itu? Dia harap Lisa baik-baik saja. Kinara mengambil ponselnya yang ada di atas nakas dan mengirim pesan pada ponsel Lisa. Ia mengatakan akan ke rumah sakit besok untuk menjenguknya setelah pulang dari kantor polisi.Setelah selesai menulis chat pada Lisa, Kinara mengambil remot televisi dan mengubah salurannya. Daripada dia bosan tidak mela
"Tapi, kenapa kamu menutupi tubuhmu dengan selimut? Dingin?" tanya Arjuna. "Nggak! Sebenarnya...."Kinara malu untuk bilang pada Arjuna. Hari ini dengan berani dia menggunakan Lingerie yang ada di dalam lemarinya. Dia tidak tahu kenapa berpikir untuk memakainya dan sekarang dia malu sendiri untuk mengatakan pada Arjuna.Duh, aku jadi malu. Aku harus bilang apa pada Juna, kenapa aku kepikiran memakainya sih? Batin Kinara."Itu ... Aku mau ke kamar mandi dulu," ucap Kinara dan berbalik. Kinara hendak berjalan namun tubuhnya dipegang oleh Arjuna. Kinara tidak bisa melangkah. Dia menunduk karena malu saat Arjuna membalikkan tubuhnya dan memegang dagu Kinara agar mendongak."Kenapa mendadak ingin ke kamar mandi, Hm?" tanya Arjuna dengan nada sensual membuat buku kuduk Kinara merinding."Itu ... Aku ... Mas!" teriak Kinara karena kini selimut yang menutup tubuhnya lolos dan melorot ke bawah.Kinara menunduk untuk melihat tubuhnya yang terbalut oleh Lingerie tipis berwarna merah. Dia malu
Kinara melihat ponselnya dan ada bunyi notifikasi chat dari seseorang yang membuat Kinara terkejut. "Jun...." "Ada apa?"Kinara memberikan ponselnya pada Arjuna. Ada chat dari nomor yang tidak di kenal. Isi chat itu menanyakan apakah benar ini adalah nomor Kinara. Ia tidak tahu chat dari siapa itu, dan apakah teror itu belum berakhir? Seharusnya sudah berakhir karena Arya dan Handika sudah tertangkap. Kinara terkejut, karena ia masih trauma dengan sms nomer asing. Arjuna melihat isi chat dari ponsel Kinara. Ia mencatat nomer itu di ponselnya dan memberikannya kembali pada Kinara. "Seharusnya teror itu sudah berakhir, Kinar. Tapi, aku harus memastikan lagi, aku akan minta Argan untuk menyelidikinya. Sekarang kita makan dulu," ucap Arjuna sambil memegang tangan istrinya itu. Arjuna tahu Kinara cemas dengan chat itu dan ia harus menenangkannya. Kinara sedang hamil anaknya dan Arjuna tidak ingin istrinya itu cemas, banyak pikiran dan berpengaruh pada bayi mereka. "Jangan dipikirkan,
Setelah mengunjungi Lisa dan memastikan keadaannya baik-baik saja. Safira dan Rama menyuruh Arjuna dan Kinara pulang ke rumah. Sebenarnya Rama juga meminta Safira pulang dan istirahat, namun Safira bersikukuh untuk menemani Lisa di rumah sakit. Dia harus memastikan Lisa segera sembuh dan merawat anak menantunya itu."Kalian pulanglah. Pastikan Kinar istirahat dengan baik, Jun. Kinar sedang hamil dan ibu nggak mau kesehatannya menurun.""Baik, Bu. Ibu yakin nggak pulang?" tanya Arjuna."Ibu akan menjaga Lisa, lagipula ibu nggak apa-apa. Satu lagi, Kinar masih syok dengan kenyataan ini. Kamu harus bisa menenangkan pikirannya, Jun," pinta ibu."Baik, Bu."Kinara keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju Arjuna. Safira mendekat dan memeluk Kinara dengan hangat."Istirahat ya, Kinar. Jangan banyak pikiran, yang terjadi sudah terjadi. Sudah menjadi jalan bagi Arya untuk mendekam di penjara," ucap Ibu."Iya, Bu. Kinar berusaha melupakan kejadian hari ini dan menata hati untuk ikhlas meneri
"Menggelikan sekali. Lebih baik kalian mati semua!" teriak Arya.Arya mengarahkan pistolnya pada ketiga wanita di depannya. Namun, pistol itu dia arahkan tepat pada Safira terlebih dahulu. Arya sudah menutup mata dan hatinya dengan kebencian dan dendam. Dia tidak peduli dengan apapun yang ada disekitarnya, penjelasan dari Safira mental dan tidak bisa merubah keputusannya untuk menghabisi nyawa wanita itu. Bahkan kini, bukan hanya Safira, tapi Kinara dan juga Lisa ikut menjadi sasarannya.Kinara sekali lagi meminta Arya untuk menarik pistolnya dan memperbaiki semuanya, namun sekuat apapun Kinara meyakinkan Arya, laki-laki itu tidak bergeming sama sekali. Dia sudah larut dengan kebencian yang menggerogoti tubuhnya."Pak izinkan kami, terutama ibu kami untuk memperbaiki semuanya. Aku yakin dalam hati nuranimu masih ada sisi baik, Pak." Kinara berusaha memohon lagi pada Arya, dia harap Arya masih memiliki hati untuk membiarkan mereka hidup.Juna ku mohon, datanglah tepat waktu, aku gak m
Kinara tidak mengerti dengan situasi ini. Jadi, selama ini Arya memiliki dendam pada keluarga Atmaga, terutama pada Safira. Karena Safira lah, orang tuanya stres kemudian bunuh diri dan mamanya hingga sekarang masih dirawat di rumah sakit jiwa."Maaf, Nak Arya. Semua memang salahku. Aku dan papamu memang dulu saling mencintai, tapi sejak kami dijodohkan oleh keluarga masing-masing, aku sudah minta maaf ke papamu dan meminta untuk mengakhiri hubungan kami. Aku meyakinkan papamu untuk menerima mamamu, begitu juga aku yang menerima papa Arjuna.""Tunggu dulu, Pak Arya. Tindakan ibu Safira benar. Dia ingin papamu kembali ke mamamu. Itu adalah tindakan yang benar," ucap Kinara."Memang, tapi, harusnya kamu tidak meninggalkannya begitu saja, bukan? Kamu bisa memberikan pengertian padanya! Laki-laki itu menyakiti mamaku seumur hidupnya dan hanya mencintaimu. Lalu, kenapa kalian harus bertemu lagi, hingga kamu meminta untuk lari bersama? Seharusnya kamu tidak memintanya bertemu, karena saat i
Perjalanan, Arya hanya diam sementara Kinara dan lainnya terus bercerita banyak hal. Kinara agak heran dengan Arya yang mendadak diam. Dia juga tidak melihat keramahan Arya seperti biasanya. Kinara ingin bertanya sesuatu namun segera dia urungkan. Kinara melihat jalan sekitar dan ini bukanlah jalan menuju rumah Atmaga. Ada yang aneh dan berbeda dengan Arya. Kinara yang awalnya ragu akhirnya berani untuk bertanya. Dia ingin bertanya namun Lisa berkata lebih dulu. "Loh, ini bukan jalan ke rumah kita, 'kan?" tanya Lisa. "Benar, loh nak Arya salah jalan," tegur Safira. "Pak Arya kita salah jalan, kita mau kemana pak?" tanya Kinara mulai khawatir dengan diamnya Arya sejak tadi. "Nak Arya, kita mau ke mana?" tanya Safira. Kinara semakin khawatir dengan perubahan sikap Arya. Dia khawatir kalau Arya berhubung dengan kasus teror yang menimpanya. "Pak!" "Kalian ikut saya," ucap Arya. "Maksudnya apa?" tanya Lisa. "Pak Arya, maksudnya ikut itu apa? Dan kemana? Sikap pak Arya aneh, tidak