Kinara merapikan pakaiannya di depan cermin. Hari ini dia harus ke kampus untuk kuliah seperti biasanya. Untung saja kelas pertama dimulai pukul 10 pagi. Kinara melihat Arjuna yang masih bertahan di dalam selimut. Satu jam sebelumnya, mereka melakukan aktivitas di atas kasur itu. Bukan aktivitas panas berhubungan ala suami istri pada umumnya, tapi hanya sekedar berciuman dan saling menyentuh. Kinara masih menutup segelnya rapat-rapat karena di perjanjian memang tertera seperti itu, No Sex and No Love. Lagipula, Kinara tidak mau melakukannya tanpa cinta.
Kinara tidak berniat membangunkan Arjuna, dia pelan-pelan keluar dari kamar dan segera ke kampus naik kendaraan umum. Sebenarnya Safira menyuruh supir untuk mengantar Kinara, namun dia menolak karena sudah terbiasa naik kendaraan umum.
Sampai di kampus, Kinara melihat
Kinara dan Arjuna terkejut mendengar perkataan Safira. Entah apa rencana orang tua mereka sampai meminta untuk berkumpul dan memberikan challenge. Kinara melirik Rama dan Lisa, sepertinya mereka juga sama terkejutnya."Challenge? Maksud ibu apa?" tanya Lisa."Tolong jelaskan, Bu. Challenge apa ini?" tanya Rama.Kinara dan Arjuna hanya diam menunggu penjelasan dari Safira. Safira berjalan menuju lemari di ruang keluarga itu dan membawa dua amplop kemudian meletakkan dua amplop itu di meja. Kinara dan Arjuna saling pandang karena penasaran dengan isi amplop itu."Ibu ingin kalian liburan selama satu minggu, melupakan semua pekerjaan di rumah dan urusan yang ada di sini. Ibu ingin kalian bersenang-senang,"
Kinara membuka mata perlahan lalu menoleh ke samping dan melihat Arjuna masih menutup mata dan memeluknya erat. Kinara berusaha menyingkirkan tangan Arjuna dari pinggangnya dan hampir berhasil, namun Arjuna bergerak dan melingkarkan tangannya lagi di pinggangnya. Kinara mendengus kesal karena dia tidak bisa bergerak."Juna, please, aku harus bangun." Kinara memukul lengan suaminya namun tidak ada pergerakan sama sekali."Juna!""Sebentar, Kinar." Arjuna melepas tangannya dari pinggang Kinara.Kinara duduk dan menatap Arjuna yang juga menatapnya. Dia melihat Arjuna tersenyum dengan seringaian khasnya membuat Kinara merinding seketika.
"JUNAA …."Kinara dan dan Arjuna menoleh pada sumber suara. Kinara tersenyum sumringah melihat seseorang menghampiri mejanya, sementara Arjuna hanya menatap malas orang itu."Agatha ...""Hai, Kinara, Hai Juna," sapa Agatha."Ngapain ke sini?" tanya Arjuna."Apaan sih, jutek banget, aku kesini mau ketemu Kinara, nggak ketemu kamu ya," balas Agatha.Agatha dan Arjuna memang dekat sejak kecil karena mereka tumbuh bersama. Arjuna yang cuek dan Agatha yang selalu mengikuti langkah Arjuna kemanapun dia pergi. Agatha akhirnya memutuskan untuk tinggal di apartemen sendiri selama kuliah dan se
Kinara begitu terkejut melihat Arjuna dan Argan duduk di depannya. Kinara celingak-celinguk mencari keberadaan Agatha namun wanita itu belum muncul juga. Kinara kembali menatap Arjuna yang sejak tadi menatapnya juga dengan heran."Nyari siapa?" tanya Arjuna."Agatha," jawab Kinara."Masih telepon.""Oh," jawab Kinara singkat. Lagi pula dia masih kaget dengan kedatangan Arjuna dan Argan yang begitu mendadak. Dia bahkan belum bertanya pada dua laki-laki itu kenapa bisa berada di sini."Kok disini?" tanya Kinara."Menjemputmu. Belanja lama sekali." Tatapan Arjuna me
"Juna banguuuun!" teriak Kinara.Entah sudah keberapa kali Kinara teriak membangunkan Arjuna, suaminya itu sama sekali tidak menggerakkan tubuhnya untuk bangun. Kinara kesal karena sekarang sudah jam 9 sementara pesawat take off jam 10 pagi ini."Juna, bangun tidak?" Kinara menarik selimut Arjuna.Arjuna hanya menggeliat dan menarik selimutnya kembali. Kinara semakin kesal, kalau saja dia tidak ingat manusia ini adalah suaminya sudah Kinara ambilkan air segalon untuk mengguyurnya."Oke, tidurlah. Tidak usah berangkat sekalian dan tidak perlu melakukan challenge itu," ancam Kinara.Arjuna langsung mendudukkan tubuhnya dan menatap Kina
Argan membawa Kinara ke pantai, disana terdapat tenda-tenda kecil beserta meja dan kursi makan. Tempat ini ramai pengunjung karena makan malam ditemani deru ombak dan angin malam sangatlah menyenangkan. Argan membawa Kinara ke salah satu tenda berwarna putih yang agak jauh dari tenda lainnya dan disana sudah ada Arjuna duduk dengan manisnya. Kinara mengernyit heran dengan tingkah aneh Arjuna yang mempersiapkan makan malam romantis untuk mereka berdua. Aneh saja rasanya bagi Kinara karena baru saja dia melihat foto lama Arjuna makan romantis bersama wanita yang ia duga adalah Indira, sekarang gilirannya diberi kejutan makan malam oleh Arjuna.Kinara duduk dan memperhatikan suaminya yang sejak tadi duduk dengan senyum. Arjuna kemudian menyuruh Argan untuk meninggalkan tempat ini."Kenapa mempersiapkan ini semua?" tanya Kina
Arjuna melepaskan tautan bibirnya dan tersenyum sebelum bibirnya mengecup lembut kening Kinara. Cukup lama Arjuna melakukan itu dan Kinara memejamkan matanya begitu menikmati kelembutan yang Arjuna berikan. Selesai dengan kening, Arjuna mencium mata, hidung, pipi dan terakhir bibir Kinara. Ciuman lembut berubah menjadi kasar dan menuntut. Pegangan tangan Arjuna pada kedua tangan Kinara terlepas sehingga Kinara merubah posisi tangannya melingkar di leher Arjuna.Kinara mendorong tubuh Arjuna karena membutuhkan pasokan udara, Arjuna yang mengerti langsung melepas bibirnya dan berganti mencium leher kiri istrinya. Kinara menggigit bibirnya dan meremas rambut Arjuna untuk menyalurkan apa yang ia rasakan sekarang. Desahan keluar dari mulut Kinara saat Arjuna mengecup dan menggigit kasar lehernya. Puas dengan leher kiri, Arjuna berpindah ke leher kanan dan melakukan hal yang sama.&nb
Kinara dan Argan makan di sebuah kafe yang terletak tidak jauh dari hotel. Kinara lebih banyak diam karena hatinya tidak tenang, gelisah dan khawatir. Pikirannya hanya tertuju pada Arjuna. Firasatnya mengatakan kalau Arjuna berada di kafe tadi dan yang membuatnya bertanya-tanya, kenapa Argan sengaja menutupinya?"Kinara?""Kinara?"Kinara segera membuang pikiran-pikiran negatifnya dan kembali fokus dengan laki-laki di depannya."Maaf, Pak.""Kamu melamun?" tanya Argan."Hanya memikirkan sesuatu, hehe." Kinara tersenyum kemudian kembali memakan steak tenderloin di depannya.&n
Kinara dan Arjuna sampai di rumah sakit untuk menjenguk Lisa. Keadaan Lisa membaik. Ibu dan Rama bisa bernapas lega karena setelah ini bisa dibawa pulang. Dua hari kemudian Lisa bisa di bawa pulang untuk mendapatkan perawatan di rumah. Setelah dari rumah sakit itu, Kinara memberitahu Arjuna tentang pesan yang menanyakan Kinara itu dan meminta Argan untuk menyelidikinya. Argan bertindak dengan cepat dan hari ini Kinara diajak oleh Arjuna menuju alamat seseorang yang mengirim pesan itu. Argan melacak alamat orang itu dan berhasil menemukannya. "Mas, benaran ini tidak apa-apa kita ke rumah orang itu? Beneran bukan orang jahat, 'kan?" tanya Kinara. "Bukan, Sayang. Argan sudah menyelidikinya, bukankah kamu ingin tahu siapa yang mengirim pesan itu? Kinara mengangguk. Dia sangat ingin tahu. Dia menatap suaminya yang sedang menyetir. Sepertinya, Arjuna sudah tahu dan belum memberitahukan pada Kinara. Setah menempuh perjalanan satu jam , akhirnya Kinara dan Arjuna sampai di sebuah rumah m
Tanpa aba-aba, Arjuna mendaratkan bibirnya di bibir Kinara dan melumatnya dengan rakus. Kinara harus menggunakan lipstik lagi setelah ciuman itu berakhir."Mas, udah! Kita harus berangkat ke kantor polisi," ucap Kinara sambil meremas kemeja Arjuna. Dia tidak peduli jika kemeja yang suaminya kenakan itu kusut kembali karena ulah tangannya.Bibir Arjuna masih bertahan di leher Kinara dan satu tangannya dia masukkan ke dalam blouse milik istrinya. Arjuna menaikkan penutup bukit kembar sang istri dan meremasnya pelan."Mas ... uhh," lenguh Kinara."Tambah gede banget, Sayang," ucap Arjuna sambil menggigit pelan daun telinga Kinara."Mas, Sudah dong, nanti kita terlambat, uhh ..."Arjuna seperti tidak mendengar perkataan dari Kinara. Bukannya berhenti, dia justru menarik blouse Kinara keatas hingga terekspos kedua bukit kembarnya yang menantang. "Mas, mau ap--uhh." Kinara mencengkeram rambut Arjuna karena kini bibirnya yang mulai aktif menyentuh dan memanjakan ujung kedua benda kenyal mi
Kinara hanya terkekeh melihat suaminya itu meninggalkan kamar. Menggemaskan! "Ah, capek sekali. Semoga kalian nggak apa-apa ya, Nak." Kinara mengusap perutnya sebentar, kemudian memposisikan tidurnya agar lebih nyaman."Juna dapat telurnya nggak ya? Rasanya nggak bisa tidur kalau nggak makan telur," gumam Kinara."Nggak apa-apa ya Nak, biarkan papa kalian berjuang dong. Pastinya papa akan melakukan apapun untuk kalian dan untuk mama." Kinara berusaha mengajak bicara anaknya yang masih berada di dalam perut.Kinara bosan menyalakan televisi sambil menunggu Arjuna pulang dan membawa telur. Kinara ingat dengan Lisa. Bagaimana keadaan kakak sepupunya itu? Dia harap Lisa baik-baik saja. Kinara mengambil ponselnya yang ada di atas nakas dan mengirim pesan pada ponsel Lisa. Ia mengatakan akan ke rumah sakit besok untuk menjenguknya setelah pulang dari kantor polisi.Setelah selesai menulis chat pada Lisa, Kinara mengambil remot televisi dan mengubah salurannya. Daripada dia bosan tidak mela
"Tapi, kenapa kamu menutupi tubuhmu dengan selimut? Dingin?" tanya Arjuna. "Nggak! Sebenarnya...."Kinara malu untuk bilang pada Arjuna. Hari ini dengan berani dia menggunakan Lingerie yang ada di dalam lemarinya. Dia tidak tahu kenapa berpikir untuk memakainya dan sekarang dia malu sendiri untuk mengatakan pada Arjuna.Duh, aku jadi malu. Aku harus bilang apa pada Juna, kenapa aku kepikiran memakainya sih? Batin Kinara."Itu ... Aku mau ke kamar mandi dulu," ucap Kinara dan berbalik. Kinara hendak berjalan namun tubuhnya dipegang oleh Arjuna. Kinara tidak bisa melangkah. Dia menunduk karena malu saat Arjuna membalikkan tubuhnya dan memegang dagu Kinara agar mendongak."Kenapa mendadak ingin ke kamar mandi, Hm?" tanya Arjuna dengan nada sensual membuat buku kuduk Kinara merinding."Itu ... Aku ... Mas!" teriak Kinara karena kini selimut yang menutup tubuhnya lolos dan melorot ke bawah.Kinara menunduk untuk melihat tubuhnya yang terbalut oleh Lingerie tipis berwarna merah. Dia malu
Kinara melihat ponselnya dan ada bunyi notifikasi chat dari seseorang yang membuat Kinara terkejut. "Jun...." "Ada apa?"Kinara memberikan ponselnya pada Arjuna. Ada chat dari nomor yang tidak di kenal. Isi chat itu menanyakan apakah benar ini adalah nomor Kinara. Ia tidak tahu chat dari siapa itu, dan apakah teror itu belum berakhir? Seharusnya sudah berakhir karena Arya dan Handika sudah tertangkap. Kinara terkejut, karena ia masih trauma dengan sms nomer asing. Arjuna melihat isi chat dari ponsel Kinara. Ia mencatat nomer itu di ponselnya dan memberikannya kembali pada Kinara. "Seharusnya teror itu sudah berakhir, Kinar. Tapi, aku harus memastikan lagi, aku akan minta Argan untuk menyelidikinya. Sekarang kita makan dulu," ucap Arjuna sambil memegang tangan istrinya itu. Arjuna tahu Kinara cemas dengan chat itu dan ia harus menenangkannya. Kinara sedang hamil anaknya dan Arjuna tidak ingin istrinya itu cemas, banyak pikiran dan berpengaruh pada bayi mereka. "Jangan dipikirkan,
Setelah mengunjungi Lisa dan memastikan keadaannya baik-baik saja. Safira dan Rama menyuruh Arjuna dan Kinara pulang ke rumah. Sebenarnya Rama juga meminta Safira pulang dan istirahat, namun Safira bersikukuh untuk menemani Lisa di rumah sakit. Dia harus memastikan Lisa segera sembuh dan merawat anak menantunya itu."Kalian pulanglah. Pastikan Kinar istirahat dengan baik, Jun. Kinar sedang hamil dan ibu nggak mau kesehatannya menurun.""Baik, Bu. Ibu yakin nggak pulang?" tanya Arjuna."Ibu akan menjaga Lisa, lagipula ibu nggak apa-apa. Satu lagi, Kinar masih syok dengan kenyataan ini. Kamu harus bisa menenangkan pikirannya, Jun," pinta ibu."Baik, Bu."Kinara keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju Arjuna. Safira mendekat dan memeluk Kinara dengan hangat."Istirahat ya, Kinar. Jangan banyak pikiran, yang terjadi sudah terjadi. Sudah menjadi jalan bagi Arya untuk mendekam di penjara," ucap Ibu."Iya, Bu. Kinar berusaha melupakan kejadian hari ini dan menata hati untuk ikhlas meneri
"Menggelikan sekali. Lebih baik kalian mati semua!" teriak Arya.Arya mengarahkan pistolnya pada ketiga wanita di depannya. Namun, pistol itu dia arahkan tepat pada Safira terlebih dahulu. Arya sudah menutup mata dan hatinya dengan kebencian dan dendam. Dia tidak peduli dengan apapun yang ada disekitarnya, penjelasan dari Safira mental dan tidak bisa merubah keputusannya untuk menghabisi nyawa wanita itu. Bahkan kini, bukan hanya Safira, tapi Kinara dan juga Lisa ikut menjadi sasarannya.Kinara sekali lagi meminta Arya untuk menarik pistolnya dan memperbaiki semuanya, namun sekuat apapun Kinara meyakinkan Arya, laki-laki itu tidak bergeming sama sekali. Dia sudah larut dengan kebencian yang menggerogoti tubuhnya."Pak izinkan kami, terutama ibu kami untuk memperbaiki semuanya. Aku yakin dalam hati nuranimu masih ada sisi baik, Pak." Kinara berusaha memohon lagi pada Arya, dia harap Arya masih memiliki hati untuk membiarkan mereka hidup.Juna ku mohon, datanglah tepat waktu, aku gak m
Kinara tidak mengerti dengan situasi ini. Jadi, selama ini Arya memiliki dendam pada keluarga Atmaga, terutama pada Safira. Karena Safira lah, orang tuanya stres kemudian bunuh diri dan mamanya hingga sekarang masih dirawat di rumah sakit jiwa."Maaf, Nak Arya. Semua memang salahku. Aku dan papamu memang dulu saling mencintai, tapi sejak kami dijodohkan oleh keluarga masing-masing, aku sudah minta maaf ke papamu dan meminta untuk mengakhiri hubungan kami. Aku meyakinkan papamu untuk menerima mamamu, begitu juga aku yang menerima papa Arjuna.""Tunggu dulu, Pak Arya. Tindakan ibu Safira benar. Dia ingin papamu kembali ke mamamu. Itu adalah tindakan yang benar," ucap Kinara."Memang, tapi, harusnya kamu tidak meninggalkannya begitu saja, bukan? Kamu bisa memberikan pengertian padanya! Laki-laki itu menyakiti mamaku seumur hidupnya dan hanya mencintaimu. Lalu, kenapa kalian harus bertemu lagi, hingga kamu meminta untuk lari bersama? Seharusnya kamu tidak memintanya bertemu, karena saat i
Perjalanan, Arya hanya diam sementara Kinara dan lainnya terus bercerita banyak hal. Kinara agak heran dengan Arya yang mendadak diam. Dia juga tidak melihat keramahan Arya seperti biasanya. Kinara ingin bertanya sesuatu namun segera dia urungkan. Kinara melihat jalan sekitar dan ini bukanlah jalan menuju rumah Atmaga. Ada yang aneh dan berbeda dengan Arya. Kinara yang awalnya ragu akhirnya berani untuk bertanya. Dia ingin bertanya namun Lisa berkata lebih dulu. "Loh, ini bukan jalan ke rumah kita, 'kan?" tanya Lisa. "Benar, loh nak Arya salah jalan," tegur Safira. "Pak Arya kita salah jalan, kita mau kemana pak?" tanya Kinara mulai khawatir dengan diamnya Arya sejak tadi. "Nak Arya, kita mau ke mana?" tanya Safira. Kinara semakin khawatir dengan perubahan sikap Arya. Dia khawatir kalau Arya berhubung dengan kasus teror yang menimpanya. "Pak!" "Kalian ikut saya," ucap Arya. "Maksudnya apa?" tanya Lisa. "Pak Arya, maksudnya ikut itu apa? Dan kemana? Sikap pak Arya aneh, tidak