Di ballroom Hotel Morgan, kemegahan acara pernikahan CEO Morgan Co bisa disaksikan semua orang. Design panggung dengan segenap kemewahan tersuguh di hadapan ribuan tamu undangan. Seperti yang pernah dijanjikan oleh Aaron Fletcher, bahwa dia akan menggelar pernikahan mewah ini secara terbuka di depan awak media. Tersemat pin khusus di dada sebelah kiri para tamu undangan, sebagai tanda bahwa mereka tamu resmi yang diundang oleh pemilik hajat.Sudah satu jam berlalu sejak acara dimulai, sepasang mempelai berdiri di panggung yang begitu megah. Penampilan dua mempelai juga tampak megah. Gaun pengantin yang berharga ratusan ribu dollar membalut tubuh indah Elenaor, membuatnya terlihat seperti seorang dewi yang rupawan.James menatap dari kejauhan dengan perasaan berkecamuk. Sendirian, Fiona sedang pamit ke kamar kecil sejak lima menit yang lalu."Sendirian?" sapa Grace pada James seakan mendapatkan momen. Sejak melihatnya bersitegang dengan Edger sebelumnya, Grace sudah menandai James seb
Di presidential suite room Hotel Morgan, Aaron Fletcher duduk dengan resah di sofa. Entah berapa kali, dia duduk kemudian berdiri, lalu duduk kembali. Menatap pintu yang tertutup rapat setelah mendesah gusar. Di hadapannya, ruangan tempat Eleanor bermalam, sedangkan dirinya mempunyai ruangan sendiri di sebelah kanan dari tempatnya berdiri.Bukan pertama kali bagi mereka menginap di tempat ini. Ada dua ruang tidur yang sebelumnya mereka tidur terpisah, karena saat itu mereka belum menikah. Ini adalah malam pengantin, tapi dia dan Eleanor bahkan tak saling bertegur sapa begitu resepsi usai. Istrinya menggeloyor masuk kamar begitu saja dan menutupnya rapat, meninggalkan Aaron di luar kamar dengan gelisah. Sekian menit berlalu, Aaron masih tidak bergerak dari sana. Terdengar suara dengusan napas ketika Aaron menghempaskan punggungnya di sandaran sofa. Rahangnya mengeras, jengkel dengan situasi ini. Tak boleh memaksa sentuhan fisik yang intim tanpa izin pihak lain, merupakan salah satu p
"Ummph." Eleanor menguap. Kelopak matanya perlahan terbuka karena cahaya matahari merangsek masuk menyilaukan pandangan mata. Begitu membuka mata Eleanor sudah menemukan Aaron Fletcher sudah berdiri menghadap jendela kaca besar dengan pemandangan mentari pagi yang menyinari Kota London. Serta merta, Eleanor menutupi kepalanya dengan selimut. Susah payah dia menelan air ludah yang seakan tercekat di tenggorokan. "Kenapa tidak pergi ke kamarnya sendiri?" dengkus Eleanor lirih. Rasanya ingin berteriak mengusir pria itu dari kamarnya, tapi tak mampu. Dia takut pada pria gila itu.Bibirnya mengerucut kesal. Teringat kejadian semalam, kedua pipinya merona di balik selimut. Bisa-bisanya, dia tertidur lelap dan senyenyak itu! Benar-benar memalukan! Tak henti-hentinya Eleanor mengumpat dalam hati.Aaron menoleh, begitu menyadari wanita yang dinikahinya telah terjaga. Meski tak kentara, tarikan sudut bibirnya yang melengkung jelas menunjukkan bahwa dia senang melihat ulah konyol Eleanor y
Eleanor Wilson masih duduk mematung tak bicara sepatah kata, karena pria yang saat ini di sisinya tak mengajaknya bicara sama sekali sejak perjalanan mereka dari London.Sepasang netra sebiru samudra itu lebih sering melemparkan pandangan keluar jendela kaca besar yang membatasi lobi resort dengan keindangan Blue Sea yang eksotik.Pasir pantai yang berwarna keemasan berpadu dengan pantai biru toska lebih menarik perhatian Eleanor. Setidaknya, jika dibandingkan dengan wajah datar dan dingin Aaron Fletcher. Andai saja ada sedikit senyum dan kehangatan di sana, Eleanor mungkin akan berubah pikiran.Dia sampai bertanya-tanya dalam hati. Benarkah ini pria yang sama dengan yang mengajaknya menghabiskan malam bersama, semalaman? Kenapa seperti tampak berbeda?"Aku mau jalan-jalan," pamit Eleanor kemudian, tak tahan dengan sikap dingin suaminya. Aaron Fletcher menoleh, demi mendengar celoteh bosan Eleanor. Sepasang mata elangnya menatap tajam paras cantik yang sedang masygul tersebut."Kamu
"Nona, lain kali kita berjumpa lagi tanpa pengganggu ini!" Gavin berseloroh sambil menatap lembut Eleanor, mengabaikan keberadaan Aaron Fletcher yang mengaku sebagai suaminya.Sontak, Aaron makin mengeratkan kepalan tangannya. Belum pernah dia mengalami hal seperti ini sebelumnya. Sebagai putra bungsu Keluarga Fletcher, dia bahkan diperlakukan melebihi putra mahkota selama ini. Tidak ada orang yang berani menolak atau melawan keinginannya. Sekarang, di Grand Bay Resort yang merupakan salah satu cabang bisnisnya sendiri, dia justru dipertemukan dengan pria gila seperti model Gavin ini. Bagaimana dia bisa terima begitu saja?Sepasang netra biru Eleanor menangkap dengan jelas gelagat Aaron yang mulai terpancing emosi.Tak ingin terjadi perkelahian antara dua pria itu di tempat ini, Eleanor harus segera bertindak."Maaf, Tuan. Suami saya sudah mengajak saya pulang," sahutnya tanpa secuil senyum. "Ayo, Sayang. Kita kembali." Eleanor segera menggandeng tangan Aaron Fletcher dan membawany
Sejak pertengkaran kecil yang terjadi tadi, pasangan pengantin baru itu tak saling bicara. Eleanor terlalu malas untuk menyapa atau mengajak bicara Aaron lebih dahulu, sedangkan Aaron yang kaku, tak tahu harus berbuat apa. Maka terjadilah aksi saling diam seperti ini.Ironis, dalam perjalanan bulan madu yang mestinya dipenuhi dengan romantika cinta, yang terjadi justru sebaliknya. Alih-alih menghabiskan waktu bersama, mereka malah duduk terhalang dinding dingin dan beku.Duduk sendirian di ruangannya sambil menatap tumpukan paper yang diberikan Lucas, Aaron membolak-baliknya sejak tadi.Kendati terlihat sibuk memeriksa laporan yang diberikan oleh Lucas, tapi pikirannya sedang mengawang-awang jauh memikirkan orang yang mendiamkannya demikian rupa. Aaron berulang kali mendengus resah. Akhirnya, dia melemparkan tumpukan kertas yang tergeletak di meja dengan kesal. Lalu, menghempaskan punggung pada sandaran kursi memijit pelipis yang terasa berdenyut.Wajar, jika dia merasa sakit kepala
Lucas begitu sibuk mengatur bagian dapur secara pribadi. Tamu yang dilayani bukan tamu biasa, melainkan pemilik dari resort ini. Jadi, suka atau tidak, dia harus melakukannya. Meski kedudukannya sebagai Manager tak mengharuskannya turun tangan dalam masalah teknis seperti ini. Dia harus memastikan sendiri, tidak ada kesalahan apapun supaya tidak mendapatkan notice dari Bos besarnya tersebut. Bahkan, bukan hanya dapur. Lucas sampai harus memeriksa sendiri penataan ruang tempat makan malam. Dia harus memastikan sesuai dengan standard Aaron Fletcher."Kerja bagus! Kalian akan mendapatkan bonus jika Tuan Aaron Fletcher puas dengan kerja kalian semua!" seru Lucas untuk mendapatkan perhatian anak buahnya."Tuan Aaron Fletcher sedang menikmati bulan madu dengan istrinya. Selama mereka di sini, kalian semua harus melayaninya dengan baik!" Sekali lagi, Lucas mengingatkan."Yes, Sir." Semua orang bekerja dengan semangat. Pada dasarnya, mereka cukup penasaran dengan sosok pemilik resort mewah
"Tante, aku tahu Tante pasti tidak percaya padaku, karena tindakanku sebelumnya. Sekarang, aku benar-benar ingin berubah. Eleanor gadis yang baik, aku ingin berteman dengannya."Untuk kesekian kalinya Grace Harper mencoba menarik simpati Rose Fletcher. Tidak putus asa ditolak beberapa kali, gadis itu masih belum menyerah datang lagi dan lagi sampai Rose bosan menolaknya. Meski dalam hati dia jengkel setengah mati harus mengemis pengertian keluarga Fletcher, Grace harus melakukannya.Suka atau tidak, Grace memang harus datang untuk mendapatkan informasi keberadaan pasangan Aaron Fletcher dan Eleanor Wilson menghabiskan waktu untuk bulan madu."Aku ingin bersahabat dengan Elle. Apa itu sesuatu yang buruk?" bujuk Grace sekali lagi. Julia yang menemani di sisi Grace hanya menghela napas berulang kali. "Benar, Tante. Aku jamin, Grace tidak akan berbuat yang tidak-tidak di sana. Tante bisa pegang ucapanku." Julia membantu membujuk.Melihat keseriusan Julia, akhirnya Rose luluh juga. Wanita