Eleanor melangkah tergesa meninggalkan ruangan pribadi Aaron Fletcher dengan wajah memerah. Beberapa kali gadis bermanik biru itu mengelus dada lega seakan bersyukur karena bisa melarikan diri dari terkaman binatang buas. Melihat sosok dingin dan datar Aaron Fletcher, Eleanor tidak pernah menyangka kalau ternyata pria itu bisa melakukan hal gila seperti tadi.Buru-buru, dia menyelamatkan diri di kamar Floretta supaya Aaron tidak berani bersikap gila lagi padanya.Floretta menatap bingung melihat Eleanor yang terengah-engah mengatur napas."Bibi, kenapa Anda seperti dikejar orang jahat?" tanya gadis kecil itu penasaran."B-bukan, aku hanya takut kamu menungguku terlalu lama." Eleanor menemukan jawaban cukup brilian di kepalanya yang saat ini acak-acakan karena ulah Aaron Fletcher."Apa Paman Aaron memarahimu?" "Tidak, mana mungkin dia memarahiku." Ternyata sulit menghilangkan rasa penasaran gadis kecil itu."Bibi, bibirmu terlihat bengkak, itu---""Sudah, ayo kita lanjutkan mengerjaka
Dua orang yang duduk di jok belakang mobil sedan Mercedez Benz Maybach S-Class warna hitam milik Aaron Fletcher dilanda kebisuan. Sejak kejadian semalam, Eleanor benar-benar merasa canggung pada Aaron. Jangankan berbincang, gadis cantik itu selalu menghindari kontak mata dengan CEO Morgan Co tersebut demi menjaga kewarasan.Aaron Fletcher melirik sosok cantik Eleanor dengan ekor matanya beberapa kali, tak tahan dengan situasi yang sangat canggung ini. Pria itu mendengkus sebal melihat Eleanor yang mengabaikannya. Lalu, dia mengeluarkan draft kontrak yang semalam sudah dibuatnya. Diulurkannya dokumen tersebut pada Eleanor tanpa sepatah katapun."Ini apa?" tanya Eleanor dengan wajah bingung. Keduanya saling bertukar pandang sepersekian detik."Kamu tidak buta huruf, kan?" tanya Aaron Fletcher datar sambil membuang muka.Eleanor merasa kesal setengah mati melihat wajah datar tersebut. Di tempat umum bisa-bisanya bersikap datar seperti ini, sangat berkebalikan dengan sosok Aaron Fletcher
Nyonya Besar Fletcher sudah berdiri di ambang pintu utama Mansion, ketika Eelanor menginjakkan teras rumah. "Selamat sore, Nyonya Besar Fletcher." Eleanor merasa begitu canggung berhadapan dengan orang tua Aaron. Entah kenapa, dia merasa kurang percaya diri jika berhadapan dengan wanita paruh baya tersebut. "Selamat sore, Nona Wilson. Anda datang sendiri?" sambut Rose dengan sudut bibir terangkat naik."Iya, Nyonya.""Bisakah kita bicara sebentar?" Aaron pulang malam, karena masih ada pekerjaan yang harus diselesaikannya di kantor. "Baik, Nyonya." Eleanor tak berani menolak keinginan Rose. Tiap kali saling berhadap-hadapan, Rose tidak banyak berkomentar. Namun, Eleanor selalu merasa ibunda Aaron Fletcher itu selalu memperhatikannya dengan seksama.Gadis cantik itu mengekori Rose masuk ke ruangan yang biasa dipakai untuk Rose melakukan aktivitas yang tidak ingin diganggu oleh orang lain. Setelah mempersilakan Eleanor untuk duduk, wanita paruh baya itu mulai berbicara."Nona Wilson,
Floretta bangkit dan mengayunkan langkah menuju balkon kamarnya. Dari jendela kaca, mereka bisa melihat matahari sudah kembali ke sarangnya. Terdengar suara kunci yang diputar di knop pintu. "Udara malam sangat dingin, Flow. Aku khawatir, kamu nanti bisa sakit," ungkap Eleanor keberatan. Udara malam yang terlalu dingin tidak baik untuk kesehatan. Jika Floretta sakit, semua orang di keluarga ini pasti akan menyalahkan Eleanor."Bibi jangan khawatir, aku hanya ingin melihat sebentar." Floretta tidak mengindahkan larangan Eleanor. Gadis kecil berumur tujuh tahun itu tetap melanjutkan langkahnya tanpa ragu. Menghela napas panjang, Eleanor bergegas mengambilkan sweater milik Floretta dan menyusulnya ke luar. Dengan sabar, Eleanor memakaikan sweater di tubuh Floretta."Kalau paman kamu tahu, dia akan memarahiku, Flow," ucap Eleanor mencoba membujuk Floretta supaya mau kembali masuk ruangan."Jangan suka bicara sembarangan! Memangnya aku pernah memarahimu?!" Suara maskulin Aaron Fletcher
"Jadi, siapa gadis itu, Tante? Tuan Putri dari keluarga mana?" Begitu datang di Mansion Keluarga Fletcher, Grace Harper tanpa segan menginterogasi pemilik rumah.Mendengar pria yang disukainya akan menikahi gadis lain, Grace Harper tidak terima. Dia bergegas datang ke rumah ini untuk menemui Aaron setelah berita ini sampai di indra dengarnya.Nyonya Besar Fletcher duduk dengan tenang di tempatnya. Pertanyaan Grace yang secara terang-terangan menyerangnya diabaikan begitu saja."Tante tidak menjawab, aku anggap rumor di luar sana yang mengatakan bahwa calon istri Aaron hanyalah seorang baby sitter benar adanya!" Grace berkata dengan sinis. Bisa-bisanya, Aaron memilih istri hanya seorang baby sitter. Aah, bukankah itu mencoreng nama baik keluarga Fletcher?"Apakah gadis itu bisa dibandingkan denganku? Aku super model dunia, selain kecantikan dan pendidikan yang tinggi, aku juga mempunyai latar belakang keluarga terhormat. Aaron mungkin saja sudah gila karena disihir oleh baby sitter it
Suasana hati Grace benar-benar buruk. Meski dia sudah berusaha meredam, tapi kemarahan jelas masih tercetak di wajah cantiknya. Selama ini, Grace selalu merasa superior. Dia merasa tidak ada yang bisa mengungguli dirinya. Baru kali ini dia merasa dikalahkan. Ternyata rasanya sangat tidak menyenangkan. Beberapa kali dia melampiaskan kemarahan dengan memukul kemudi berulangkali. "Shit!" "Aaarrggh. Apa matamu buta, Aaron Fletcher? Kamu mati-matian menghindariku, tapi malah jatuh cinta dengan seorang baby sitter. Aaarrgghh...." Harga diri Grace seakan dijatuhkan dari awang-awang. Pewaris keluarga Fletcher itu sangat keterlaluan. Terang-terangan dia menghina Grace. Seakan Grace tidak lebih baik dari seorang baby sitter. Tentu saja gadis yang berprofesi sebagai foto model itu tidak bisa menerima hal tersebut.Grace melajukan mobilnya menuju kantor Morgan Co untuk menemui Aaron. Dia harus berbicara dengan pria itu, segera.Bertepatan dengan saat langkah Aaron terayun dari ruangan CEO, Gr
"Selamat jalan, Bibi," tukas Floretta yang mengantar Eleanor sampai di selasar. Gadis kecil berumur tujuh tahun itu sangat proaktiv. Begitu Aaron menyinggung makan malam di luar, Floretta langsung mengerti. Dia sama sekali tidak keberatan harus meminjamkan Bibi Elle sementara waktu pada Aaron. Diam-diam, sang Paman mengulum senyuman. Terlalu gengsi untuk menampakkan rasa bahagia di depan Floretta ataupun Eleanor."Paman, Anda harus berjanji akan memperlakukan Bibi dengan baik!" pesan Floretta. "Apa menurutmu, aku orang jahat?""Tidak, tidak. Paman Aaron adalah pria terbaik di dunia ini. Pasti akan memperlakukan bibiku dengan baik." Aaron mengamati tubuh Floretta dan menggendongnya sebentar."Bibi Elle sangat sial. Ada orang jahat yang membuatnya sangat menderita," bisiknya pelan di telinga Aaron. Bocah itu menjeda ucapannya beberapa saat, lalu kembali melanjutkan, "jika bisa, Paman harus menghiburnya. Okay?!" Aaron tidak langsung menjawab. Floretta menunggu pria itu membuka mulutn
"El, kamu dipanggil Bu Manager!" Fabiola yang baru saja keluar dari ruangan Manager, menghampiri Eleanor yang tengah sibuk membalas email dari seorang klien. Sontak, gadis cantik itu mengangkat kepala. Bibirnya mengeja sebuah kalimat, "ada apa?" Fabiola hanya mengendikkan bahunya seraya melenggang pergi. Eleanor menatap Fiona penuh tanya, tapi gadis itu juga hanya bisa melakukan hal yang sama, mengendikkan bahu tanda tak tahu apa-apa.Tak punya pilihan selain bergegas masuk ke ruangan Manager. "Ada tugas penting untukmu, El!" Begitu masuk ruangan, sang Manager segera menyambut Eleanor dengan pekerjaan yang harus dilakukannya."Kabar gembira yang sudah kita tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Akhirnya, JK setuju dengan konsep iklan yang kamu rancang." Lolita sang Manager tersenyum semringah tak bisa disembunyikan. Mempunyai anak buah yang selalu mempunyai ide segar seperti Eleanor, sungguh membuatnya tak kehilangan kesempatan."Waah, akhirnya mereka setuju dengan konsep kita," seru