Home / Fiksi Remaja / Suamiku Berandalan Sekolah / Bab 10. Menuduh Tanpa Bukti

Share

Bab 10. Menuduh Tanpa Bukti

last update Last Updated: 2024-11-15 18:15:19

Aku menoleh dengan ekspresi terkejut. "Woy, lo bawa buku gue ya?!"

Aku deg-degan, ternyata yang berteriak itu adalah Adelio.

Wajahku sudah pucat, sementara kedua sahabatku melirik Adelio.

"Jangan bilang lo buang buku gue?" tanya Adelio, menatapku sinis.

Aku memejamkan mata sejenak. "Haha, lo bercanda kan? Kita beda angkatan," ucapku, cengengesan menepuk bahu Adelio.

Adelio menaikkan satu alisnya. "Lo kenapa sih?" tanya Adelio bingung.

"Aduh, bentar ya. Gue ada urusan sama nih berandalan," pamitku, menarik Adelio pergi dari parkiran.

"Iya, lo hati-hati Ranesya," teriak Gita, melirik Vivian. Sementara Vivian mengangguk saja.

Membuatku kesal, ternyata Gita dan Vivian saling berbisik. Saat aku menoleh ke belakang.

"Lepasin! Lo apaan sih nyeret gue gini!" teriak Adelio, menarik tangannya. Hingga terlepas dari cengkraman ku.

Aku bersedekap dada, dan mendengus. "Lo lupa? Kita itu di sekolah!" kataku, berhadapan dengan Adelio.

"Terus kenapa?" Adelio bertanya, sok polos di depanku.

T
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 11. Gue Suka sama Lo

    "Eh, maaf. Lo gapapa?" tanyaku panik, sudah menabrak Fatih anak kelas 3 MIPA 4. Fatih membenarkan kacamatanya, memperhatikanku secara seksama. "Gue gapapa, santai aja," balas Fatih tersenyum tipis. "Tapi gue yang salah, gimana kalo kita bareng aja?" tawarku, tanpa aku sadari penggemarku, membicarakan Fatih dari belakang. Fatih langsung menoleh cepat, dan mengangguk. "Boleh."Aku sempat, terpesona dengan senyum culun itu. Selain pintar, Fatih murid berprestasi. Aku dan Fatih duduk dipojok, menghindari orang-orang. Tidak disangka Fatih, menarik kursi untukku. Aku sedikit kaget, sifatnya yang begitu gentleman. Aku kikuk karena banyak orang melihat. "Duduk aja, gue pesen dulu," kata Fatih, meminta izin dengan senyuman manisnya. Aku mengangguk patuh. "Oke makasih," balasku, dari kejauhan aku memperhatikan Fatih. "Culun-culun romantis," celetukku, mengecek hp-ku penuh notifikasi penggemar. Biasalah, aku memang secantik ini. Siapa yang tidak tergoda. Tidak lama, Fatih datang deng

    Last Updated : 2024-11-15
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 12. Dasar Rakus

    "Untung osis," kataku, jujur saja aku malas selalu bertemu Adelio. Sekolah ketemu Adelio, apalagi di rumah. Aku seolah diikuti makhluk halus. Saat aku keluar bersama Frans untuk ke ruangan guru, sebuah bola basket menimpa kepalaku. Aku terduduk meringis. "Gila, siapa sih yang sengaja?!" sungutku. Sementara Frans, melirik kesana-kemari tidak ada siapapun. Serius! Rasa pusing aku rasakan, benar-benar luar biasa. Aku berusaha berdiri dibantu Frans. "Hati-hati, apa mau ke UKS aja?" Frans menoleh ke arahku khawatir, kali ini dia berkata, "Gue gendong aja, ya?" Seketika mataku, melototi Frans yang cengengesan. "Gue bisa sendiri kok," balasku, memegang dinding mengatur keseimbangan. Frans menatap polos. "Serius? Lo kalo kenapa-kenapa, kita bisa ke UKS," kata Frans, memegang tanganku. Aku hanya menggeleng, melanjutkan perjalanan ke ruang guru. Untungnya, Frans berbaik hati memegang aku. "Makasih ya," ucapku, tersenyum tipis.Frans mengangguk, membuang wajah salah tingkah. Di ruan

    Last Updated : 2024-11-16
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 13. Joging Pagi

    Pagi sekali, aku sudah bersiap-siap untuk joging! Iya, aku sangat bersemangat. Di tanggal merah yang cerah ini. Aku mencuci tanganku 6 langkah seperti biasa, aku sarapan dengan hikmat. Setelah selesai, aku ingin pergi sekarang. Namun, jalanku terhenti oleh Adelio yang menghadang di depan pintu. "Minggir! Ngapain juga lo hadang gue," kesalku, memancarkan permusuhan. Adelio seperti biasa mengangguku. Entah mengapa, sekarang suka sekali cari gara-gara. "Mau kemana nyonya, rapi bener," goda Adelio, bersiul ke arahku. Aku berdecak kesal. "Bukan, urusan lo!" sergahku, berkacak pinggang hingga mengalihkan pandang malas. Kembali aku melihatnya. Baru aku menyadari kalo Adelio, memakai baju lengan pendek, dan celana training. "Ikut dong," rengek Adelio, bak anak kecil. Aku ketawa renyah, memijit pelipisku. "Dih. Nggak banget, mau ngajak lo. Geser nggak!" teriakku, memberikan isyarat untuk minggir Adelio bukannya minggir, dia menghalangiku dengan dua tangan. "Adelio! Gue mau joging, k

    Last Updated : 2024-11-16
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 14. Push up 10 kali!

    "Woam, udah pagi aja," ujarku mengucek mata. Aku mengambil hp, berbunyi memekakkan telingaku. Alisku berkerut, mendapatkan telepon Papaku. Dia tidak tau saja, aku sedang marah dengan mereka. Pernikahan yang hanya menguntungkan mereka! Aku jadi korban semata, aku mendengus lebih memilih untuk mandi saja. Sekitar 25 menit, aku sudah tertampil begitu cantik. Dengan rambut sebahu, pita pink yang unyu-unyu. "Perfect!" seruku, di depan kaca. Aku juga langsung pergi ke sekolah, tanpa sarapan. Kali ini aku memilih menaiki taksi."Atas nama Mbak Ranesya?" tanya seorang supir taksi, mobilnya berhenti tepat di depanku. Aku mengangguk. "Iya Pak," jawabku, menaiki taksinya. Aku sudah memesannya saat di rumah tadi, biar tidak terlalu lama. "Mbak cantik, gimana kalo jadi pacar saya?" ucap Pak supir, aku yang sedang bermain hp. Mendongak kaget, mataku terasa mau keluar. Aku tertawa karir. "Aku udah punya pacar, Pak," kilahku, cengengesan mengusap kening berkeringat. "Padahal gue ada suami,"

    Last Updated : 2024-11-17
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 15. Penculikan

    "Liat anak basket, yuk!" ajak Gita, menarik tanganku dan Vivian. Aku tertarik pasrah, sampai di dekat lapangan basket. Dipenuhi ciwi yang berbondong-bondong menyoraki para pujaan hati. "Adelio, semangat ya!""Aku bawain minum nih, jadi kalo butuh samperin aja."Suara mereka membuatku jijik, apa yang mereka sukai dari Adelio?! Menyebalkan iya, sok ganteng apalagi. "Ihh, apa kerennya Adelio itu?" tanyaku nyolot, Gita yang menyadari itu menyenggolku. "Siapa yang nggak tergoda? Harus bersyukur sih yang jadi pacarnya," timpal Gita berbinar, memperhatikan Adelio lay up. "Gue nggak!" hardikku, melipatkan tangan di dada. Ditambah, ciwi-ciwi itu mendekati Adelio, menyerkah keringat di dahinya. Aku merinding, Adelio melirikku tersenyum. "Dikira hebat gitu?!" ketusku. Siapa yang mengira, seorang Adelio ini jadi incaran siswi. Mendingan gue, udah pintar, cantik, baik hati, rajin menabung dan tidak sombong "Kok lo nyolot sih, Ranesya? Bener kata Gita, lo suka Adelio ya?" tuduh Vivian, aku

    Last Updated : 2024-11-18
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 16. Demam Tinggi

    Motor itu berhenti di depan kami. "Lepasin dia, sebelum kalian habis di tangan gue." Mataku berbinar, tidak menyangka jika Adelio menolongku. Padahal aku selalu marah kepadanya. Tapi dia masih khawatir kepadaku? Adelio turun dari motor, melepaskan helmnya. "Lepasin sekarang!" hardik Adelio. Wajah tegas, dan sorot mata yang tajam. Aku baru kali ini melihat, perbedaan Adelio. Aku tidak menyangka, Adelio sangat gagah. Langkahnya, cepat menghampiri kami. Tanpa basa-basi, menarik cowok kepala gondrong. "Ini balasan, nggak dengerin kata gue!" Adelio memberi bogeman, mengenai pipinya. Sementara, aku masih dipegang cowok kepala botak. Aku mendengus, tidak bisa lepas darinya. "Jangan sombong dulu, lo bakal tetap jadi mainan kita," bisik cowok kepala botak menakutiku. "Masa sih? Apa kalian yang bakal jadi mainan dia," balasku, menatap Adelio memukuli cowok itu habis-habisan. "Liat deh, temen lo kayak udah mau meninggoy," godaku, tersenyum lebar di tengah hujan deras. Cowok k

    Last Updated : 2024-11-18
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 17. Tukang Cari Masalah

    Panasku belum turun, tapi aku paksakan untuk sekolah. Mengingat bahwa waktu sangat berharga. Aku berjalan lesu, menaiki mobilku. Tidak lama, gerbang sekolah terlihat. Seperti biasa, Pak Aldo memberikan senyuman manis kepadaku. Aku memilih duduk ke kantin, karena jam masuk sekolah masih lama. Aku memesan roti isi cokelat, padahal di rumah ada. Menurutku, membeli lebih enak, bisa menghabiskan uang Adelio. "Tumben sendiri aja," ucap seseorang, aku mendongak mendapati temanku, Gita bersama seseorang. "Siapa tuh?" kataku, melirik cowok itu. Penampilan juga oke, dan lebih indah dari cowok itu adalah lesung pipinya. Uhh! Manis banget. Ya Tuhan!"Ohh, dia tuh Kakak gue tau," ungkap Gita, aku terkejut mengetahuinya. Selama ini, Gita tidak pernah bilang memiliki seorang Kakak. Aku tersenyum ramah ke arahnya. "Kenapa lo, nggak pernah bilang?" tanyaku nyolot. Namun, ke arah cowok itu aku tersenyum manis. "Dih, rahasialah. Gue kan emang susah ditebak," sahut Gita, menopang dagunya. Cowok

    Last Updated : 2024-11-18
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 18. Terlalu Obsesi

    Kepalaku sudah menyut. Namun, aku memilih osis untuk menghindari, Adelio yang terus mengikutiku. Aku sebenarnya, sudah kesal dengan tingkahnya. Apalagi sekarang, Adelio seakan ingin dekat denganku. Aku menelungkupkan kepala di ruang osis, acara rapat juga sudah selesai. Dan aku bertemu Frans yang babak belur. Aku merasakan sentuhan di rambutku. Aku mendongak, terkejut melihat siapa melakukannya. "Frans? Belum pulang?" Aku tersenyum, menopang daguku menahan sakit kepala. Frans menggeleng, duduk di sampingku. "Kalo lo? Kenapa nggak pulang sekarang?" tanya Frans, duduk berhadapan denganku. Jujur, aku merasakan. Jika Frans terang-terangan ingin memilikiku. Tapi aku bisa apa? Aku tidak punya perasaan untuknya. "Ohh, bentar lagi kok," jawabku cengengesan, mengusap kening berkeringat. "Soal kemarin, gue minta maaf belum bisa nerima. "Akhirnya aku mengungkapkan sebenarnya. Selama ini, aku juga hanya menganggap Frans adalah seorang teman. Frans mengangguk, aku memperhatikan wajah Fra

    Last Updated : 2024-11-19

Latest chapter

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 96. Terbully

    Di kantin aku sendiri, karena enggan duduk bersama kedua sahabatku. Ada yang mengajak hanya aku malas. Ingin merasakan kesendirian, aku hanya ingin tenang sesaat. Sampai ada dua orang, sangat aku tidak suka duduk. "Keliatan nggak punya temen ya," ejek Tasya, diangguki Trisya. Aku diam saja, menyeruput es teh ku, dan bakso yang sedang aku makan. Abaikan saja orang gila ini. Anggap mereka tidak ada, aku sedang malas bertengkar dengan siapapun. "Biasa mah, dia kan emang mulai dijauhi terus ya? Karena pacaran sama Adelio," balas Trisya, tersenyum miring. Apalah mereka ini, aku merasa keduanya saling menyahut dengan kebencian. "Biasa itu mah, nggak cocok sama Adelio. Tapi dipaksakan bersama," timpal Tasya, terkekeh pelan. Aku berhenti memakan bakso, menatap tajam Tasya. Apa yang dia katakan barusan? Aku tidak cocok dengan Adelio?Nggak cocok dari mana? Aku cocok saja dengannya, bahkan kami saling melengkapi. "Terus cocok sama lo yang pemales? Jadi apa Adelio nanti," sahutku, terta

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 95. Zara Taubat

    Aku terbangun di pagi hari, langsung ke dapur menguncir rambut asal. Aku akan memasak mie instan saja. Rasanya ingin memakan itu bersama Adelio, aku dengan lihai memasukkan semua ke dalam wajan. "Masak apa tuh," celetuk Adelio mendekat, mendusel leherku. Aku menoleh dengan kesal. "Nggak usah ngeselin deh, ini masih pagi Adelio.""Kenapa sih? Nggak boleh manja sama lo?" tanya Adelio cemberut, melepaskan pelukannya. Aku memutarkan tubu, menangkup pipi tirusnya, dan tersenyum manis. Mencubit pelan, sambil memainkannya. "Lo udah gede, mending lo mandi aja. Bentar lagi kita pergi sekolah," usirku secara halus. Adelio menggelengkan kepala, menolak mempersiapkan diri. Terus Adelio maunya apa?"Eh, bentar bau apa ini?" Mataku melotot, melihat masakanku yang gosong. Aku menatap tajam Adelio, sudah mengangguku masak mie. Padahal itu mie sisa 2 doang, dan liat sudah tidak bisa dimakan. "Kok gosong?" tanya Adelio sok polos. "Dahlah gue males," kesalku, sudah tidak mood lagi. Memilih unt

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 94. Balap Liar 2

    "Lo nggak bosen culik gue?" tanyaku ke Ghazi sedang merokok. Hari sudah malam, bisa aku liat karena berada di luar. Lebih tepatnya arena balap. Aku juga tidak tau, apa yang mau Ghazi lakukan. Sampai Ghazi keluarkan hp-nya. "Halo, sini lo selamatin pacar lo ini." Ghazi video call, terdapat Adelio yang kaget. "Woyy! Sialan, dasar pecundang mainnya culik terus," umpat Adelio melototi Ghazi. Ghazi mendekat, memegang daguku. Adelio menatapku lekat. "Cepat bilang sesuatu cantik," kata Ghazi menarik daguku, biar melihatnya. Aku meneguk ludah. "Tolongin gue Adelio," lirihku cemberut. Adelio mengepalkan tangan tidak terima, apalagi aku terlihat sedih begitu. "Gue laper, nggak dikasih makan dari siang. Cuma minum doang," aduku membuat Adelio makin marah. "Hahaha, datang ke sini ke arena balapan biasa lo tanding," ucap Ghazi tersenyum miring. "Woyy, lo culik jangan pacar gue— "Ghazi langsung mematikan video call, aku hanya menghela napas panjang, dipegang tanganku oleh kedua bawahan

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 93. Sandera

    Rambutku dijambak oleh Zara, sesuai prediksi. Seketika kelasku ramai, bahkan anak kelas lain ikut melihat kejadian ini. "Lo kurang kerjaan banget, teror gue?!" ketusku, menarik rambutnya juga. Zara menatap tajam ke arahku. "Gue benci sama lo, emang cocok diteror! Biar lo jauh-jauh dari Adelio!" "Gila lo, makanya kalo kurang belaian ke Om lo itu," sindirku, saling beradu kepala. Mana kepalaku sakit ditarik-tarik begini, apa tidak ada yang mau menolongku?Sampai suara teriakan sangat aku kenal mendekat, sepertinya ada yang mengadu jika aku bertengkar dengan Zara. "Berhenti Zara, lepasin sekarang Ranesya!" perintah Adelio, tidak di respon Zara. "Ingat, lo mau gue bongkar rahasia lo di sini, atau lepasin sekarang Ranesya?" ancam Adelio, ditengah-tengah kami berdua. Seketika Zara melepaskan tarikannya, dan dadanya naik turun. Melirik Adelio yang sedang membantuku. "Lo gapapa? Ada yang sakit?" panik Adelio, memeriksa keadaanku. "Gue gapapa kok," balasku tersenyum kecil. Aku meliha

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 92. Bocah Ngeyel

    Pagi ini aku diam-diam mengintip dari pintu kamar, berharap tidak ada Adelio. Aku mengelus dada merasa lega, kali ini aku akan pergi sendiri ke sekolah. "Kerjain Zara ahh, bakal aku kasih tau siapa neror dirinya. Jika itu aku haha," kataku tertawa jahat. Sebelum Adelio bangun, aku mau pergi ke sekolah. Takutnya, Adelio akan tau rencana yang aku lakukan. Karena aku sempat di teror bukan? Setelah, kejadian perselingkuhan itu. Zara tidak melakukan lagi. "Takut kali," cibirku, meluncur menuju sekolah menggunakan mobil. Perjalanan pagi hari ini tidak macet, aku langsung turun saat sudah sampai. Terdapat Elgar tersenyum manis kepadaku. Ini Elgar nggak ada kapoknya ya?!"Halo Kakak cantik," sapa Elgar melambaikan tangan mendekat. "Bareng gue yuk."Aku berdecak, menghela napas berat. Elgar ini, suka sekali nyari masalah. Aku saja sudah muak dengannya. Apa Elgar tidak mendengar apa yang Adelio katakan? "Nggak dulu, Adelio lebih menggoda," ucapku, menatapnya tersenyum miring. Setelah

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 91. Si Manja

    "Bunda, ini taruh di mana bolunya?" Aku memegang bolu yang kami buat, ternyata Bunda Delyna. Ingin memintaku ke sini untuk menemaninya bikin bolu. "Biasa sayang," sahut Bunda Delyna tersenyum lembut. Aku menuju meja makan, di mana ada Adelio menopang dagunya. Ngapain Adelio di situ?"Kiw, cewek cantik," goda Adelio ke arahku. Sebenarnya, aku ingin ketawa. Kenapa Adelio melakukan itu. Biar apa coba? Adelio mendekat, mencium keningku dengan romantis. Ada apa dengannya? Tiba-tiba saja begini, aku merasa jika Adelio tidak mau melepaskan aku sedikitpun. "Lo kenapa sih," kataku mendorong pelan dengan siku. Adelio menggeleng. "Nggak boleh? Romantis sama Istri sendiri?""Bukan gitu, lo kayak lebih manja aja," sahutku pelan, takut kedengaran orang lain. "Lo kan Istri gue, wajar aja sih. Kecuali gue sama yang lain," ucap Adelio, membuatku melotot. "Dih, enak aja lo bilang gitu." Aku memutarkan tubuh, menatapnya dalam. Aku terdiam sesaat memikirkan apa Adelio maksud, jadi kalo semisal

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 90. Punya Saingan

    Hari ini, aku tidak melihat Zara masuk sekolah. Sepi tidak ada yang mengajakku berantem. Sekarang aja aku melihat orang bermain futsal, ada Adelio selalu aku nantikan. "Adelio, semangat ya!" teriakku, berdiri heboh. Pada akhirnya, para fans menatap sinis diriku. Why? Adelio punyaku, bahkan aku sudah menikah dengannya. "Ganjen banget jadi cewek.""Iya ihh, Adelio punya kita ya.""Nggak ada malu sih."Masalahnya, mereka berbicara seperti itu di depan diriku. Aku mengerutkan kening, merasa heran. Siapa mereka? Ngatur! Apa diriku, tidak boleh mendukung Adelio. "Sayang, semangat ya," pekikku, melirik mereka makin memanas. Maaf ya say, aku emang sengaja memanggil sayang di depan mereka. Hahaa, liatlah matanya ingin keluar. Bikin aku tidak ekspetasi, di mana Adelio melambaikan tangan ke arahku, makin menggila saja di lapangan. "Iya sayangku!" teriak Adelio, berlari kembali. Apa katanya tadi? Aku menganga tidak percaya. Hingga tubuhku di goyangkan Gita, karena tidak terbayang jika d

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 89. Tukang Ngadu

    Aku terbangun di pagi hari, di rumah kami berdua. Aku sangat senang, karena masalah itu selesai. Pintuku diketuk, aku berdiri membuka pintu tersebut. "Selamat pagi cantik," sapa Adelio, tersenyum amat manis. Aduh, bentar. Aku meleleh nih, kenapa Adelio seromantis ini sekarang? Aku menggigit bibir bawah menahan salting. "Nyenyak tidurnya?" tanya Adelio, mengusap kepalaku. Aku mengangguk pelan, tiba-tiba aku ditarik dalam pelukannya. "Gemes banget sih, padahal baru tidur," ucap Adelio, melepaskan pelukan. Adelio mendorong diriku untuk mandi, aku hanya tersenyum mengingat kejadian ini. Waktu Adelio, ingin meminta maaf di pagi hari dengan romantis. "Gue tunggu di meja makan!" seru Adelio, pergi dari kamarku. Aku langsung masuk ke kamar mandi, membersihkan diri. Sebelum itu, aku mempersiapkan baju sekolah untuk di pakai hari ini. Setelah selesai, aku merias wajahku dengan cantik. Tinggal dipoles liptint. "Perfect!" seruku, tersenyum lebar. Saat berada di ruang makan, Adelio me

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 88. Surat Ancaman

    Tidak hilang akal, selepas pulang sekolah. Aku memesan taksi, langsung pergi meninggalkan Jean. Aku sempat ditelepon berkali-kali, hingga aku blokir dirinya. Aku memberitahu Mama Cahaya jika aku ingin ke mall sebentar. "Akhirnya! Baiklah, gue harus rencanain teror balik," ucapku tersenyum misterius. Bahkan, Pak sopir hanya diam. Pasti dia mengira aku gila, karena bicara sendiri. "Pak, ke toko sebentar ya. Tenang aja, nanti aku kasih tip," ucapku, turun dari taksi. Membeli beberapa barang diperlukan, di dalam taksi. Aku menyuruh, Pak sopir menuliskan surat ancaman. Berisi 'Aku mengintaimu, hati-hati Zara. Aku tidak akan melepaskanmu.' Aku tersenyum mengembang, saat sudah beres. Setelah itu, menuju rumah kemarin. Semoga Zara ada di sana, saat sampai. Kebetulan sekali, Zara bersama Om tua. "Pak, bisa minta tolong kasih ke orang itu?" tunjukku ke arah dua orang itu. "Bilang aja gini. 'Permisi, paket atas nama Zara', nah gitu Pak. Semisal ditanya dari siapa, bilang aja nggak tau.

DMCA.com Protection Status