"Bangun, Ge!"
"Isshhh ngantuk, Mas," Gea merengek kesal saat Nata terus berusaha membangunkannya. Menggoyang-goyangkan tubuhnya berkali-kali.Hell! Ini hari minggu, masa dimana orang sibuk seperti dirinya akan menghabiskan minggu pagi dengan mengarungi pulau kapuk.Nata memutar bola matanya jengah, "Ge, kalo kamu gak bangun juga, Mas jamin besok kamu gak bisa jalan," ancamnya yang berhasil membuat Gea melotot ngeri dari balik selimut yang membungkus seluruh tubuh."Fine! Aku bangun!" dengan kesal Gea membuka selimut dengan menyentaknya hingga terjatuh ke lantai. Dia melompat dari atas ranjang dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi.Satu hal yang membuat Gea tidak berkutik adalah pria itu yang tidak pernah main-main dengan ucapannya.Nata bukanlah tipikal orang yang suka dibantah, jika dia mengatakan A maka harus A, tidak boleh B apalagi C. Bisa dibabat habis kalo berani melawan.Pernah satu kali dia membantah saat awal-awal pernikahan. Waktu itu Gea ngotot ingin pergi ke Mall sendiri tanpa didampingi Nata, alhasil begitu pulang dari sana dirinya mendadak diabaikan bahkan selama seminggu penuh pria itu tidak pulang ke rumah dan memilih tidur dikantor.Ketika dia berusaha membujuk suaminya. Dengan santai Nata menjawab, "Bukannya kamu gak butuh Mas, ngapain cari-cari. Kan bagus kalo Mas engga ada di rumah, kamu bisa pergi sesuka hati kamu tanpa ada yang larang,"Sontak Gea menangis kejar dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Sejak saat itu, Gea sebisa mungkin tidak membangkang apalagi membantah pada setiap ucapan Nata."Ayo!" Gea menurut saja ketika tangannya ditarik oleh Nata. Rencananya pagi ini mereka akan melakukan jogging mengelilingi komplek. Ralat hanya Nata yang jogging, sementara dirinya hanya korban pemaksaan sang suami."Mas!! Kok ditinggal sih, katanya jogging bareng!" Gea memekik kesal melihat Nata yang terus berlari menjauh.Karena malas berlari, Gea memutuskan untuk jalan santai saja. Toh yang penting dia gerak, iya kan?Setelah berjalan sekitar 300 meter matanya berbinar terang begitu melihat Abang tukang bubur ayam. Tanpa pikir panjang, dia segera membelokan arahnya ke tempat tersebut yang tidak terlalu ramai.Baru dua suap bubur itu masuk ke perutnya, tiba-tiba Nata datang dengan wajah datar. "Mas kira kamu ilang, gak taunya malah nyangkut disini,"Gea menyengir lebar. Diulurkannya mangkok yang masih penuh tersebut ke arah Nata, "Mas mau?"Meski sempat mendengus, namun dia tak menolak pemberian sang istri, "Olahraga itu bakar kalori bukannya nambahin," omelnya setelah menelan satu sendok penuh bubur ayam."Laper, Mas belum sarapan," elak Gea yang tak digubris oleh pria itu. "Lagi?" tawarnya.Nata menggeleng, karena dia memang tidak terlalu suka makanan bertekstur lembek. Ketika Gea tengah menikmati sarapan paginya, sayup-sayup telinganya mendengar bisikan.Begitu kepalanya menoleh ke arah kanan, dia mendapati 3 wanita muda seumuran dengannya sedang bergosip satu sama lain sambil sesekali tersenyum. Persis seperti orang gila.Sontak Gea mengerucutkan bibir saat menyadari bahwa mata ketiga wanita tersebut melirik Nata penuh minat. Mendadak selera makannya hilang entah kemana.Dengan kesal, dia menaruh mangkok yang sedang digenggamnya ke atas meja cukup keras, hingga menimbulkan reaksi bingung dari orang-orang disekitar termasuk Nata."Kamu kenapa?" tanya Nata."Pulang! Mas yang bayarin!" ketus Gea seraya melipat kedua tangannya didepan.Nata menghela napas, melihat isi mangkok yang tinggal setengah. "Habisin dulu,""Udah gak napsu," ucap Gea masih dengan nada ketus. Dia kemudian bengkit berdiri lalu berjalan meninggalkan Nata yang sedang mengurus pembayaran.Gea membanting tubuhnya diatas sofa. Meski sudah sampai di rumah, namun rasa kesalnya tak kunjung mereda. "Isshhh nyebelin. Dasar cewek ganjen! Ga bisa liat cowok bening dikit!"Saking kesalnya Gea sampai memukul-mukul bantal sofa dan menjadikannya samsak pelampiasan."ini muka kenapa asem banget, hem?" tanya Nata seraya menjepit kedua pipi sang istri."Ga usah pegang-pegang!"Sebelah alis Nata sontak terangkat, "Sok jual mahal," cibirnya yang semakin membuat muka Gea terkekuk masam. "Daripada marah-marah ga jelas, mending buatin, Mas jus. Haus abis lari,""Aku baru duduk loh," rengek Gea dengan tampang memelas. Namun tidak digubris oleh pria itu."Mau ngebantah suami?" tanya Nata yang berhasil membuat Gea diam tak berkutik. Masih dengan perasaan dongkol, Gea memasuki dapur lalu melakukan perintah sang suami.Ketika dia sedang memotong buah apel menjadi beberapa bagian, tiba-tiba sepasang lengan memeluknya dari belakang.Perlahan Nata meletakan dagunya diatas bahu Gea, lalu berkata. "Secantik apapun perempuan diluar sana, mereka gak akan mampu menggantikan posisi kamu dihidup Mas,"Seketika bulu kuduk Gea meremang tanpa dapat dicegah. Pipinya bersemu dibarengi senyum yang mengembang.Jika terus diperlakukan seperti ini, bagaimana rasa kesalnya akan bertahan lama. Sialan memang!!BersambungMas Suami :Bikin kolak singkong.Astfkcjhbgstkjtgs!!Gea mengumpat sepanjang perjalanan menuju rumah sesaat setelah membuka pesan yang dikirim oleh Nata beberapa detik yang lalu. Pantas saja suaminya itu berbaik hati menyuruhnya pulang tepat waktu, ternyata eh ternyata ada udang asam manis dibalik tudung saji.Sebenarnya Gea sudah menduga ini sedari awal, mengenai sikap manis sang bos yang tak biasanya. Dan benar saja, baru sekian menit dia meninggalkan area perusahaan, pria itu sudah memberikan tugas negara yang berhasil memancing keluar semua sumpah serapah yang dia simpan selama ini.Gea menghela napas berat. Belum hilang rasa lelahnya akibat seharian bekerja, kini dia diharuskan untuk menuruti perintah Nata.Kembali dia membaca pesan pria itu sekali lagi, berharap tulisannya dapat berubah. Bukan Gea tidak mau atau malas, hanya saja jika membuat kolak singkong itu berarti dia harus pergi ke pasar tradisional terlebih dahulu.Namun meski begitu, sepenat apapun dirinya. Perintah sua
Gea sudah terbangun dari tidurnya bahkan sebelum sinar mentari menyapa bumi. Sejak semalam dia meniatkan dalam hati ingin memperbaiki hubungannya dengan Nata yang sempat keruh karena kolak singkong.Tolong ingatkan Gea untuk segera membuang makanan lucknut itu.Sebelum turun ke dapur, Gea menyempatkan diri memandangi wajah sang suami yang terlihat lelap. Sejenak dia termenung, memikirkan kapan terakhir kalinya dia melakukan kegiatan favoritnya tersebut ketika bangun tidur.Tak ingin terlalu berlama-lama Gea segera bergegas menuju dapur, tempat dia akan mengeksekusi bahan-bahan menjadi makanan lezat. Berharap dengan begitu bisa mencairkan ketegangan diantara mereka.Butuh waktu sekitar satu jam sampai akhirnya makanan siap. Senyum puas terukir indah dikedua sudut bibir milik Gea. Dia sudah tidak sabar untuk segera membangunkan sang suami dan mengajaknya sarapan bersama.Namun begitu dia membalikan badan, Nata tiba-tiba sudah berdiri tak jauh dibelakangnya, lengkap dengan pakaian kantor
"Assalamu'alaikum..." Nata mengucap salam setelah membuka pintu rumah kediaman orang tuanya. Dari arah dapur tampak Lita muncul sambil membawa nampan berisi jus lalu berjalan menghampiri putranya. Seakan dia memang sudah menantikan kedatangannya."Wa'alaikum salam... Udah pulang kamu, Mas? Atau bolos dari kantor?" Nata mengernyit samar sebelum kemudian menggelengkan kepala, "Pulang, Bun," jawabnya singkat."Minum dulu sana, tuh udah Bunda buatin," Lita mengedikan kepalanya ke belakang dimana minuman itu diletakan.Mengerti kode dari sang Ibunda tercinta, Nata segera berjalan masuk ke dalam rumah kemudian duduk di sofa ruang tamu. Tangannya segera meraih gelas yang berada di atas meja lalu menenggaknya hingga tandas.Perlahan, Lita ikut mendudukan dirinya berdampingan dengan Nata. Setelah meletakan kembali gelas ke atas meja, Nata melarikan pandangan sepenuhnya pada wanita yang telah melahirkannya itu."Gea dimana, Bun?" tanya Nata to the point.Ya, tujuan Nata tidak lain dan tidak b
Niat ingin membantu Bunda Lita menyiapkan makan malam harus molor beberapa jam karena Nata yang tiba-tiba mode mesumnya kumat. Pria itu tidak mengizinkannya keluar kamar barang semenitpun, alhasil dari sore sampai menjelang makan malam Gea harus pasrah dikurung suaminya di dalam kamar.Mereka baru beranjak keluar setelah mendengar ketukan pintu dan seruan Bunda Lita yang menyuruh untuk segera ke bawah. Dengan rambut yang masih sedikit basah, Gea berjalan bersisian bersama Nata menuju meja makan.Nampak semua orang sudah menunggu disana, membuat Gea harus menundukan kepalanya sedikit sambil terus mengutuk tingkah suaminya beberapa jam lalu dalam hati.Sepertinya predikat menantu kurang ajar mulai melekat dibelakang namanya sekarang. Apalagi saat matanya bertabrakan dengan netra Dion yang menatapnya jahil sambil mengedipkan sebelah mata juga senyum tengilnya yang menyebalkan."Maaf ya, Bun. Gea gak bantuin masak tadi." sesal Gea saat sudah mendudukan tubuhnya dikursi.Bunda Lita tampak
Makin kesini Gea semakin yakin kalau suaminya adalah devinisi bunglon yang sesungguhnya. Jika di dunia nyata binatang reptil itu terlihat menakjubkan dengan keahliannya berubah warna, maka Nata merupakan gambaran manusia menyebalkan dengan perubahan emosinya yang tiba-tiba.Baru saja semalam Gea dibuat melayang akan sikap manis sang suami, tapi sekarang pria itu malah kembali berbuat ulah dengan menguji kesabarannya dipagi hari Sejak bangun dari tidur, Nata tak henti-hentinya menyuruh Gea melakukan ini dan itu. Mulai dari memintanya mengambilkan dasi padahal benda tersebut ada dihadapannya, merapihkan rambut, dan segala tetek bengek kebiasaan rutin yang dilakukan pria itu sebelum berangkat bekerja.Jika saja Gea tidak ingat nasihat Bunda Lita untuk tidak durhaka pada suami, sudah sejak tadi dia menjambak rambut Nata karena kesal. "Yang, kamu liat jam tangan, Mas gak?!" teriak Nata dari atas kamar.Dengan sedikit kasar Gea meletakan sepiring nasi goreng diatas meja makan yang untungn
"Hari ini jadwal saya apa saja?" Nata bertanya kepada Gea yang baru saja masuk ke dalam ruangannya sambil membawa beberapa berkas untuk segera ditanda tangani.Dengan cekatan, Gea segera memeriksa schedule yang sudah dia rampung untuk sebulan ke depan didalam i-pad yang selalu dibawanya."Hari ini Bapak ada rapat dengan Departemen Marketing pukul 10 nanti. Dilanjut pertemuan dengan investor dari PT Tjai Tji Constraction sampai jam makan siang," jelas Gea lancar.Nata hanya mengangguk sekilas tanpa perlu susah payah melihat ke arah Gea, karena fokusnya saat ini pada lembar-lembar berkas yang tengah dibolak-balik.Sekian detik berlalu dalam keheningan. Nata yang sibuk membubuhkan tanda tangannya dan Gea yang senantiasa berdiri dibelakang kursi pria itu. Jika kalian berpikir akan ada adegan-adegan intim yang terjadi saat keduanya bersama. Maka tolong segera hempaskan khayalan tersebut, karena nyatanya tidak ada perlakuan manis atau istimewa yang didapatkan Gea selama bekerja bersama sa
Ditengah kesadaran yang hanya 1 persen saja, Gea merasakan ranjang sebelah kanannya kosong tak berpenghuni, ketika tangannya mencoba meraba bagian tersebut.Dibukanya sedikit kelopak mata yang terasa berat demi bisa melihat keadaan luar lewat celah jendela yang mengintip malu-malu.Gea mendesah napas berat saat hanya gelap yang tertangkap oleh netranya. Kini bingung mulai melanda, antara melanjutkan tidur yang sempat terganggu atau bangun lalu mencari keberadaan Nata yang entah dimana rimbanya.Dengan rasa malas dan muka bantal miliknya, Gea memilih untuk beranjak dari ranjang tercinta. Bergerak pelan untuk mengambil baju tidur yang berserakan di lantai kemudian dipakainya cepat. Tanpa memakai alas kaki, Gea menuruni anak tangga satu persatu dengan hati-hati karena suasana rumah yang hanya diterangi cahaya temaram, akibat lampu utama yang tak dinyalakan.Tepat diundakan tangga terakhir Gea segera membelokan langkahnya ke bagian sudut kanan rumah, saat telinganya tanpa sengaja mendeng
Kebahagiaan terhaqiqi versi seorang Gea adalah ketika di pagi sabtu yang begitu cerah, tiba-tiba masuk sebuah notifikasi dari layar hp nya yang berisi informasi bahwa duit gajian sudah mengalir memenuhi ATM. Belum lagi ditambah uang jajan yang diberikan Nata, semakin membuat Gea bahagia bak disurga. Setelah melakukan rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga dan istri yang baik nan budiman, Gea segera membersihkan tubuhnya. Ditengah kesibukannya mempoles wajah menggunakan alat make up, baginda raja tiba-tiba terbangun lalu memusatkan seluruh atensinya pada Gea yang sedang menggunakan lipstik."Mau kemana?" tanya Nata dengan suara serak nan seksi khas bangun tidur. Tubuh bagian atasnya yang tak tertutupi apapun terpampang nyata begitu pria itu mengubah posisi menjadi duduk bersandar pada kepala ranjang.Gea berdecak pelan. Merasa kesal pada tubuhnya yang selalu bereaksi berlebihan jika dihadapkan dengan manusia penggoda iman tersebut.Laki gue gak ada akhlak banget pagi-pagi bikin kepenge
Terhitung sudah satu bulan Nata berada di Sumatera dan hingga saat ini pria itu belum bisa memastikan kapan dia akan pulang.Hampir setiap malam Nata akan melakukan video call untuk mengobati rasa rindu pada istri dan sang buah hati yang dia tinggalkan cukup lama.Meski alasan kepergiannya karena pekerjaan, namun tak dapat dipungkiri Nata merasa bersalah tiap kali dia mendengar rengekan putrinya di layar ponsel. Untuk itu, Nata berusaha keras menyelesaikan semua tanggung jawabnya secepat mungkin, agar dia bisa segera kembali ke Jakarta. Tidak ada kata libur bagi pria itu. Bahkan di hari weekend pun tetap dia habiskan dengan memeriksa beberapa lembaran dokumen.Nata menggerakkan lehernya yang terasa kaku akibat terlalu lama menatap layar monitor tanpa mengenal kata istirahat.Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Belum terlalu larut mengingat dia yang selalu tidur di atas jam 12. Diambilnya ponsel yang di letakkan samping tubuhnya, lalu menimbang apakah dia harus menghubungi Gea at
Malam sudah semakin larut, namun pasangan pasutri itu tak kunjung memejamkan mata. Saat ini, Nata sedang membantu Gea mengeringkan rambutnya menggunakan hair dryer. "Kenapa gak besok aja mandinya? Nanti sakit lagi malem-malem keramas," ucap Nata disela-sela kegiatannya yang sama sekali tak digubris, karena Gea terlalu sibuk menikmati pijatan lembut di kepalanya.Setelah selesai dan meletakkan kembali benda tersebut ke tempat semula, Gea memutuskan untuk menemani Nata makan malam.Sebenernya bisa dibilang ini bukan termasuk jam makan malam, mengingat waktu yang sudah menunjukkan pukul 1 dini hari.Tapi, berhubung Nata belum mengisi perut, jadi tak apa lah. Daripada nanti suaminya itu kelaparan dan tiba-tiba pingsan, kan tidak lucu.Usai memanaskan lauk, keduanya lalu duduk berdampingan di meja makan. Dengan setia, Gea menemani sang suami menghabiskan sedikit demi sedikit nasi di piring. Sesekali keduanya mengobrol diselingi candaan ringan, agar suasana tak terlalu sepi.Sedang asyik
Sebelum berangkat bekerja, Nata menyempatkan diri untuk mengantar anak beserta sang istri ke rumah kediaman orang tuanya.Dikarenakan sejak kemarin, Lita selalu menerornya untuk membawa sang cucu menginap di sana. Jengah terus-menerus di telepon, akhirnya hari ini Nata menuruti permintaan wanita paruh baya yang telah menyandang sebagai Oma tersebut. Dan setelah berkutat dengan banyaknya pekerjaan, kini waktunya pria itu untuk pulang. Hari hampir menjelang malam, ketika Nata berhasil memarkirkan mobilnya ke dalam garasi. Namun, ada sesuatu yang aneh sehingga memancing kerutan samar di kening Nata. Dilihatnya, tempat yang biasa diisi mobil sang ayah kini kosong, menandakan jika rumah kemungkinan dalam keadaan sepi tanpa penghuni.Sambil menenteng tas kerja dan jas yang telah dilepas, Nata berjalan gontai memasuki rumah seraya mengucapkan salam."Wa'alaikum salam..."Samar-samar dia mendengar seseorang menjawab dari arah dapur. Tak sampai satu menit, Gea datang dengan membawa segelas
Berkali-kali Gea menghembuskan napas lelah setiap dia melirik ke arah jam dinding.Sudah hampir jam 9 malam, tapi Gena tak kunjung mengantuk. Bayi montok itu justru masih aktif bermain dengan beberapa mainan yang berserakan di lantai.Setiap Gea berniat menidurkannya, maka Gena akan menjerit dan meronta, membuat wanita itu akhirnya memilih menyerah.Setelah memastikan bahwa Gena aman, Gea beranjak sejenak untuk mengambil ponsel miliknya yang berada di atas nakas. Sambil duduk di tepi ranjang dengan posisi menghadap langsung ke arah sang putri, Gea membuka fitur kamera lalu memotret Gena yang tengah duduk membelakangi.Daddy Gena :Send a picture.Bapak Direktur yang terhormat, tolong konfirmasi pulang jam berapa? Anaknya terlalu aktif gak mau tidur sementara Mommy nya udah ngantuk pake banget.Gea langsung meninggalkan roomchat, setelah pesan singkat berikut foto Gena berhasil dia kirim ke nomor sang suami.Selang beberapa menit kemudian, dering notifikasi panggilan suara terdengar m
Beberapa bulan kemudian...Nata perlahan membuka kedua matanya ketika dia merasakan ranjang di sebelahnya kosong tanpa penghuni.Merenggangkan sedikit tubuh, dia kemudian melirik jam dinding yang kini menunjukkan pukul 8 pagi lewat 45 menit.Untung saja ini hari minggu, jadi dia tidak perlu kejar-kejaran dengan waktu. Setelah nyawanya terkumpul sempurna, Nata kemudian bergegas keluar kamar untuk mencari keberadaan dua sosok yang sangat dia cintai.Tepat di anak tangga terakhir, Nata mendengar suara jeritan Gena dari arah halaman belakang rumah.Seketika insting seorang bapaknya keluar yang membuatnya langsung bergerak menuju sumber suara berasal.Begitu dia membuka pintu penghubung, rupanya apa yang dia pikirkan berbanding terbalik dengan yang tengah terjadi. Teriakan Gena barusan ternyata berasal karena Gea yang mengajak bayi gemoy itu bercanda. Dengan mendusel-dusel perutnya yang buncit dan sesekali menggigit-gigit gemas pergelangan kaki dan tangannya yang sudah mirip paha ayam.
Setelah menunggu selama berjam-jam, kabar mengenai kelahiran anak Gea akhirnya terdengar di telinga seluruh keluarga besar.Para orang tua beserta Dion yang sudah menunggu di depan pintu ruang persalinan, nampak menghela napas lega ketika suara tangis seorang bayi mengalun nyaring di dalam sana.Tak lama, pintu ruangan pun terbuka lalu munculah sosok Nata yang sejak awal sudah menemani Gea berjuang sehingga berhasil melahirkan anak mereka."Mas, gimana keadaannya? Gea sama cucu Bunda?" tanya Lita antusias bercampur cemas.Menyunggingkan senyum lemah, Nata bergerak memeluk tubuh sang ibu dengan erat seraya berkata pelan, "Makasih, Bun. Makasih udah berjuang ngelahirin, Nata. Mamas sayang, Bunda,"Diciumnya pipi Lita penuh perasaan sambil berurai air mata, membuat wanita paruh baya itu tak kuasa menahan tangis."Jadi, Ayah dan Suami yang baik untuk anak dan istri kamu," ucap Lita memberikan nasihat yang langsung diangguki Nata dengan mantap.Setelah sang ibunda, kini Nata beralih memelu
"DION TANGGUNG JAWAB, GAK?!" Suara teriakan Gea yang maha dahsyat menjadi alarm alami bagi Nata yang masih terlelap di dalam kamar.Niat ingin bangun siang di hari minggu terpaksa harus pupus, saat lantai bawah terdengar sangat gaduh dan berisik, membuat Nata terusik.Masih dengan mata yang mengantuk, dia berjalan menuruni anak tangga untuk melihat ada bencana apa lagi yang terjadi.Tepat di undakan tangga terakhir, perasaan ngantuk yang semula masih mendominasi seketika lenyap dalam sekejap, begitu kedua netra Nata menangkap objek sang istri tengah berusaha mengejar Dion dengan perutnya yang besar.Saking paniknya melihat adegan tersebut, Nata tanpa sadar berteriak memanggil nama sang istri."GEA!"Sontak Dion beserta Gea langsung terdiam di tempat.Berjalan cepat, Nata segera menghampiri sang istri yang tengah menatapnya takut-takut, "Kamu apa-apa'an sih? Ngapain lari-lari, nanti kalau jatuh gimana? Bahaya tau gak," Memilin kedua jemari sambil menundukkan kepala, Gea berujar lirih
Sekitar pukul 2 dini hari, Gea tiba-tiba terbangun dikarenakan perutnya yang mendadak terasa mulas. Dengan gerakan hati-hati, dia berusaha bangun dari posisi berbaringnya menjadi duduk bersandar pada kepala ranjang.Sesekali ringisan kecil keluar dari bibir Gea sembari tangannya terus melakukan gerakan memutar mengelus perut. Demi meminimalisir rasa tidak nyaman tersebut, Gea dengan teratur menarik napas panjang lalu menghembuskan nya secara perlahan.Namun tiap detik berlalu, bukannya berkurang rasa mulas itu justru semakin terasa. Tak tahan, Gea akhirnya beranjak turun dari atas ranjang kemudian melangkah pelan menuju kamar mandi.Selang beberapa menit, Nata yang tengah tertidur pulas, seketika terkejut karena tak mendapati sang istri berada di sampingnya. "Gea? Kamu dimana?" Rasa kantuk yang sebelumnya mendominasi, langsung sirna tergantikan dengan rasa panik yang datang menyerang. Saat samar telinganya mendengar suara gemericik air, Nata bergegas bangkit berdiri lalu mengetuk
Sejak beberapa jam yang lalu setelah memasuki ruangan, Nata tak henti-hentinya mengawasi gerak-gerik sang istri yang sangat mencurigakan.Meski wanita itu hanya duduk menyilang kan kaki di sofa dengan pandangan mata yang fokus pada layar ponsel, namun entah kenapa, Nata merasa Gea tengah merencanakan sesuatu. Pasalnya, selama dia mengenal sang istri tak pernah sekali pun dia melihat Gea tampil seberani ini dengan pakaian yang bisa dibilang dapat mengundang kaum para pejantan seketika kehilangan kewarasan."Pak?" "Ya?" Nata seketika tersadar dari kegiatannya memperhatikan sang istri saat mendengar seruan dari sang sekretaris.Ditatapnya David dengan alis terangkat seakan tengah bertanya, membuat pria itu meringis kecil karena rupanya Nata tak mendengarkan apa yang dia ucapkan barusan."Satu jam lagi, Bapak ada meeting dengan Divisi Marketing, Divisi Keuangan juga Staff yang bekerja di lapangan, untuk membahas progres mengenai pembangunan Cottage serta Bungalow yang berada Lombok,""S