Mas Suami :
Bikin kolak singkong.Astfkcjhbgstkjtgs!!Gea mengumpat sepanjang perjalanan menuju rumah sesaat setelah membuka pesan yang dikirim oleh Nata beberapa detik yang lalu. Pantas saja suaminya itu berbaik hati menyuruhnya pulang tepat waktu, ternyata eh ternyata ada udang asam manis dibalik tudung saji.Sebenarnya Gea sudah menduga ini sedari awal, mengenai sikap manis sang bos yang tak biasanya. Dan benar saja, baru sekian menit dia meninggalkan area perusahaan, pria itu sudah memberikan tugas negara yang berhasil memancing keluar semua sumpah serapah yang dia simpan selama ini.Gea menghela napas berat. Belum hilang rasa lelahnya akibat seharian bekerja, kini dia diharuskan untuk menuruti perintah Nata.Kembali dia membaca pesan pria itu sekali lagi, berharap tulisannya dapat berubah. Bukan Gea tidak mau atau malas, hanya saja jika membuat kolak singkong itu berarti dia harus pergi ke pasar tradisional terlebih dahulu.Namun meski begitu, sepenat apapun dirinya. Perintah suami tetap yang paling utama."Pak, mampir ke pasar dulu ya." pinta Gea pada Pak Maman, sopir kantor yang kebetulan ditugaskan untuk mengantarnya pulang."Baik, Bu."Status pernikahan Nata dan Gea memang sudah bukan rahasia umum. Pasalnya mereka memutuskan tidak akan menutupi perihal kebenaran tersebut, dikarenakan tidak adanya larangan menjalin hubungan dengan sesama rekan kerja. Yang penting profesional kalo kata Nata.Hal itulah yang membuat Gea sekarang menjadi bahan sorotan dan gibahan pegawai kantor.Butuh waktu 10 menitan agar bisa sampai dipasar yang jaraknya lumayan dekat dari kantor. Dengan sedikit berat hati, Gea melangkah keluar dan menghampiri toko yang sekiranya menjual singkong.Sekedar informasi, setelah menikah dengan Nata dapat dihitung dengan jari dia memasuki tempat tersebut. Bukan sombong ya, tapi memang begitulah realitanya kehidupan seorang Gea usai menyandang nama Baskara.Seusai membeli bahan utama membuat kolak, Gea segera bergegas pulang ke rumah. Sesampainya disana, tanpa mandi terlebih dahulu dia langsung mengeksekusi permintaan sang suami.Di detik-detik bagian terakhir, tiba-tiba saja. "ASTAGFIRULLAH!!" Gea memekik seraya menepuk jidatnya cukup keras. Guys dia lupa membeli kelapa parut untuk santannya!Inilah alasan kenapa Gea enggan membuat kolak singkong versi Nata, karena pria itu sangat tidak menyukai jika santan yang digunakan adalah instan.Katanya, "Kalo ada yang asli kenapa harus yang campuran." tolong ingatkan Gea bahwa suaminya ini orang paling adil dalam segala hal.Matanya melirik jam dinding yang ada disudut dapur. Sudah pukul 5 sore lewat 15 menit dan itu artinya sebentar lagi Nata pulang.Karena tak ada pilihan, Gea memutuskan untuk memakai santan instan saja yang kebetulan selalu tersedia di dalam kulkas.Selang beberapa menit, Nata akhirnya pulang bertepatan dengan masakannya yang sudah jadi. Setelah mengucapkan salam dan mencium singkat kening sang istri, Nata langsung mengambil tempat duduk di meja makan."Mas ga mau mandi dulu?" Tawar Gea seraya mengambil alih jas di tangan sang suami."Cobain dulu sedikit, baru mandi," ucapnya tak menggubris."Masih panas loh, Mas," Gea berujar jengkel menghadapi kekeras kepalaan pria itu.Nata mengangkat sebelah alisnya ke atas, sambil menyodorkan sendok berisi kolak ke hadapan sang istri, "Mau bantu tiupin?"Gea mendengus, "Nunggu dingin kan bisa,""Males nunggunya. Lagipula makanan itu enaknya di makan selagi panas," kilah Nata beralasan."Ralat. Hangat kali, Mas, bukan panas. Kalau masih ngebul di makan yang ada itu lidah mateng,"Nata tidak membalas lagi perkataan sang istri karena sekarang dia tengah sibuk meniup-niup kolak singkong.Begitu sendok sudah dimasukan ke dalam mulut, Nata sontak berhenti. Diletakannya kembali sendok yang sedang dia pegang ke dalam mangkuk. Kemudian, tatapannya dia larikan ke arah Gea yang duduk disampingnya.Seketika Gea mengalihkan pandangan, dalam hati dia menghitung detik-detik bom atom keluar dari bibir Nata."Gea..." panggil Nata dengan suara rendah dan hal itu cukup berhasil membuat tubuh Gea menegang. Oke, serius mode on aktif."Kalo kamu emang gak niat masakin Mas, mending ga usah. Buang-buang makanan aja," ucap Nata dingin seraya menjauhkan mangkok yang masih terisi penuh.Mata Gea seketika membeliak dengan mulut menganga lebar. Apa-apa'an suaminya ini menuduh sembarangan seenaknya."Maksud Mas apa ngomong kaya gitu?!" Kesal Gea tak terima. Gila saja, dia sudah capek-capek masak tapi malah dikira ga niat. Tidak menghargai sama sekali."Kamu kan tau Mas paling gak suka sama apapun yang berbau instan," ucap Nata dengan raut wajah berubah datar."Astaga Mas, itu cuma hal sepele dan kamu besar-besarin!""Ga ada yang sepele bagi aku." tegas Nata tak terbantahkan.Gea mendesah frustasi, "Mas aku capek loh abis kerja, pengen istirahat,""Capek?" Nata membeo kemudian menggelengkan kepalanya berkali-kali, "Apa disini cuma kamu yang kerja? Cuma kamu yang merasa lelah?" tanyanya yang membuat Gea seketika bungkam.Kini Nata berdiri, mengubah posisinya menjadi saling berhadapan, "Sejak awal Mas gak pernah nyuruh kamu untuk kerja, tapi kamu yang minta sendiri. Bahkan maksa. Dan sekarang kamu ngeluh,"Gea menunduk dengan jemari yang saling memilin, pembahasan ini selalu menjadi topik paling sensitif bagi dirinya. "Mas Nata kan tau alasan kenapa aku kerja," cicitnya dengan suara lirih.Perlahan kedua mata Nata terpejam, saat ingatannya kembali terlempar pada kejadian dimana Gea mengalami keguguran.Kala itu istrinya tengah hamil dua bulan, usia yang masih sangat rentan. Gea yang sedang melakukan olahraga kecil di depan rumah tiba-tiba saja ditabrak anak-anak yang sedang berlarian disekitar komplek hingga jatuh terduduk dan menyebabkan dia kehilangan janin yang sedang dia kandung.Karena tak ingin terus-terusan terpuruk, Gea akhirnya meminta kepada Nata agar diizinkan bekerja sebagai pengalihan atas kehilangan calon anak mereka. Dan sebagai suami Nata tentu tak ingin egois dengan menolak permintaan sang istri."Mas gak masalah dengan keputusan kamu yang ingin bekerja, tapi dengan syarat kewajiban kamu sebagai seorang istri harus yang paling utama. Tapi sepertinya itu cuma berlaku diawal, karena makin kesini kamu semakin lupa ngurusin suami,"Tanpa dapat dicegah air mata mengalir begitu saja membasahi pipi Gea yang memerah. Hatinya sakit mendengar pernyataan Nata yang sangat menohok."Bahkan beberapa bulan terakhir Mas merasa seperti tidak punya istri. Bangun pagi lebih dulu, menyiapkan perlengkapan ke kantor sendiri, membuat sarapan dan dihari minggu pun tidak ada quality time karena kamu lebih milih tidur seharian dibandingkan ngabisin waktu bareng, Mas," ucapnya seraya membalikan badan, kemudian melangkah pelan menuju pintu dapur.Kenyataan seakan menampar Gea dengan keras. Dia menyadari bahwa akhir-akhir ini dirinya sudah berlaku egois, dengan lebih mengutamakan dirinya sendiri dan mengabaikan bahwa masih ada sosok lain yang harus dia urus.Tinggal satu langkah melewati ambang pintu, Gea memanggil Nata dengan suara seraknya efek menangis. "Mas..."Nata bergumam. Berhenti sejenak untuk mendengar apa yang akan dikatakan sang istri."Maaf," sesal Gea sambil menangis. Segera wajahnya dia tutup menggunakan telapak tangan demi meredam isak tangis yang mulai keluar.Hening sesaat, sebelum Nata berkata. "Mending kamu mandi, terus ambil wudhu. Sebentar lagi maghrib," suruhnya sambil kembali melanjutkan langkah yang sempat terhenti.BersambungGea sudah terbangun dari tidurnya bahkan sebelum sinar mentari menyapa bumi. Sejak semalam dia meniatkan dalam hati ingin memperbaiki hubungannya dengan Nata yang sempat keruh karena kolak singkong.Tolong ingatkan Gea untuk segera membuang makanan lucknut itu.Sebelum turun ke dapur, Gea menyempatkan diri memandangi wajah sang suami yang terlihat lelap. Sejenak dia termenung, memikirkan kapan terakhir kalinya dia melakukan kegiatan favoritnya tersebut ketika bangun tidur.Tak ingin terlalu berlama-lama Gea segera bergegas menuju dapur, tempat dia akan mengeksekusi bahan-bahan menjadi makanan lezat. Berharap dengan begitu bisa mencairkan ketegangan diantara mereka.Butuh waktu sekitar satu jam sampai akhirnya makanan siap. Senyum puas terukir indah dikedua sudut bibir milik Gea. Dia sudah tidak sabar untuk segera membangunkan sang suami dan mengajaknya sarapan bersama.Namun begitu dia membalikan badan, Nata tiba-tiba sudah berdiri tak jauh dibelakangnya, lengkap dengan pakaian kantor
"Assalamu'alaikum..." Nata mengucap salam setelah membuka pintu rumah kediaman orang tuanya. Dari arah dapur tampak Lita muncul sambil membawa nampan berisi jus lalu berjalan menghampiri putranya. Seakan dia memang sudah menantikan kedatangannya."Wa'alaikum salam... Udah pulang kamu, Mas? Atau bolos dari kantor?" Nata mengernyit samar sebelum kemudian menggelengkan kepala, "Pulang, Bun," jawabnya singkat."Minum dulu sana, tuh udah Bunda buatin," Lita mengedikan kepalanya ke belakang dimana minuman itu diletakan.Mengerti kode dari sang Ibunda tercinta, Nata segera berjalan masuk ke dalam rumah kemudian duduk di sofa ruang tamu. Tangannya segera meraih gelas yang berada di atas meja lalu menenggaknya hingga tandas.Perlahan, Lita ikut mendudukan dirinya berdampingan dengan Nata. Setelah meletakan kembali gelas ke atas meja, Nata melarikan pandangan sepenuhnya pada wanita yang telah melahirkannya itu."Gea dimana, Bun?" tanya Nata to the point.Ya, tujuan Nata tidak lain dan tidak b
Niat ingin membantu Bunda Lita menyiapkan makan malam harus molor beberapa jam karena Nata yang tiba-tiba mode mesumnya kumat. Pria itu tidak mengizinkannya keluar kamar barang semenitpun, alhasil dari sore sampai menjelang makan malam Gea harus pasrah dikurung suaminya di dalam kamar.Mereka baru beranjak keluar setelah mendengar ketukan pintu dan seruan Bunda Lita yang menyuruh untuk segera ke bawah. Dengan rambut yang masih sedikit basah, Gea berjalan bersisian bersama Nata menuju meja makan.Nampak semua orang sudah menunggu disana, membuat Gea harus menundukan kepalanya sedikit sambil terus mengutuk tingkah suaminya beberapa jam lalu dalam hati.Sepertinya predikat menantu kurang ajar mulai melekat dibelakang namanya sekarang. Apalagi saat matanya bertabrakan dengan netra Dion yang menatapnya jahil sambil mengedipkan sebelah mata juga senyum tengilnya yang menyebalkan."Maaf ya, Bun. Gea gak bantuin masak tadi." sesal Gea saat sudah mendudukan tubuhnya dikursi.Bunda Lita tampak
Makin kesini Gea semakin yakin kalau suaminya adalah devinisi bunglon yang sesungguhnya. Jika di dunia nyata binatang reptil itu terlihat menakjubkan dengan keahliannya berubah warna, maka Nata merupakan gambaran manusia menyebalkan dengan perubahan emosinya yang tiba-tiba.Baru saja semalam Gea dibuat melayang akan sikap manis sang suami, tapi sekarang pria itu malah kembali berbuat ulah dengan menguji kesabarannya dipagi hari Sejak bangun dari tidur, Nata tak henti-hentinya menyuruh Gea melakukan ini dan itu. Mulai dari memintanya mengambilkan dasi padahal benda tersebut ada dihadapannya, merapihkan rambut, dan segala tetek bengek kebiasaan rutin yang dilakukan pria itu sebelum berangkat bekerja.Jika saja Gea tidak ingat nasihat Bunda Lita untuk tidak durhaka pada suami, sudah sejak tadi dia menjambak rambut Nata karena kesal. "Yang, kamu liat jam tangan, Mas gak?!" teriak Nata dari atas kamar.Dengan sedikit kasar Gea meletakan sepiring nasi goreng diatas meja makan yang untungn
"Hari ini jadwal saya apa saja?" Nata bertanya kepada Gea yang baru saja masuk ke dalam ruangannya sambil membawa beberapa berkas untuk segera ditanda tangani.Dengan cekatan, Gea segera memeriksa schedule yang sudah dia rampung untuk sebulan ke depan didalam i-pad yang selalu dibawanya."Hari ini Bapak ada rapat dengan Departemen Marketing pukul 10 nanti. Dilanjut pertemuan dengan investor dari PT Tjai Tji Constraction sampai jam makan siang," jelas Gea lancar.Nata hanya mengangguk sekilas tanpa perlu susah payah melihat ke arah Gea, karena fokusnya saat ini pada lembar-lembar berkas yang tengah dibolak-balik.Sekian detik berlalu dalam keheningan. Nata yang sibuk membubuhkan tanda tangannya dan Gea yang senantiasa berdiri dibelakang kursi pria itu. Jika kalian berpikir akan ada adegan-adegan intim yang terjadi saat keduanya bersama. Maka tolong segera hempaskan khayalan tersebut, karena nyatanya tidak ada perlakuan manis atau istimewa yang didapatkan Gea selama bekerja bersama sa
Ditengah kesadaran yang hanya 1 persen saja, Gea merasakan ranjang sebelah kanannya kosong tak berpenghuni, ketika tangannya mencoba meraba bagian tersebut.Dibukanya sedikit kelopak mata yang terasa berat demi bisa melihat keadaan luar lewat celah jendela yang mengintip malu-malu.Gea mendesah napas berat saat hanya gelap yang tertangkap oleh netranya. Kini bingung mulai melanda, antara melanjutkan tidur yang sempat terganggu atau bangun lalu mencari keberadaan Nata yang entah dimana rimbanya.Dengan rasa malas dan muka bantal miliknya, Gea memilih untuk beranjak dari ranjang tercinta. Bergerak pelan untuk mengambil baju tidur yang berserakan di lantai kemudian dipakainya cepat. Tanpa memakai alas kaki, Gea menuruni anak tangga satu persatu dengan hati-hati karena suasana rumah yang hanya diterangi cahaya temaram, akibat lampu utama yang tak dinyalakan.Tepat diundakan tangga terakhir Gea segera membelokan langkahnya ke bagian sudut kanan rumah, saat telinganya tanpa sengaja mendeng
Kebahagiaan terhaqiqi versi seorang Gea adalah ketika di pagi sabtu yang begitu cerah, tiba-tiba masuk sebuah notifikasi dari layar hp nya yang berisi informasi bahwa duit gajian sudah mengalir memenuhi ATM. Belum lagi ditambah uang jajan yang diberikan Nata, semakin membuat Gea bahagia bak disurga. Setelah melakukan rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga dan istri yang baik nan budiman, Gea segera membersihkan tubuhnya. Ditengah kesibukannya mempoles wajah menggunakan alat make up, baginda raja tiba-tiba terbangun lalu memusatkan seluruh atensinya pada Gea yang sedang menggunakan lipstik."Mau kemana?" tanya Nata dengan suara serak nan seksi khas bangun tidur. Tubuh bagian atasnya yang tak tertutupi apapun terpampang nyata begitu pria itu mengubah posisi menjadi duduk bersandar pada kepala ranjang.Gea berdecak pelan. Merasa kesal pada tubuhnya yang selalu bereaksi berlebihan jika dihadapkan dengan manusia penggoda iman tersebut.Laki gue gak ada akhlak banget pagi-pagi bikin kepenge
Gea memijat keningnya yang berdenyut nyeri akibat menatap tumpukan berkas yang tak pernah ada habisnya. Entah hanya perasaannya saja atau kertas-kertas itu memang selalu bertambah banyak setiap hari, membuat Gea tanpa sadar selalu mengerang frustasi.Dan belum sempat dia move on dari segala masalah per'berkas'an, kini sang suami justru ikut serta menambah beban pikirannya dengan terus mengeluarkan amukan level boncabe miliknya yang dapat merusak sel jaringan otak. Selama satu bulan ini, mulut Nata tak pernah absen mengucapkan kata-kata mutiara yang sangat membekas dihati para karyawan. Dan itu semua terjadi, tidak lain dan tidak bukan karena ulah Gea sendiri.Semenjak perbincangan dengan teman semasa SMA nya tempo hari, hari-hari Gea yang semula adem ayem tanpa beban, perlahan berubah dipenuhi kecemasan. Terlalu banyak kemungkinan-kemungkinan buruk yang bercokol di dalam kepala Gea, membuat wanita itu sering kali mengalami rasa gelisah secara berlebihan, hingga akhirnya berimbas pada
Terhitung sudah satu bulan Nata berada di Sumatera dan hingga saat ini pria itu belum bisa memastikan kapan dia akan pulang.Hampir setiap malam Nata akan melakukan video call untuk mengobati rasa rindu pada istri dan sang buah hati yang dia tinggalkan cukup lama.Meski alasan kepergiannya karena pekerjaan, namun tak dapat dipungkiri Nata merasa bersalah tiap kali dia mendengar rengekan putrinya di layar ponsel. Untuk itu, Nata berusaha keras menyelesaikan semua tanggung jawabnya secepat mungkin, agar dia bisa segera kembali ke Jakarta. Tidak ada kata libur bagi pria itu. Bahkan di hari weekend pun tetap dia habiskan dengan memeriksa beberapa lembaran dokumen.Nata menggerakkan lehernya yang terasa kaku akibat terlalu lama menatap layar monitor tanpa mengenal kata istirahat.Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Belum terlalu larut mengingat dia yang selalu tidur di atas jam 12. Diambilnya ponsel yang di letakkan samping tubuhnya, lalu menimbang apakah dia harus menghubungi Gea at
Malam sudah semakin larut, namun pasangan pasutri itu tak kunjung memejamkan mata. Saat ini, Nata sedang membantu Gea mengeringkan rambutnya menggunakan hair dryer. "Kenapa gak besok aja mandinya? Nanti sakit lagi malem-malem keramas," ucap Nata disela-sela kegiatannya yang sama sekali tak digubris, karena Gea terlalu sibuk menikmati pijatan lembut di kepalanya.Setelah selesai dan meletakkan kembali benda tersebut ke tempat semula, Gea memutuskan untuk menemani Nata makan malam.Sebenernya bisa dibilang ini bukan termasuk jam makan malam, mengingat waktu yang sudah menunjukkan pukul 1 dini hari.Tapi, berhubung Nata belum mengisi perut, jadi tak apa lah. Daripada nanti suaminya itu kelaparan dan tiba-tiba pingsan, kan tidak lucu.Usai memanaskan lauk, keduanya lalu duduk berdampingan di meja makan. Dengan setia, Gea menemani sang suami menghabiskan sedikit demi sedikit nasi di piring. Sesekali keduanya mengobrol diselingi candaan ringan, agar suasana tak terlalu sepi.Sedang asyik
Sebelum berangkat bekerja, Nata menyempatkan diri untuk mengantar anak beserta sang istri ke rumah kediaman orang tuanya.Dikarenakan sejak kemarin, Lita selalu menerornya untuk membawa sang cucu menginap di sana. Jengah terus-menerus di telepon, akhirnya hari ini Nata menuruti permintaan wanita paruh baya yang telah menyandang sebagai Oma tersebut. Dan setelah berkutat dengan banyaknya pekerjaan, kini waktunya pria itu untuk pulang. Hari hampir menjelang malam, ketika Nata berhasil memarkirkan mobilnya ke dalam garasi. Namun, ada sesuatu yang aneh sehingga memancing kerutan samar di kening Nata. Dilihatnya, tempat yang biasa diisi mobil sang ayah kini kosong, menandakan jika rumah kemungkinan dalam keadaan sepi tanpa penghuni.Sambil menenteng tas kerja dan jas yang telah dilepas, Nata berjalan gontai memasuki rumah seraya mengucapkan salam."Wa'alaikum salam..."Samar-samar dia mendengar seseorang menjawab dari arah dapur. Tak sampai satu menit, Gea datang dengan membawa segelas
Berkali-kali Gea menghembuskan napas lelah setiap dia melirik ke arah jam dinding.Sudah hampir jam 9 malam, tapi Gena tak kunjung mengantuk. Bayi montok itu justru masih aktif bermain dengan beberapa mainan yang berserakan di lantai.Setiap Gea berniat menidurkannya, maka Gena akan menjerit dan meronta, membuat wanita itu akhirnya memilih menyerah.Setelah memastikan bahwa Gena aman, Gea beranjak sejenak untuk mengambil ponsel miliknya yang berada di atas nakas. Sambil duduk di tepi ranjang dengan posisi menghadap langsung ke arah sang putri, Gea membuka fitur kamera lalu memotret Gena yang tengah duduk membelakangi.Daddy Gena :Send a picture.Bapak Direktur yang terhormat, tolong konfirmasi pulang jam berapa? Anaknya terlalu aktif gak mau tidur sementara Mommy nya udah ngantuk pake banget.Gea langsung meninggalkan roomchat, setelah pesan singkat berikut foto Gena berhasil dia kirim ke nomor sang suami.Selang beberapa menit kemudian, dering notifikasi panggilan suara terdengar m
Beberapa bulan kemudian...Nata perlahan membuka kedua matanya ketika dia merasakan ranjang di sebelahnya kosong tanpa penghuni.Merenggangkan sedikit tubuh, dia kemudian melirik jam dinding yang kini menunjukkan pukul 8 pagi lewat 45 menit.Untung saja ini hari minggu, jadi dia tidak perlu kejar-kejaran dengan waktu. Setelah nyawanya terkumpul sempurna, Nata kemudian bergegas keluar kamar untuk mencari keberadaan dua sosok yang sangat dia cintai.Tepat di anak tangga terakhir, Nata mendengar suara jeritan Gena dari arah halaman belakang rumah.Seketika insting seorang bapaknya keluar yang membuatnya langsung bergerak menuju sumber suara berasal.Begitu dia membuka pintu penghubung, rupanya apa yang dia pikirkan berbanding terbalik dengan yang tengah terjadi. Teriakan Gena barusan ternyata berasal karena Gea yang mengajak bayi gemoy itu bercanda. Dengan mendusel-dusel perutnya yang buncit dan sesekali menggigit-gigit gemas pergelangan kaki dan tangannya yang sudah mirip paha ayam.
Setelah menunggu selama berjam-jam, kabar mengenai kelahiran anak Gea akhirnya terdengar di telinga seluruh keluarga besar.Para orang tua beserta Dion yang sudah menunggu di depan pintu ruang persalinan, nampak menghela napas lega ketika suara tangis seorang bayi mengalun nyaring di dalam sana.Tak lama, pintu ruangan pun terbuka lalu munculah sosok Nata yang sejak awal sudah menemani Gea berjuang sehingga berhasil melahirkan anak mereka."Mas, gimana keadaannya? Gea sama cucu Bunda?" tanya Lita antusias bercampur cemas.Menyunggingkan senyum lemah, Nata bergerak memeluk tubuh sang ibu dengan erat seraya berkata pelan, "Makasih, Bun. Makasih udah berjuang ngelahirin, Nata. Mamas sayang, Bunda,"Diciumnya pipi Lita penuh perasaan sambil berurai air mata, membuat wanita paruh baya itu tak kuasa menahan tangis."Jadi, Ayah dan Suami yang baik untuk anak dan istri kamu," ucap Lita memberikan nasihat yang langsung diangguki Nata dengan mantap.Setelah sang ibunda, kini Nata beralih memelu
"DION TANGGUNG JAWAB, GAK?!" Suara teriakan Gea yang maha dahsyat menjadi alarm alami bagi Nata yang masih terlelap di dalam kamar.Niat ingin bangun siang di hari minggu terpaksa harus pupus, saat lantai bawah terdengar sangat gaduh dan berisik, membuat Nata terusik.Masih dengan mata yang mengantuk, dia berjalan menuruni anak tangga untuk melihat ada bencana apa lagi yang terjadi.Tepat di undakan tangga terakhir, perasaan ngantuk yang semula masih mendominasi seketika lenyap dalam sekejap, begitu kedua netra Nata menangkap objek sang istri tengah berusaha mengejar Dion dengan perutnya yang besar.Saking paniknya melihat adegan tersebut, Nata tanpa sadar berteriak memanggil nama sang istri."GEA!"Sontak Dion beserta Gea langsung terdiam di tempat.Berjalan cepat, Nata segera menghampiri sang istri yang tengah menatapnya takut-takut, "Kamu apa-apa'an sih? Ngapain lari-lari, nanti kalau jatuh gimana? Bahaya tau gak," Memilin kedua jemari sambil menundukkan kepala, Gea berujar lirih
Sekitar pukul 2 dini hari, Gea tiba-tiba terbangun dikarenakan perutnya yang mendadak terasa mulas. Dengan gerakan hati-hati, dia berusaha bangun dari posisi berbaringnya menjadi duduk bersandar pada kepala ranjang.Sesekali ringisan kecil keluar dari bibir Gea sembari tangannya terus melakukan gerakan memutar mengelus perut. Demi meminimalisir rasa tidak nyaman tersebut, Gea dengan teratur menarik napas panjang lalu menghembuskan nya secara perlahan.Namun tiap detik berlalu, bukannya berkurang rasa mulas itu justru semakin terasa. Tak tahan, Gea akhirnya beranjak turun dari atas ranjang kemudian melangkah pelan menuju kamar mandi.Selang beberapa menit, Nata yang tengah tertidur pulas, seketika terkejut karena tak mendapati sang istri berada di sampingnya. "Gea? Kamu dimana?" Rasa kantuk yang sebelumnya mendominasi, langsung sirna tergantikan dengan rasa panik yang datang menyerang. Saat samar telinganya mendengar suara gemericik air, Nata bergegas bangkit berdiri lalu mengetuk
Sejak beberapa jam yang lalu setelah memasuki ruangan, Nata tak henti-hentinya mengawasi gerak-gerik sang istri yang sangat mencurigakan.Meski wanita itu hanya duduk menyilang kan kaki di sofa dengan pandangan mata yang fokus pada layar ponsel, namun entah kenapa, Nata merasa Gea tengah merencanakan sesuatu. Pasalnya, selama dia mengenal sang istri tak pernah sekali pun dia melihat Gea tampil seberani ini dengan pakaian yang bisa dibilang dapat mengundang kaum para pejantan seketika kehilangan kewarasan."Pak?" "Ya?" Nata seketika tersadar dari kegiatannya memperhatikan sang istri saat mendengar seruan dari sang sekretaris.Ditatapnya David dengan alis terangkat seakan tengah bertanya, membuat pria itu meringis kecil karena rupanya Nata tak mendengarkan apa yang dia ucapkan barusan."Satu jam lagi, Bapak ada meeting dengan Divisi Marketing, Divisi Keuangan juga Staff yang bekerja di lapangan, untuk membahas progres mengenai pembangunan Cottage serta Bungalow yang berada Lombok,""S