"Habis ini kita nonton yuk, ada film romantis," ucap Bayu mesra waktu itu. "Tentu saja, kenapa tidak," jawabku dengan suara manja dan senyum terbaikku. Entah karena terbawa suasana film yang romantis atau karena aku jarang dibelai kami jadi berciuman sangat intens. Setelah keluar dari nonton film ada rasa ingin di sentuh lebih. Bayu memelukku mesra dari samping sambil tangannya sedikit menyentuh bagian sensitifku, aku yang memang haus dengan belaian tak menolak perlakuannya. "Ke hotel aja yuk Bay," ajakku sambil begelayut manja. "Apa mas Ardi gak masalah kalau kamu keluar lama?" ucap Bayu sambil menjawil daguku."Hari ini mas Ardi lembur sampe malem," ucapku menggoda. “Aku akan hubungi suster Tania jika mas Ardi telepon bilang aku sedang belanja bulanan,” ucapku meyakinkan Bayu. "Kalo gitu kita ke hotel yuk?" ajak Bayu sambil menggandeng tanganku cepat. Aku menjawabnya dengan anggukan dan senyum lebar. Ini adalah kali pertama aku akan melakukan dengan orang lain selain suamik
Sampai akhirnya ketika semua berkumpul di rumah Ibu karena Ibu sakit,ternyata mbak Sari punya vidioku sedang berciuman dengan Bayu di hotel. Jika vidio itu sampai ke mas Ardi mampus aku. Bukan aku takut berpisah, jika memang mas Ardi menceraikanku mungkin dengan mudah akan ku minta Bayu juga menceraikan Nisa dan kita menikah aku tau Bayu sudah bucin denganku karena sudah kecanduan servisku. Tapi aku lebih berat ke Tania, mas Ardi sangat dekat dengan Tania anak semata wayangku.Meskipun mas Ardi jauh dari memanjakanku tapi dia sangat perhatian pada anak kami sehingga Tania sangat bergantung pada mas Ardi."Tania,bunda beliin boneka gede niih," ucapku sambil memeluk Tania. "Ooh,, " jawab Tania cuek. "Kok Tania gitu si, gak suka sama bonekanya? mau di belikan lagi yang lain?" ucapku merayu. Ya semalam mas Ardi gak pulang karena urusan pekerjaan, dan tentu saja aku habiskan waktuku untuk bermalam bersama Bayu. Karena itu sekarang aku harus merayu putri kecilku biar nggak ngambek ka
Kembali ke mas Bagas. "Kapan Lee balik dari singapura?" tanya seseorang yang belum ku ketahui namanya di toko. "Belum tau Pak, kemungkinan masih lama katanya di sana sekitar sebulanan Pak, ada yang bisa saya bantu," jawabku sopan. "Oh iya begini, perkenalkan namaku Heru aku sahabat sekaligus rekan bisnis Lee," ucap Pak Heru sambil mengulurkan tangannya. "Saya Bagas Pak saya yang bertanggung jawab di toko ini," jawabku seraya menyalami Pak Heru. "Jadi saya sama Lee menjalin kerja sama untuk proyek pembangunan jembatan, kami sepakat kalau toko Lee ini akan menjadi pemasok utama segala kebutuhan material pembangunan jembatan itu sampai selesai," kata Pak Heru menjelaskan. "Masalahnya proses pengerjaannya akan segera dimulai tapi Lee malah pergi,kan saya yang repot jadinya," ujar Pak Heru panjang lebar. "Iya, ayahnya baru saja meninggal jadi Bos Lee harus pulang ke Singapura untuk waktu yang cukup lama karena harus mengurus bisnis ayahnya juga di sana, katanya begitu Pak," jawabku
"Mas Bagas,apa bos Lee masih belum bisa di hubungi?" tanya mbak Intan padaku. "Belum nih, menurut kalian aku harus gimana nih?" tanyaku meminta saran pada mbak Intan dan Andi. "Maaf ya Mas, bukannya saya mau sok menasehati,tapi seperti yang kita tahu kalau harga material itukan mahal apalagi untuk pembuatan jembatan tentu membutuhkan sangat banyak material," ucap Andi. "Jadi kalau saran saya ada uang ada barang, selama uangnya belum ada sebaiknya materialnya gak usah dikirim dulu Mas," lanjutnya. "Iya Mas sekarang saja sudah sampai ratusan juta," tambah mbak Intan. "Kalau seperti ini terus lama-lama uang modal habis, trus kita mau bayar pake apa kalau ada barang datang," ucap mbak Intan lagi. “Uang untuk gaji karyawan juga gak ada lho Mas,mereka gak akan mau tau kondisi toko tahunya setiap tanggal 1 Mas Bagas kasih gaji ke mereka,” ucap mbak Intan panjang lebar. "Masalahnya Pak Heru bilang dia sudah bayar ke bos Lee," jawabku putus asa. "Bos Lee kan tau perputaran uang di to
Seminggu berikutnya. "Aku sudah mengerahkan orang-orang kepercayaanku untuk mengurus masalah Heru itu," ucap bos Chintya. "Aku tidak bisa bertemu langsung dengannya, dan lagi meskipun aku bisa bertemu langsung kita tidak bisa menuntut karena kamu sudah tanda tangan atas nama toko," bentak bos Chintya padaku. "Aku tidak mau tau pokoknya kamu harus ganti semua kerugian toko, dan ingat kamu gak usah hubungi Lee karena kamu bisa mengganggu masa pemulihannya," ucapnya lagi seraya menunjuk mukaku. "Maaf Bos, tapi saya gak ada uang sebanyak itu Bos," ucapku memelas pada bos Chintya. "Lalu kamu mau lepas tangan dari tanggung jawabmu itu, pokoknya saya akan perkarakan masalah ini melalui jalur hukum," ancam bos Chintya. "Kamu silahkan bayar sejumlah kerugian toko atau kamu mau mendekam di penjara," ucap bos Chintya masih emosi. "Beri saya waktu Bos, saya akan usahakan uangnya segera," ucapku mengharap belas kasihan dari bos. "Ok saya tunggu," jawab bos Chintya sambil melangkah ke luar
"Assalamu'alaikum Dek," ucapku menyusul Sari di dapur. "Wa'alaikumussalam," jawab Sari kaget sekaligus bahagia sambil memelukku. "Mas kok bisa bebas padahal kan kita belum bayar uang tebusannya," ucap Sari sambil melepas pelukannya dan mencium punggung tanganku. "Ibu yang bebasin Dek" jawabku datar sambil menarik kursi dan duduk. "Kok Ibu gak bilang sama adek ya, Ibu langsung yang jemput mas?" tanya Sari sambil ikut duduk di depanku. "Sudahlah kita bersyukur saja karena mas sudah bisa pulang," jawabku masih datar. "Dek, mas mau keluar dulu ya," pamitku."Kemana mas,baru juga sampai rumah,gak kangen sama Rafif Mas, padahal kan sudah hampir sebulan Mas gak ketemu Rafif?" rengek Sari. "Kerumah Ibu," jawabku singkat. "Adek ikut Mas, adek mau berterimakasih sama Ibu," pinta Sari. "Gak usah lah biar mas aja cukup," potongku segera. "Kenapa Mas?" tanya Sari bingung. "Ya gak papa biar mas sendiri saja," ucapku sambil berlalu pergi tanpa menghiraukan ucapan Sari lagi. ***Sesampain
"Mah kok di rumah," tanya Adit sepulangnya dari main futsal. "Lha emang harus di mana? pertanyaanmu kok aneh lho," jawabku sambil senyum-senyum. "Gak di rumah eyang?" tanya Adit heran. "Emangnya kenapa harus di rumah eyang?" jawabku seraya mengernyitkan kening memandang Adit. "Tadi di rumah eyang rame, kaya lagi ada acara gitu,jadi Adit pikir Mamah juga di sana,emang acara apaan Mah?” tanya Adit lagi. "Ya mana mamah tau, mamah kan gak di sana, harusnya kamu tadi mampir, biar tau ada acara apaan," jawabku sambil mengulas senyum. Adit hanya tersenyum sambil menaikan bahunya. "Kenapa senyumnya kok gitu?" tanyaku penasaran. "Gak papa Mah lagi gak pengin ke rumah eyang, kapan-kapan aja," jawab Adit sambil berlalu ke kamar mandi. "Ya ya terserah kamu aja," jawabku asal. **"Belum tidur Dek?" ucap mas Bagas saat masuk rumah. "Udah jam berapa ini Mas, kok malem banget si pulangnya,dari mana?" tanyaku seraya menegakkan posisi duduk. "Kan sudah bilang ke rumah Ibu," jawab mas Bagas
"Dek kamu liat hpku?" ucap mas Bagas mengagetkanku. "Oh ini Mas," ucapku tegang sambil menyerahkan hp mas Bagas. "Ya udah aku berangkat ya," ucap mas Bagas sambil melangkah ke luar. “Eh Mas,” ucapku sambil menarik lengannya. “Ya...kenapa Dek?” jawab mas Bagas sambil membalikan badannya menghadapku. “Emm... hati-hati ya,” ucapku seraya mengulas senyum. “Ah, iyah,” jawab mas Bagas sambil menunjukan senyum terbaiknya seraya mengusap pucuk kepalaku. Mas Bagas pergi dan aku masih tak bisa berkata apa-apa.Aku masih diam mematung. Sepertinya ada yang tidak beres, apakah aku perlu buntuti mas Bagas."Adit...tolong jagain Rafif ya, mamah mau keluar sebentar," ucapku pada Adit. "Ok Mah, siap,” jawab Adit segera. Aku segera keluar mencari ojeg, mas Bagas sudah tidak keliatan tapi aku dengan yakin menuju arah rumah Ibu. Ojeg ku minta berhenti sebelum sampai di halaman rumah Ibu, benar saja di sana sedang ada tamu, dan ada satu perempuan yang menyita perhatianku. Apakah dia yang bernam