"Gas,proyeknya sudah hampir selesai paling juga gak sampai sebulan selesai," ucap mas Halim ketika makan siang. "Selesai gimana Mas, kan belum rampung ini bangungan," tanyaku bingung. "Tapi proyeknya di bubarkan gak tau kenapa, Pak Anto yang bilang kemarin, makanya sekarang beliau gak datang, lagi ngurusi berkas-berkas katanya," kata mas Halim sambil menghabiskan minumnya. "Duh, sayang sekali ya,aku berharap banyak di sini Mas, pendapatanku kan dari sini," ucapku lesu. "Makanya aku crita sekarang biar kamu bisa persiapan sebelum benar-benar berhenti." ucap mas Halim. "Mas sendiri rencananya mau kerja apa nanti?" tanyaku. "Aku mau pulang kampung, Bapaknya Niar sudah sepuh, sering sakit-sakitan, sudah lama mereka meminta kami untuk pulang kampung dan mengurus ternaknya," ucap mas Halim. "Tapi aku menundanya karena ingin pulang sekedar bawa apa gitu,buat orang tua, tapi nyatanya boro-boro bawa apa, bisa makan dan biaya sekolah lancar saja sudah Alhamdulillah," lanjutnya seraya men
"Sudah hampir magrib kok baru pulang Mas, ada lembur?" tanyaku sambil menyuguhkan kopi. "Nggak, tadi sebelum pulang ada ngobrol dulu sama pak Anto," jawab mas Bagas datar. "Mas mandi dulu Dek udah maghrib juga," ucap mas Bagas sambil berlalu ke kamar mandi. "Ya," jawabku singkat. "Dek, besok gak usah bikin nasi bungkus dulu ya, " kata mas Bagas seusai sholat maghrib. " Kenapa Mas?" tanyaku bingung. "Besok Mas gak ke proyek lagi," jawab mas Bagas. "Kenapa Mas?" tanyaku khawatir. "Barusan pak Anto telepon, mulai besok Mas kerja di toko bahan bangunan milik bos Lee, karena pengerjaan proyek akan dihentikan dalam waktu dekat," terang mas Bagas. "Gak tau juga alasan pastinya apa, yang jelas mas sudah dicarikan kerjaan gantinya sama Pak Anto," lanjutnya. "Ooh Pak Anto baik banget Mas sampai nyariin kerjaan lain buat gantinya," ucapku lega. "Iya pak Anto memang baik, kebetulan pemilik toko bahan bangunan ini bos Lee namanya, kenal baik sama pak Anto," jawab mas Bagas. "Mas Halim
"Mas Bagas istrinya dateng nih nyariin," panggil mbak intan kasir toko ini. "Iya Mbak saya datang," jawabku setengah berteriak. "Ada masalah apa sampai Sari datang ke sini," batinku. "Dek ada apa, kok sampai nyusul ke sini?" tanyaku khawatir sambil berjalan mendekat. "Ini Mas adek bawain makan siang,” ucap Sari semangat sambil menunjukan rantangnya. “Adek bawa banyak nih barangkali teman-teman Mas juga ada yang berkenan nyobain masakanku," ucap Sari sambil menyodorkan rantang besar. “Adek kok bisa sampai sini, tau alamatnya dari siapa?” tanyaku khawatir. “Tadi mbak Niar yang tanyain ke mas Halim,” jawab Sari sambil menyunggingkan senyum. "Dek, di sini sudah di siapin makan siang dari bos," ucapku masih mematung.“Ooo gitu,trus gimana ini Mas, jadi mubadzir dong ini,” ucap Sari kecewa. “Kamu si mau bawa makanan gak ngabari Mas dulu,” ucapku sambil menggandeng Sari ke pinggiran toko. “Soalnya sudah terlanjur belanja banyak kemarin, adek gak tau kalau hari ini Mas pindah kerja,
Sepulangnya dari mengantar makanan ke toko,seperti biasa aku pulang dengan naik angkot. Ketika mobil angkot berhenti di perempatan lampu merah aku melihat Sinta dan Bayu sedang bermesraan di dalam mobil.Apesnya seketika itu Sinta juga melihat keberadaanku. Kemudian dia segera merubah posisi duduknya dan menatapku tajam,matanya seperti hampir lepas dari tempatnya. Untung aku segera bisa menguasai diri, aku mencoba bersikap tenang dan tersenyum mengejek padanya.Aku tak mau terlihat lemah di depannya, meskipun nyatanya aku shok berat. [Awas kamu kalau berani macam-macam denganku] satu pesan masuk dari Sinta. [Bukan Aku yang sudah berani macam-macam, tapi Kamu] balasku segera kemudian menatapnya dengan menampilkan senyum ejekan.[Lihat saja akan ku buat perhitungan jika kamu sampai berani padaku] balas Sinta. [ Aku tunggu ] balasku cepat. Sesaat aku dan Sinta saling menatap tajam, sampai akhirnya mobil yang kami tumpangi masing-masing melaju. Takkan gentar apalagi takut aku mengh
“Iya jadi mulai besok kamu gak akan saya gaji tiap bulannya Gas,” ucap bos Lee masih senyum senyum. Membuatku semakin penasaran saja. Aku masih diam tanpa komentar sambil menunggu ucapan bos Lee selanjutnya dengan deg degan. "Setiap bulan akan ada rekap hasil penjualan, nanti 30 persen untukmu 30 persen masuk saya 30 persen untuk modal 10 persen untuk urusan gaji karyawan," kata bos Lee menjelaskan. “Jadi saya gak akan gaji kamu lagi, tapi kamulah yang ngurus gajimu sendiri,” ucap bos Lee sambil tertawa. "jadi bayaran kamu adalah 30 persen dari total keuntungan bersih,jadi semakin banyak barang yang keluar semakin banyak pendapatan kamu," lanjutnya lagi. "Apa saya pantas mendapatkan itu semua Bos, padahal saya gak ada modal sama sekali di sini bagaimana bisa saya dapat bagian keuntungan?" kataku ragu-ragu. “Kemudian perlu kamu tau setelah ini kamu jangan berharap bonus lagi, saya gak akan memberimu bonus ya, kamu cari bonus kamu sendiri bisa?!” ucap bos Lee tegas. “Bos bisa saj
"Assalamu'alaikum Dek..." Mas Bagas langsung menghampiriku di belakang dengan terburu-buru lalu memelukku. "Wa'alaikumsalam.. ada apa ini Mas?" tanyaku kaget sambil melepas pelukan mas Bagas. Kemudian mas Bagas langsung menceritakan semua yang terjadi di toko. Aku hanya mampu berucap syukur dengan bahagia.Aku sungguh bersyukur dengan tanggungjawab baru mas Bagas. "Alhamdulillah Mas.. Segala masalah yang kita hadapi kemarin satu persatu terjawab sudah, benar-benar segala musibah pasti membawa berkah," ucapku besyukur sambil memeluk mas Bagas. "Dek sudah lama kita gak menengok Ibu, besok kan mas libur kerja, kalau besok ke rumah Ibu gimana?" tanya mas Bagas terlihat ragu. Seketika aku teringat tentang Sinta dan Bayu. "Gimana Dek? ditanya malah melamun," ucap mas Bagas mengagetkanku. "Oh iya iya Mas, besok kita jenguk Ibu ke rumah," jawabku gamang. "Ada apa Dek? ada masalah?" tanya mas Bagas seraya menatapku lekat. "Nggak, gak ada masalah aku cuma teringat Ibu yang sudah la
Awalnya Aku ragu menerima tugas baru dari bos Lee, ragu dengan kemampuanku yang masih baru. Juga khawatir dengan teman-teman senior yang mungkin tidak terima dengan keputusan bos dan akan membuat masalah kedepannya.Tetapi ternyata mereka bekerja secara profesional dan sportif. Kami semua di sini bisa bekerja sama dengan baik. Setelah beberapa bulan aku bekerja akhirnya rumah yang dulu ngontrak sekarang bisa kebeli meskipun dengan kredit tapi aku senang karena ada hasil yang nyata dari pekerjaanku. Aku pun sekarang ke mana-mana dengan mengendarai mobil, mobil ini mobil bekas bos Lee.Meskipun mobil bekas namum masih tergolong bagus karena bos Lee merawatnya dengan baik, ini pun aku dapatkan dengan kredit tanpa dp pada bos Lee. Hidupku sudah semakin baik.Rumah punya kendaraan pun ada. Hampir setiap hari aku mengunjungi Ibu dan membawa oleh-oleh untuk Ibu.Berkali-kali Ibu memintaku untuk tinggal bersama di sana tapi aku tau itu akan membuat Sari tidak nyaman sehingga sebisa mungk
Hari ini semua kumpul di rumah Ibu, tak terkecuali Ardi dan Hastuti bersama keluarga masing-masing. Karena hari ini terasa begitu panas, aku membuat es teh untuk semua orang di sini. Tak lama setelah aku menyajikan es teh, Sinta membawa kopi dan meletakan di depan Bayu. Semua orang sibuk dengan kegiatannya masing-masing,sehingga tidak ada yang menyadari hal itu. Aku tak tahan membiarkan kejadian ini berlalu begitu saja. "Bayu meskipun panas begini lebih suka minum kopi panas daripada es teh ya," ucapku sengaja ku buat keras. Semua orang menoleh ke arah Bayu, dan Sinta terlihat panik. "Sejak kapan ada kopi di sini, Mas Bayu bikin kopi sendiri?" tanya Nisa bingung. "Kamu si Nis, gak buatin Bayu kopi jadinya Sinta yang buatin kopinya Bayu," Sindirku."Ya tadi aku pengin ngopi trus Bayu nitip sekalian jadi aku bikin juga buat Bayu," jawab Sinta tenang tapi tetap terlihat panik di mataku. "Kenapa Mas Bayu gak minta Nisa buat bikinin Mas?" tanya Nisa. "Ya Aku pikir tadi kamu sibuk
"Alhamdulillah sekarang Rehan udah bisa pulang," ucapku seraya memeluk Rehan. "Ayah mana Bun? katanya mau jemput Rehan?" tanya Rehan seraya memandang arah pintu. "Mungkin sebentar lagi datang, atau sepertinya Ayah akan langsung menyusul ke rumah," jawabku menyemangati Rehan. "Tapi Rehan takut Ayah gak datang," ucap Rehan dengan tertunduk lesu. "Bunda telepon Ayah sekarang yah," ucapku seraya meraih hpku di tas. "Iya Bunda, telepon sekarang cepat, Rehan mau pulang sama Ayah," ucap Rehan begitu semangat. "Rehan mau pulang ke tempat Ayah?" tanyaku cemas. "Iya, kan kemarin Bunda bilang, kalau Rehan udah sembuh Rehan boleh ikut Ayah," jawabnya dengan mata berkaca. Aku seperti tak mau merelakan, tapi juga tak kuasa merusak kebahagiaan Rehan yang baru sembuh dari sakitnya. "Bunda akan tepati janji Bunda kan," ucap Rehan menyadarkanku. "Iya Iyah, tentu saja," jawabku gugup. "Kalo gitu Bunda telepon Ayah sekarang, Rehan pengin mainan sama Ayah cepet," ucap Rehan seraya menggoyang-go
"Mbak Sari aku minta nasehatnya aku minta sarannya aku lagi bingung banget Mbak," rengekku pada mbak Sari. "Apa yang kamu lakukan sudah benar, sudah serahkan saja pada dokter tugas kamu sekarang tinggal berdo'a," jawab mbak Sari bijak. "Masalahnya sudah tiga hari panasnya belum turun juga, dan Rehan terus saja memanggil Ayahnya, dokter juga menyarankan untuk segera memanggil Ayahnya," ucapku ragu. "Apa gak sebaiknya kamu beritahu Bayu tentang keadaan Rehan sekarang," ucap mbak Sari memberi saran. "Itu dia masalahnya Mbak, aku sempat berfikir jika Rehan bisa melewati masa ini maka Rehan akan benar-benar bisa lepas dari Bayu," ucapku penuh harap. "Jika Rehan sudah bisa lepas dari Bayu maka aku akan segera mengajukan permohonan cerai,” ucapku ragu. “Tapi keadaan Rehan sekarang membuatku bingung juga, baiknya gimana ya Mbak," lanjutku dengan putus asa. "Aku tau ini hal yang berat untukmu, tapi ini juga berat buat Rehan, mungkin untuk saat ini, kamu ngalah dulu aja ya, biarkan Rehan
"Tania mau mampir dulu gak?" tanya Niar ketika sampai di rumah tantenya Niar. "Udah malam ya, besok-besok aja, udah main seharian mau istirahat dulu ya Tan," ucapku menolak. "Apa kita mampir dulu sebentar Yah, sebentar aja," rayu Tania padaku. "Kan udah main seharian ini, besok juga ketemu lagi sama tantenya," bujukku. "Sebentar aja, sebentaaaaar banget Yah," Tania terus saja merengek. "Ya sudah tapi bentaran aja," ucapku menyerah. "Oke, makasih Ayah," ucap Tania seraya ke luar mobil. Aku pun menepikan mobilku kemudian turun dari mobil. "Kayaknya ada tamu di dalam?" tanyaku seraya berjalan ke dalam. "Kayaknya si iya," jawab Niar dengan terus melanjutkan langkahnya. "Assalamu'alaikum," ucap kami serempak di depan pintu. "Wa'alaikumsalam.. " jawab serempak orang-orang dari dalam. Kemudian Niar membuka pintu dan masuk rumah, aku dan Tania lekas mengikutinya. "Niar ini Halim sudah lama nungguin kamu," ucap tantenya Niar. Aku mendekat menyalami semua orang di dalam tak lupa T
"Tunggu-tunggu, kok Mbak Niar bisa kenal juga sama suaminya Bening, dan berarti Bening masih punya suami?" ucap Nisa terlihat bingung. "Kan sudah ku bilang, gak ada yang gak aku ketahui," jawab Niar dengan khas sombongnya. "Tadi kebetulan kami lihat mereka di rumah makan yang kami datangi," jawabnya lagi menjelaskan. "Dia kayaknya masih berstatus istri orang tapi kemungkinan besar dia akan menceraikan suaminya, karena di lihat tadi dia sudah gak mau lagi peduli sama suaminya," ucap Niar yakin. Sekarang aku tau kenapa Niar begitu tertarik ingin tau masalah Bayu tadi, ternyata benar dia ingin membantu Nisa, aku yang kakanya bahkan tak ada usaha apapun untuk membantunya. "Terus untuk Rehan gimana Mbak, gimana kalau Bayu menuntut hak asuh anak juga," ucap Nisa khawatir. "Sebernarnya kalau Bayu terbukti dengan kuat dia selingkuh maka hak asuh anak akan jatuh padamu Nis," ucapku meyakinkan. "Tapi, percuma juga Rehan bersamaku kalau dia terus-terusan maunya sama ayahnya," keluh Nisa.
"Assalamu'alaikum.. " ucapku seraya mengetuk pintu rumah Nisa. "Wa'alaikumsalam.. Oh Om Ardi Rehan kira Ayah yang pulang," ucap Rehan sambil membuka pintu rumah.“Siapa yang datang Re?” tanya Nisa dari dalam. “Tania Bun,” jawab Rehan. "Eh Mas Ardi kok sama mbak Niar, ada Tania juga sini masuk," ucap Nisa mempersilahkan kami masuk. "Duduk Mas, Mbak aku ambil minum dulu ya," ucap Nisa seraya berjalan ke belakang. "Kopi ya Nis," ucap Niar sedikit berteriak. "Iya Mbak,Mas Ardi juga kopi?" ucap Nisa juga berteriak. "Ya boleh," jawabku. "Rehan kok sedih, Rehan gak suka ya aku datang ke sini?" tanya Tania murung. "Suka kok, aku cuma kangen Ayah, Ayah sudah lama gak pulang," ucap Rehan sedih. "Kamu telepon aja, vidio call sama Ayahmu," ucap Tania memberi saran. "Bunda sudah mencoba, tapi Ayah gak bisa di hubungi," jawab Rehan putus asa. "Pakai ponsel Ayahku aja sini," ucap Tania seraya menggandeng tangan Rehan mendekat padaku. "Ayah coba telepon Ayahnya Rehan Yah," pinta Tania pa
"Akhirnya bisa jalan-jalan dan makan di luar sama tante Niar, Tania seneng banget deh," ucap Tania semangat. "Jalan-jalannya memang udah tapi makannya belum, jangan bilang udah makan, tante lapar ini," ucap Niar seraya mengusap perutnya dengan ekspresi memelas. Niar nih lucu banget bersamanya bener-bener rame dan gak ada bosennya. "Oh iya kita baru mau makan ya, Tante jangan nangis dong yuk kita makan makanan kesukaan Tante," ucap Tania seraya menggandeng Niar ke dalam. "Mereka terlihat begitu kompak, Niar benar-benar memposisikan diri seperti teman bagi Tania," batinku. "Ayah kenapa senyum-senyum sendiri, ayo cepat masuk ini tante sudah kelaparan," ucap Tania mengagetkan dari lamunanku. "Aduh aw," teriak Niar karena tertabrak oleh orang tak di kenal. Untung saja aku sudah berada di dekatnya sehingga aku bisa menopang tubuhnya agar tidak jatuh. "Heh punya mata gak si, main tabrak aja!" teriak Niar. "Kamu gak papa?" tanyaku khawatir seraya membantunya berdiri tegak. "Heh berh
"Assalamu'alaikum mbak Sari gimana keadaanmu?" tanya Ardi masuk ruangan. "Wa'alaikumsalam Alhamdulillah baik Di, mas Bagas kasih tau kamu kalau aku di rumah sakit?" tanya mbak Sari. "Nggak Mbak, Tania merengek minta ke rumah Mbak Sari katanya pengin main sama tante Niar, waktu aku datang sepi, kata art nya Mbak lagi di rawat jadi aku langsung ke sini aja," jawabku jujur. "Tapi kalau di rumah sakit kan gak mungkin main, entar bisa di semprot sama pasien sebelah," jawab Niar sambil tertawa. "Ya gak papa gak main dulu nanti mainnya kalau tante Sari sudah sehat dan sudah di rumah," jawab Tania dengan logat lucunya. "Ini aku bawakan makanan buat mbak Sari buat Niar juga," ucapku seraya menyodorkan kantong makanan. "Aku sudah makan, makanan dari rumah sakit tadi Di, kalian aja makan kebetulan mbak Niar belum makan tuh," ucap mbak Sari. "Tapi kamu makan buahnya ya Sar, ini sudah aku kupasin," ucap Niar seraya menyodorkan buah yang sudah dipotong di piring. "Iya Mbak, ya sudah kalian
"Kok bayi si, Mbak Sari hamil lagi?" tanyaku tak percaya. "Iya Nis aku lagi hamil," jawab mbak Sari dengan tersenyum. "Kalau dia gak sedang hamil mana mungkin dia bertahan dengan kakamu yang kurang ajar itu," ucap mbak Niar emosi. "Jaga omonganmu Mbak, bagaimanapun mas Bagas itu suamiku, aku tetap gak terima kamu ngatain dia begitu," ucap mbak Sari terlihat emosi. "Iya Sar, maaf maaf, suasananya benar-benar membuatku gak bisa nahan emosi nih," jawab mbak Niar seraya cengengesan. "Alesan aja kamu Mbak, pokonya aku gak mau ya, denger kamu ngatain mas Bagas lagi," ucap mbak Sari tegas. "Iya Sari aku janji," jawab mbak Niar seraya nyengir. "Apakah Mbak Sari juga berniat untuk cerai sama mas Bagas?" tanyaku memastikan. "Ya waktu itu memang sempat terfikir untuk cerai, wanita mana yang tahan dimadu Nis," jawab mbak Sari dengan tertunduk."Tapi aku kan gak boleh egois, aku juga harus memikirkan bayiku ini, jadi aku coba berdamai dengan keadaan aku akan coba menerima takdir ini," ucap
"Apa kamu sungguh bisa bantu aku Mbak?" tanyaku tak sabar. "Yah kamu gimana udah pernah ngajuin buat cerai belum?" tanya mbak Niar seperti menuntutku. "Yah gimana, aku belum bisa cerai karena Bayu terus saja mempengaruhi anakku," keluhku. "Katanya sekarang sudah hampir sebulan gak pulang?" tanya mbak Niar menegaskan. "Iyah tapi pengaruhnya Bayu yang dulukan masih ada sampe sekarang, kalau aku cerai maka aku yang di salahkan sama Rehan dan bisa-bisa Rehan gak mau lagi sama aku," keluhku. "Eh kamu cari perempuan buat godain suamimu, kalau dia udah jatuh cinta suruh cewe itu buat rayu suamimu agar menceraikanmu dan meninggalkan anakmu," ucap mbak Niar."Kasih aja perempuan itu semua hartamu, perempuan macam itu pasti bakal seneng banget," lanjutnya yakin. "Nanti kamu tunjukkan ke anakmu kalau suamimu yang ngusir kamu, kasih liat dia kalau dia juga gak butuh anakmu, biar anakmu tau siapa yang salah," ucap mbak Niar mantab. "Tapi selama ini Bayu tuh gak pernah naruh hati sama peremp