Beranda / Romansa / Suami yang Kuperjuangkan / Bab 131 Kalau diteruskan gak akan ada ujungnya

Share

Bab 131 Kalau diteruskan gak akan ada ujungnya

Penulis: Azfa arroyyan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kok baru pulang si Mas, apa kamu mau nginep di rumah sakit setiap hari," ucapku kesal pada mas Bagas yang baru saja masuk rumah.

"Semalam aku mau pulang tapi Ani mengeluh sakit lagi, ya gak mungkin aku tinggalkan kalau kondisinya begitu," ucap mas Bagas membela diri.

"Setiap hari juga akan begitu Mas, bukankah dia tinggal di rumah sakit karena hal itu," ucapku sewot.

"Ya karena itu kamu harus maklum kalau aku sering lama di sana memang kondisinya begitu," jawab mas Bagas.

"Tapi aku juga butuh kamu Mas, aku juga istrimu dan aku juga sedang hamil," ucapku tegas.

"Iya Dek, kamu memang istriku dan juga sedang hamil, karena itu aku buru-buru pulang sepagi ini untuk memastikan keadaanmu baik-baik saja," ucap mas Bagas dengan penekanan di setiap katanya.

"Tapi kamu baru pulang setelah semalaman meninggalkanku Mas," ucapku kesal.

"Harusnya kamu menyambut kedatanganku dengan hangat, bukannya dengan muka di tekuk dan kata-kata tak menyenangkan begini Dek," ucap mas Bagas mulai terlihat ke
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 132 Tante melayani Ayah

    Sekarang ke Bayu"Tante masih di sini tante nginep di sini," tanya Rehan padaku di pagi hari. "Iya tante kan harus di sini buat melayani Ayah," ucapku genit. "Kan ada Bunda, kenapa harus tante yang melayani Ayah?" tanya Rehan polos. "Yang tante layani beda sama Bundamu," jawabku dengan menyeringai. "Tante habis mandi? kenapa masih pakai handuk begitu cepat pakai baju nanti masuk angin," ucap Rehan serius. "Ini karena tante mau melayani Ayah Re, nanti kamu ke kamar tamu ya, tante kasih liat cara tante melayani Ayah biar kamu tau," rayuku lembut. Rehan masih diam tapi aku cukup tau kalau ada rasa penasaran di fikirannya. Aku segera masuk kamar di mana Bayu berada dan tidak menguncinya justru sengaja ku buka sedikit. Aku masuk dan mulai membuka handukku, kemudian langsung menuju titik sensitif Bayu, meski dia masih tidur tidak akan mungkin dia menolak ku. Dan benar saja ketika kami sudah memulai permainan aku melihat Rehan sedang ada di depan pintu yang sedikit terbuka itu.Sial

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 133 Dulu setiap hari keramas

    "Assalamu'alaikum Mbak Sari," ucap Ardi di depan pintu. "Wa'alaikumsalam masuk Di," ucapku seraya membuka pintu. "Eh ada Tania juga, sini masuk," ucapku mempersilahkan masuk. "Mbak Sari lagi sakit ya?" tanya Ardi. "Nggak kok cuma agak capek aja nih," jawabku. "Nggak jualan Mbak?" tanya Ardi lagi. "Nggak lagi pengen istirahat lagi capek," jawabku seraya tersenyum. "Aku mau minta tolong Mbak," ucap Ardi ragu. "Ada apa Di, kalau aku bisa bantu inshaAllah aku akan bantu," jawabku sungguh-sungguh. "Aku ada tugas luar kota selama tiga hari, kalau Mbak Sari tidak keberatan aku mau menitipkan Tania di sini selama aku pergi," ucap Ardi ragu. "Ooh begitu, ya gak papa Di," ucapku tulus. "Iya karena aku rasa gak ada tempat lagi selain di sini, kalau di tempat Nisa kan masih ada Bayu, jadi aku kayaknya gak bisa menitipkan Tania di sana," ucap Ardi dengan mengusap-usap kepala Tania. "Aku faham Di, iya gak papa di titipkan di sini saja," ucapku serius. "Tapi Mbak Sari terlihat kurang se

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 134 Ku harap urusanmu gak akan selesai

    "Itu adiknya Bagas yang istrinya selingkuh sama suami adiknya Bagas?" tanya mbak Niar blak-blakan. "Iya betul itu dia," jawabku agak berbisik. "Jadinya mereka cerai Sar? apa hak asuh anak jatuh ke dia atau kebetulan sekarang giliran anaknya lagi tinggal sama dia," cecar mbak Niar padaku. "Ardi melakukan banyak hal demi hak asuh anak, dia sangat menginginkan anaknya seratus persen jadi haknya,” ucapku menjelaskan. “Dan sekarang dia bahkan tak mengizinkan anaknya bertemu dengan Ibunya," lanjutku panjang lebar. "Tapi kasihan anaknya kalau kaya gitu Sar," protes mbak Niar tak terima. "Katanya sebelum mereka bercerai istrinya sudah sangat sering meninggalkan Tania, jadi Tanianya juga gak terlalu dekat dengan Ibunya,” ucapku membela Ardi. “Bahkan ketika Ardi menawarkan Tania untuk ketemu Ibunya katanya Tania menolak," jelasku panjang lebar. "Ooh... begitu, kalau adiknya Bagas yang perempuan sudah cerai belum atau mereka memilih damai?" tanya mbak Niar penasaran. "Nisa ingin sekali

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 135 Mendingan galak gak di jajah suami

    "Tania.... Ayah pulang," ucap Ardi seraya memeluk Tania yang sedang bermain dengan mbak Niar di teras. "Ayah... kenapa cepat sekali Ayah pulang," ucap Tania cemberut. "Kok Tania ngomongnya begitu, Tania gak kangen sama Ayah," ucap Ardi pura-pura ngambek. "Kangen si, tapi males pulang di rumah gak ada teman main," ucap Tania lesu. "Ayah punya mainan baru nih buat teman Tania main di rumah," bujuk Ardi. "Tapi kalau di sini seneng ada tante Niar," ucap Tania girang. "Ya besok-besok kita main ke sini lagi ya, tapi sekarang pulang dulu, kasihan tante Sari ngurusin kamu di sini lama-lama," ucap Ardi seraya mengusap kepala Tania. "Tante Sari seneng kok ada Tania, katanya tante Sari pengen punya anak perempuan kaya Tania,” ucap Tania girang. “Makanya tante Sari seneng kalau Tania tinggal di sini, iya kan Tante Niar, Tante Niar juga seneng main sama Tania ya Tan," ucap Tania meyakinkan. "Iya iya, tapi sekarang pulang dulu ya, besok kita ke sini lagi," bujuk Ardi lagi. "Tapi Ayah jan

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 136 Perempuan ingusan

    "Dia ini siapa Bay," tanya Sinta emosi. "Kenapa kamu harus marah, posisi kalian kan sama," jawab Bayu cuek. "tentu saja beda, aku kan yang terbaik," ucapku seraya bergelayut manja pada Bayu. "Itukan dulu, sekarang sudah tidak berlaku lagi," ucap Bayu seraya menyingkirkan tanganku dari tubuhnya. "Ada apa ini Bay, kemarin kan kita masih baik-baik saja," ucapku emosi. "Sudah ku bilang kan itu kemarin," ucap Bayu tanpa ragu. "Sayang... sudahlah ayo kita berangkat," ucap perempuan itu genit seraya menggandeng tangan Bayu. "Oke yuk," ucap Bayu seraya beranjak dari duduknya. "Bayu! kamu gak bisa kaya gini dong kamu kan tau gak ada yang lebih baik dariku," teriakku. "Lupakan saja tentang kata-kata itu, sekarang kenyataannya berbeda," ucap Bayu sambil berlalu pergi. "Sialan siapa perempuan itu, kenapa Bayu bisa berpaling sampai sebegitu," gumamku kesal. "Bayu kamu gak bisa melakukan ini padaku, Bayu..." ucapku memohon seraya menarik tangan Bayu. "Ya sudah kamu tenang aja, nanti kal

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 137 Kamu seperti Ustadz

    "Hai," sapa Ardi pada Niar di teras rumah Sari. "Datang tuh ya ngasih salam, jangan kaya di hutan," jawab Niar nyolot. "Iya iya Assalamu'alaikum," ucap Ardi seraya tersenyum. "Wa'alaikumsalam, nah gitu dong kan enak di dengernya," jawab Niar keras. "Kamu tuh bisa gak si, sekali-kali ngomongnya gak usah pake ngegas, lembut dikit kan enak di dengernya," ucap Ardi. "Memang udah begini dari sananya, udah setelannya begini gak bisa di rubah," jawab Niar semakin ngegas. "Eh jangan ngegas-ngegas gitu ntar cepet tua lho," ledekku sambil menampilkan senyum terbaik. "Kamu bilang aku tua! kamu menghinaku mau ku hajar kamu hah!" ucap Niar seraya menatap mataku tajam dan menyingsingkan lengan bajunya. Aku sempat terkesima dengan pandangan matanya yang begitu tajam, tapi kemudian buyar karena mendengar tawa Tania. "Tania kenapa kamu ketawa," ucapku merajuk pada Tania. "Habisnya kalian lucu, kenapa Ayah bisa kalah dari tante Niar," ucap Tania dengan masih tertawa. "Siapa bilang ayah kalah

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 138 Terlihat semakin mempesona

    "Ini adalah kata-kata dari temanku waktu aku mengeluhkan bebanku saat tau Bundanya Tania berulah,” ucapku jujur. “Kata-kata ini yang menguatkanku juga menyadarkanku agar aku tetap waras waktu itu," ucapku antusias seraya menampakan senyum terbaik untuk Niar. "Itu benar, karena marah, ngamuk, atau bahkan membunuh sama sekali tidak bisa menyelesaikan masalah," ucap Niar semangat. "Akupun melalui banyak hal sampai di titik cuek seperti ini, waktu pertama aku tau suamiku berhianat rasanya dunia ini hancur," lanjutnya dengan pandangan lurus ke depan. "Dan waktu itu anaklah yang membuat kita kembali bangkit, iya kan?" ucapku yakin. "Iya benar, dan syukurnya aku juga masih ada orang tua dan sodara yang menguatkanku, tapi tentu masalahku tak seberat masalahmu karena istrimu berhianat dengan sodaramu," ucap Niar ragu. "Menurutku sama saja, dengan siapapun mereka bersama, namanya tetap berhianat,dan tetap menyakitkan kan?" ucapku mantab. “Iya juga si,” jawab Niar singkat.Sepertinya dia

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 139 Aku sudah lakukan yang terbaik

    "Mas apa kamu mau pulang sekarang?" tanya Anita padaku. "Iyah, kan kamu sudah ada yang menemani nanti, perawat bilang kondisimu juga stabil," jawabku memberi alasan. "Mas, apakah tidak bisa satu malam saja kamu menemaniku, setiap hari kamu tidur di rumah, aku ingin di temani Mas," rengek Anita. "Aku kan sudah dari siang di sini, lagipula paginya aku harus ke toko kalau tidur di rumah aku bisa tidur lebih nyenyak dan jarak toko juga lebih dekat," ucapku menjelaskan. "Apa kamu tidak nyenyak kalau tidur bersamaku Mas," ucap Anita sedih. "Bukan begitu, tapi suasana rumah sakit kan beda dengan di rumah," jawabku apa adanya. "Aku bahkan tidak punya pilihan lain selain tidur di rumah sakit setiap hari, aku juga tidak nyenyak tidur di sini," keluh Anita. "Iya aku tau, kamu sabar ya, sebentar lagi anak kita akan lahir dan kamu tak perlu lagi tinggal di rumah sakit, kamu sabar ya," ucapku seraya memeluknya. "Makanya temani aku Mas, aku butuh kamu," ucap Anita memohon. "Maaf An, kamu ta

Bab terbaru

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 149 Ayah gak pernah maksa

    "Alhamdulillah sekarang Rehan udah bisa pulang," ucapku seraya memeluk Rehan. "Ayah mana Bun? katanya mau jemput Rehan?" tanya Rehan seraya memandang arah pintu. "Mungkin sebentar lagi datang, atau sepertinya Ayah akan langsung menyusul ke rumah," jawabku menyemangati Rehan. "Tapi Rehan takut Ayah gak datang," ucap Rehan dengan tertunduk lesu. "Bunda telepon Ayah sekarang yah," ucapku seraya meraih hpku di tas. "Iya Bunda, telepon sekarang cepat, Rehan mau pulang sama Ayah," ucap Rehan begitu semangat. "Rehan mau pulang ke tempat Ayah?" tanyaku cemas. "Iya, kan kemarin Bunda bilang, kalau Rehan udah sembuh Rehan boleh ikut Ayah," jawabnya dengan mata berkaca. Aku seperti tak mau merelakan, tapi juga tak kuasa merusak kebahagiaan Rehan yang baru sembuh dari sakitnya. "Bunda akan tepati janji Bunda kan," ucap Rehan menyadarkanku. "Iya Iyah, tentu saja," jawabku gugup. "Kalo gitu Bunda telepon Ayah sekarang, Rehan pengin mainan sama Ayah cepet," ucap Rehan seraya menggoyang-go

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 148 Rehan akan ikut Ayah

    "Mbak Sari aku minta nasehatnya aku minta sarannya aku lagi bingung banget Mbak," rengekku pada mbak Sari. "Apa yang kamu lakukan sudah benar, sudah serahkan saja pada dokter tugas kamu sekarang tinggal berdo'a," jawab mbak Sari bijak. "Masalahnya sudah tiga hari panasnya belum turun juga, dan Rehan terus saja memanggil Ayahnya, dokter juga menyarankan untuk segera memanggil Ayahnya," ucapku ragu. "Apa gak sebaiknya kamu beritahu Bayu tentang keadaan Rehan sekarang," ucap mbak Sari memberi saran. "Itu dia masalahnya Mbak, aku sempat berfikir jika Rehan bisa melewati masa ini maka Rehan akan benar-benar bisa lepas dari Bayu," ucapku penuh harap. "Jika Rehan sudah bisa lepas dari Bayu maka aku akan segera mengajukan permohonan cerai,” ucapku ragu. “Tapi keadaan Rehan sekarang membuatku bingung juga, baiknya gimana ya Mbak," lanjutku dengan putus asa. "Aku tau ini hal yang berat untukmu, tapi ini juga berat buat Rehan, mungkin untuk saat ini, kamu ngalah dulu aja ya, biarkan Rehan

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 147 Kita perbaiki semuanya

    "Tania mau mampir dulu gak?" tanya Niar ketika sampai di rumah tantenya Niar. "Udah malam ya, besok-besok aja, udah main seharian mau istirahat dulu ya Tan," ucapku menolak. "Apa kita mampir dulu sebentar Yah, sebentar aja," rayu Tania padaku. "Kan udah main seharian ini, besok juga ketemu lagi sama tantenya," bujukku. "Sebentar aja, sebentaaaaar banget Yah," Tania terus saja merengek. "Ya sudah tapi bentaran aja," ucapku menyerah. "Oke, makasih Ayah," ucap Tania seraya ke luar mobil. Aku pun menepikan mobilku kemudian turun dari mobil. "Kayaknya ada tamu di dalam?" tanyaku seraya berjalan ke dalam. "Kayaknya si iya," jawab Niar dengan terus melanjutkan langkahnya. "Assalamu'alaikum," ucap kami serempak di depan pintu. "Wa'alaikumsalam.. " jawab serempak orang-orang dari dalam. Kemudian Niar membuka pintu dan masuk rumah, aku dan Tania lekas mengikutinya. "Niar ini Halim sudah lama nungguin kamu," ucap tantenya Niar. Aku mendekat menyalami semua orang di dalam tak lupa T

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 146 Tak ada yang tidak ku ketahui

    "Tunggu-tunggu, kok Mbak Niar bisa kenal juga sama suaminya Bening, dan berarti Bening masih punya suami?" ucap Nisa terlihat bingung. "Kan sudah ku bilang, gak ada yang gak aku ketahui," jawab Niar dengan khas sombongnya. "Tadi kebetulan kami lihat mereka di rumah makan yang kami datangi," jawabnya lagi menjelaskan. "Dia kayaknya masih berstatus istri orang tapi kemungkinan besar dia akan menceraikan suaminya, karena di lihat tadi dia sudah gak mau lagi peduli sama suaminya," ucap Niar yakin. Sekarang aku tau kenapa Niar begitu tertarik ingin tau masalah Bayu tadi, ternyata benar dia ingin membantu Nisa, aku yang kakanya bahkan tak ada usaha apapun untuk membantunya. "Terus untuk Rehan gimana Mbak, gimana kalau Bayu menuntut hak asuh anak juga," ucap Nisa khawatir. "Sebernarnya kalau Bayu terbukti dengan kuat dia selingkuh maka hak asuh anak akan jatuh padamu Nis," ucapku meyakinkan. "Tapi, percuma juga Rehan bersamaku kalau dia terus-terusan maunya sama ayahnya," keluh Nisa.

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 145 Sekarang jadi Bunda Niar

    "Assalamu'alaikum.. " ucapku seraya mengetuk pintu rumah Nisa. "Wa'alaikumsalam.. Oh Om Ardi Rehan kira Ayah yang pulang," ucap Rehan sambil membuka pintu rumah.“Siapa yang datang Re?” tanya Nisa dari dalam. “Tania Bun,” jawab Rehan. "Eh Mas Ardi kok sama mbak Niar, ada Tania juga sini masuk," ucap Nisa mempersilahkan kami masuk. "Duduk Mas, Mbak aku ambil minum dulu ya," ucap Nisa seraya berjalan ke belakang. "Kopi ya Nis," ucap Niar sedikit berteriak. "Iya Mbak,Mas Ardi juga kopi?" ucap Nisa juga berteriak. "Ya boleh," jawabku. "Rehan kok sedih, Rehan gak suka ya aku datang ke sini?" tanya Tania murung. "Suka kok, aku cuma kangen Ayah, Ayah sudah lama gak pulang," ucap Rehan sedih. "Kamu telepon aja, vidio call sama Ayahmu," ucap Tania memberi saran. "Bunda sudah mencoba, tapi Ayah gak bisa di hubungi," jawab Rehan putus asa. "Pakai ponsel Ayahku aja sini," ucap Tania seraya menggandeng tangan Rehan mendekat padaku. "Ayah coba telepon Ayahnya Rehan Yah," pinta Tania pa

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 144 Dia ini anakku

    "Akhirnya bisa jalan-jalan dan makan di luar sama tante Niar, Tania seneng banget deh," ucap Tania semangat. "Jalan-jalannya memang udah tapi makannya belum, jangan bilang udah makan, tante lapar ini," ucap Niar seraya mengusap perutnya dengan ekspresi memelas. Niar nih lucu banget bersamanya bener-bener rame dan gak ada bosennya. "Oh iya kita baru mau makan ya, Tante jangan nangis dong yuk kita makan makanan kesukaan Tante," ucap Tania seraya menggandeng Niar ke dalam. "Mereka terlihat begitu kompak, Niar benar-benar memposisikan diri seperti teman bagi Tania," batinku. "Ayah kenapa senyum-senyum sendiri, ayo cepat masuk ini tante sudah kelaparan," ucap Tania mengagetkan dari lamunanku. "Aduh aw," teriak Niar karena tertabrak oleh orang tak di kenal. Untung saja aku sudah berada di dekatnya sehingga aku bisa menopang tubuhnya agar tidak jatuh. "Heh punya mata gak si, main tabrak aja!" teriak Niar. "Kamu gak papa?" tanyaku khawatir seraya membantunya berdiri tegak. "Heh berh

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 143 Gak akan bertemu lagi

    "Assalamu'alaikum mbak Sari gimana keadaanmu?" tanya Ardi masuk ruangan. "Wa'alaikumsalam Alhamdulillah baik Di, mas Bagas kasih tau kamu kalau aku di rumah sakit?" tanya mbak Sari. "Nggak Mbak, Tania merengek minta ke rumah Mbak Sari katanya pengin main sama tante Niar, waktu aku datang sepi, kata art nya Mbak lagi di rawat jadi aku langsung ke sini aja," jawabku jujur. "Tapi kalau di rumah sakit kan gak mungkin main, entar bisa di semprot sama pasien sebelah," jawab Niar sambil tertawa. "Ya gak papa gak main dulu nanti mainnya kalau tante Sari sudah sehat dan sudah di rumah," jawab Tania dengan logat lucunya. "Ini aku bawakan makanan buat mbak Sari buat Niar juga," ucapku seraya menyodorkan kantong makanan. "Aku sudah makan, makanan dari rumah sakit tadi Di, kalian aja makan kebetulan mbak Niar belum makan tuh," ucap mbak Sari. "Tapi kamu makan buahnya ya Sar, ini sudah aku kupasin," ucap Niar seraya menyodorkan buah yang sudah dipotong di piring. "Iya Mbak, ya sudah kalian

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 142 Lebih baik jika taka ada teman

    "Kok bayi si, Mbak Sari hamil lagi?" tanyaku tak percaya. "Iya Nis aku lagi hamil," jawab mbak Sari dengan tersenyum. "Kalau dia gak sedang hamil mana mungkin dia bertahan dengan kakamu yang kurang ajar itu," ucap mbak Niar emosi. "Jaga omonganmu Mbak, bagaimanapun mas Bagas itu suamiku, aku tetap gak terima kamu ngatain dia begitu," ucap mbak Sari terlihat emosi. "Iya Sar, maaf maaf, suasananya benar-benar membuatku gak bisa nahan emosi nih," jawab mbak Niar seraya cengengesan. "Alesan aja kamu Mbak, pokonya aku gak mau ya, denger kamu ngatain mas Bagas lagi," ucap mbak Sari tegas. "Iya Sari aku janji," jawab mbak Niar seraya nyengir. "Apakah Mbak Sari juga berniat untuk cerai sama mas Bagas?" tanyaku memastikan. "Ya waktu itu memang sempat terfikir untuk cerai, wanita mana yang tahan dimadu Nis," jawab mbak Sari dengan tertunduk."Tapi aku kan gak boleh egois, aku juga harus memikirkan bayiku ini, jadi aku coba berdamai dengan keadaan aku akan coba menerima takdir ini," ucap

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 141 Perempuan seperti apa mainannya

    "Apa kamu sungguh bisa bantu aku Mbak?" tanyaku tak sabar. "Yah kamu gimana udah pernah ngajuin buat cerai belum?" tanya mbak Niar seperti menuntutku. "Yah gimana, aku belum bisa cerai karena Bayu terus saja mempengaruhi anakku," keluhku. "Katanya sekarang sudah hampir sebulan gak pulang?" tanya mbak Niar menegaskan. "Iyah tapi pengaruhnya Bayu yang dulukan masih ada sampe sekarang, kalau aku cerai maka aku yang di salahkan sama Rehan dan bisa-bisa Rehan gak mau lagi sama aku," keluhku. "Eh kamu cari perempuan buat godain suamimu, kalau dia udah jatuh cinta suruh cewe itu buat rayu suamimu agar menceraikanmu dan meninggalkan anakmu," ucap mbak Niar."Kasih aja perempuan itu semua hartamu, perempuan macam itu pasti bakal seneng banget," lanjutnya yakin. "Nanti kamu tunjukkan ke anakmu kalau suamimu yang ngusir kamu, kasih liat dia kalau dia juga gak butuh anakmu, biar anakmu tau siapa yang salah," ucap mbak Niar mantab. "Tapi selama ini Bayu tuh gak pernah naruh hati sama peremp

DMCA.com Protection Status