"Dia ini siapa Bay," tanya Sinta emosi. "Kenapa kamu harus marah, posisi kalian kan sama," jawab Bayu cuek. "tentu saja beda, aku kan yang terbaik," ucapku seraya bergelayut manja pada Bayu. "Itukan dulu, sekarang sudah tidak berlaku lagi," ucap Bayu seraya menyingkirkan tanganku dari tubuhnya. "Ada apa ini Bay, kemarin kan kita masih baik-baik saja," ucapku emosi. "Sudah ku bilang kan itu kemarin," ucap Bayu tanpa ragu. "Sayang... sudahlah ayo kita berangkat," ucap perempuan itu genit seraya menggandeng tangan Bayu. "Oke yuk," ucap Bayu seraya beranjak dari duduknya. "Bayu! kamu gak bisa kaya gini dong kamu kan tau gak ada yang lebih baik dariku," teriakku. "Lupakan saja tentang kata-kata itu, sekarang kenyataannya berbeda," ucap Bayu sambil berlalu pergi. "Sialan siapa perempuan itu, kenapa Bayu bisa berpaling sampai sebegitu," gumamku kesal. "Bayu kamu gak bisa melakukan ini padaku, Bayu..." ucapku memohon seraya menarik tangan Bayu. "Ya sudah kamu tenang aja, nanti kal
"Hai," sapa Ardi pada Niar di teras rumah Sari. "Datang tuh ya ngasih salam, jangan kaya di hutan," jawab Niar nyolot. "Iya iya Assalamu'alaikum," ucap Ardi seraya tersenyum. "Wa'alaikumsalam, nah gitu dong kan enak di dengernya," jawab Niar keras. "Kamu tuh bisa gak si, sekali-kali ngomongnya gak usah pake ngegas, lembut dikit kan enak di dengernya," ucap Ardi. "Memang udah begini dari sananya, udah setelannya begini gak bisa di rubah," jawab Niar semakin ngegas. "Eh jangan ngegas-ngegas gitu ntar cepet tua lho," ledekku sambil menampilkan senyum terbaik. "Kamu bilang aku tua! kamu menghinaku mau ku hajar kamu hah!" ucap Niar seraya menatap mataku tajam dan menyingsingkan lengan bajunya. Aku sempat terkesima dengan pandangan matanya yang begitu tajam, tapi kemudian buyar karena mendengar tawa Tania. "Tania kenapa kamu ketawa," ucapku merajuk pada Tania. "Habisnya kalian lucu, kenapa Ayah bisa kalah dari tante Niar," ucap Tania dengan masih tertawa. "Siapa bilang ayah kalah
"Ini adalah kata-kata dari temanku waktu aku mengeluhkan bebanku saat tau Bundanya Tania berulah,” ucapku jujur. “Kata-kata ini yang menguatkanku juga menyadarkanku agar aku tetap waras waktu itu," ucapku antusias seraya menampakan senyum terbaik untuk Niar. "Itu benar, karena marah, ngamuk, atau bahkan membunuh sama sekali tidak bisa menyelesaikan masalah," ucap Niar semangat. "Akupun melalui banyak hal sampai di titik cuek seperti ini, waktu pertama aku tau suamiku berhianat rasanya dunia ini hancur," lanjutnya dengan pandangan lurus ke depan. "Dan waktu itu anaklah yang membuat kita kembali bangkit, iya kan?" ucapku yakin. "Iya benar, dan syukurnya aku juga masih ada orang tua dan sodara yang menguatkanku, tapi tentu masalahku tak seberat masalahmu karena istrimu berhianat dengan sodaramu," ucap Niar ragu. "Menurutku sama saja, dengan siapapun mereka bersama, namanya tetap berhianat,dan tetap menyakitkan kan?" ucapku mantab. “Iya juga si,” jawab Niar singkat.Sepertinya dia
"Mas apa kamu mau pulang sekarang?" tanya Anita padaku. "Iyah, kan kamu sudah ada yang menemani nanti, perawat bilang kondisimu juga stabil," jawabku memberi alasan. "Mas, apakah tidak bisa satu malam saja kamu menemaniku, setiap hari kamu tidur di rumah, aku ingin di temani Mas," rengek Anita. "Aku kan sudah dari siang di sini, lagipula paginya aku harus ke toko kalau tidur di rumah aku bisa tidur lebih nyenyak dan jarak toko juga lebih dekat," ucapku menjelaskan. "Apa kamu tidak nyenyak kalau tidur bersamaku Mas," ucap Anita sedih. "Bukan begitu, tapi suasana rumah sakit kan beda dengan di rumah," jawabku apa adanya. "Aku bahkan tidak punya pilihan lain selain tidur di rumah sakit setiap hari, aku juga tidak nyenyak tidur di sini," keluh Anita. "Iya aku tau, kamu sabar ya, sebentar lagi anak kita akan lahir dan kamu tak perlu lagi tinggal di rumah sakit, kamu sabar ya," ucapku seraya memeluknya. "Makanya temani aku Mas, aku butuh kamu," ucap Anita memohon. "Maaf An, kamu ta
"Assalamu'alaikum Mbak Sari," ucap Nisa masuk rumah. "Wa'alaikumsalam, Sari lagi di kamar mandi sebentar lagi juga ke luar," jawab tamu mbak Sari. "Kamu yang dulu ngasih liat aku vidio suamiku ya?" tanyaku terkejut. "Iya betul, gak usah kaget begitu, aku juga masih hafal kalau kamu adiknya Bagas yang diselingkuhi sama iparmu sendiri," jawab si mbak blak-blakan. "Kok kamu di sini Mbak?" tanyaku masih bingung. "Kamu lupa aku kan temannya Sari jadi wajar aku di sini,” jawabnya acuh. “Lagi pula kalau aku gak di sini kasihan Sari sendirian di rumah, abangmu tuh gak pernah di rumah," ucap si mbak dengan nada tinggi. "Maksudnya mas Bagas?" tanyaku ragu. "Ya iyalah masa Ardi, Ardi mah gak masalah kalau gak di sini juga," ucap si mbak cuek. "Kamu kenal mas Ardi juga?" tanyaku semakin bingung. "Gak ada yang gak aku tau, kalau kamu mau tau cara ceraikan suamimu sini tanya padaku," ucap si mbak sombong. "Kamu tau tentang masalahku juga?" tanyaku tak percaya. "Sudah ku bilang aku tau
"Apa kamu sungguh bisa bantu aku Mbak?" tanyaku tak sabar. "Yah kamu gimana udah pernah ngajuin buat cerai belum?" tanya mbak Niar seperti menuntutku. "Yah gimana, aku belum bisa cerai karena Bayu terus saja mempengaruhi anakku," keluhku. "Katanya sekarang sudah hampir sebulan gak pulang?" tanya mbak Niar menegaskan. "Iyah tapi pengaruhnya Bayu yang dulukan masih ada sampe sekarang, kalau aku cerai maka aku yang di salahkan sama Rehan dan bisa-bisa Rehan gak mau lagi sama aku," keluhku. "Eh kamu cari perempuan buat godain suamimu, kalau dia udah jatuh cinta suruh cewe itu buat rayu suamimu agar menceraikanmu dan meninggalkan anakmu," ucap mbak Niar."Kasih aja perempuan itu semua hartamu, perempuan macam itu pasti bakal seneng banget," lanjutnya yakin. "Nanti kamu tunjukkan ke anakmu kalau suamimu yang ngusir kamu, kasih liat dia kalau dia juga gak butuh anakmu, biar anakmu tau siapa yang salah," ucap mbak Niar mantab. "Tapi selama ini Bayu tuh gak pernah naruh hati sama peremp
"Kok bayi si, Mbak Sari hamil lagi?" tanyaku tak percaya. "Iya Nis aku lagi hamil," jawab mbak Sari dengan tersenyum. "Kalau dia gak sedang hamil mana mungkin dia bertahan dengan kakamu yang kurang ajar itu," ucap mbak Niar emosi. "Jaga omonganmu Mbak, bagaimanapun mas Bagas itu suamiku, aku tetap gak terima kamu ngatain dia begitu," ucap mbak Sari terlihat emosi. "Iya Sar, maaf maaf, suasananya benar-benar membuatku gak bisa nahan emosi nih," jawab mbak Niar seraya cengengesan. "Alesan aja kamu Mbak, pokonya aku gak mau ya, denger kamu ngatain mas Bagas lagi," ucap mbak Sari tegas. "Iya Sari aku janji," jawab mbak Niar seraya nyengir. "Apakah Mbak Sari juga berniat untuk cerai sama mas Bagas?" tanyaku memastikan. "Ya waktu itu memang sempat terfikir untuk cerai, wanita mana yang tahan dimadu Nis," jawab mbak Sari dengan tertunduk."Tapi aku kan gak boleh egois, aku juga harus memikirkan bayiku ini, jadi aku coba berdamai dengan keadaan aku akan coba menerima takdir ini," ucap
"Assalamu'alaikum mbak Sari gimana keadaanmu?" tanya Ardi masuk ruangan. "Wa'alaikumsalam Alhamdulillah baik Di, mas Bagas kasih tau kamu kalau aku di rumah sakit?" tanya mbak Sari. "Nggak Mbak, Tania merengek minta ke rumah Mbak Sari katanya pengin main sama tante Niar, waktu aku datang sepi, kata art nya Mbak lagi di rawat jadi aku langsung ke sini aja," jawabku jujur. "Tapi kalau di rumah sakit kan gak mungkin main, entar bisa di semprot sama pasien sebelah," jawab Niar sambil tertawa. "Ya gak papa gak main dulu nanti mainnya kalau tante Sari sudah sehat dan sudah di rumah," jawab Tania dengan logat lucunya. "Ini aku bawakan makanan buat mbak Sari buat Niar juga," ucapku seraya menyodorkan kantong makanan. "Aku sudah makan, makanan dari rumah sakit tadi Di, kalian aja makan kebetulan mbak Niar belum makan tuh," ucap mbak Sari. "Tapi kamu makan buahnya ya Sar, ini sudah aku kupasin," ucap Niar seraya menyodorkan buah yang sudah dipotong di piring. "Iya Mbak, ya sudah kalian