Share

Bab 2

Penulis: Azzura
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Ketika tersadar kembali, aku terbaring di sofa rumah. Hatiku masih tegang. Begitu melihat Lionel keluar dari dapur dengan membawa sepotong kue, tubuhku sampai gemetar saking ketakutannya.

Aku terkejut saat menyadari bahwa semua luka tusukan di tubuhku menghilang secara ajaib. Bahkan rasa sakitnya pun seolah-olah tidak pernah muncul sebelumnya.

Tatapan Lionel tetap lembut seperti biasa, "Kamu masih syok? Ayo, cepat makan kuenya. Bukankah kamu terus merengek ingin makan kue dari toko ini beberapa waktu yang lalu? Aku sudah mengantri dari jam lima pagi."

"Selamat ulang tahun Helena cantik. Semoga kamu bahagia selalu."

Bahagia selalu!

Aku menatap erat lengan kanan Lionel yang utuh itu. Aku sampai berkeringat dingin saking terkejutnya.

Aku terlahir kembali pada hari kecelakaan Lionel. Adegan berdarah dari kehidupanku sebelumnya masih tergambar jelas di benakku. Tanpa memedulikan tubuhku yang sedang demam tinggi, aku berusaha mati-matian ingin melarikan diri. Aku ingin melarikan diri dari iblis ini.

Lionel merasa bingung. Dia mengira dia telah melakukan kesalahan lagi yang membuatku marah. Dia mengikutiku keluar dari kompleks perumahan dengan memegang kue di tangannya.

Aku berlari semakin cepat. Semakin berlari, aku menjadi semakin sadar, lalu aku pun perlahan-lahan berhenti.

Benar juga, hari ini adalah hari ulang tahunku, dan itu adalah sehari sebelum kecelakaan mobil terjadi. Awalnya, kami sepakat untuk membuat kerajinan tangan bersama di sore hari. Asal aku nggak minum teh susu itu di tengah perjalanan dan membiarkan Lionel pergi dari hadapanku, asal semua tragedi ini nggak terjadi, maka kami tetaplah kami.'

Hari-hari yang penuh kasih dan indah itu terus terlintas dalam ingatanku. Aku menyadari bahwa aku masih mencintai Lionel.

Aku membuat keputusan. Aku ingin mengubah segalanya.

Aku berbalik dan melihat Lionel mengejarku keluar dengan tubuh yang bercucuran keringat. Dengan senyuman yang dipaksakan, dia berkata, "Bagaimana? Aku sudah menyiapkan kejutan untukmu. Apakah kamu terkejut?"

Lionel dengan lembut mengusap hidungku dengan tangannya, "Sudah sebesar ini, masih saja nakal, benar-benar anak yang iseng. Kalau kamu membuatku takut seperti ini lagi lain kali, aku nggak akan membiarkanmu makan kue yang aku buat."

Lionel mengambilkan sepotong kue dan menyuapinya untukku. Kue itu sangat manis sampai-sampai membuat hatiku merasa sedih.

Syukurlah, sekarang dia masih menjadi kekasihku yang sempurna, seorang pemuda yang penuh semangat.

Setelah makan siang, aku memanfaatkan harapan ulang tahunku agar Lionel bisa menemaniku seharian penuh untuk menahannya tidak keluar. Kami duduk di sofa sambil menonton film. Melihat waktu yang terus berlalu, aku rasanya seperti sedang menghadapi musuh yang tangguh. Akhirnya, jarum jam sudah melewati pukul enam, aku pun langsung menghela napas lega.

Lionel menatapku dengan ekspresi aneh di wajahnya, "Kok aku merasa kamu seperti akan pergi ke medan perang? Kenapa kamu begitu gugup? Apakah kamu akan cemas karena sudah mau sidang skripsi? Tenang saja, ada aku. Aku nggak akan membiarkan Putriku nggak lulus."

Aku tersenyum tenang kepadanya.

"Ngomong-ngomong, kamu mau minum teh susu? Bukankah terakhir kali kamu bilang kalau kamu ingin minum teh susu rasa talas yang baru dikeluarkan oleh Dom Dom? Aku akan membelikannya untukmu."

Napas yang baru saja lega tiba-tiba naik ke tenggorokanku. Aku langsung menariknya dengan panik, "Nggak, aku nggak mau minum. Aku nggak mau minum teh susu hari ini."

Melihat Lionel menatapku lekat, seolah mencurigai jika aku sakit, aku langsung memegang tangannya dan berkata dengan manja, "Aku baru bisa libur hari ini, jadi aku hanya ingin tinggal bersamamu lebih lama. Kamu nggak bersedia menemaniku?"

Lionel mengelus kepalaku dengan penuh kasih, "Bodoh, apa pun maumu akan aku turuti."

Aku menahannya sampai jam delapan malam. Aku pikir waktunya sudah cukup, sehingga aku pergi ke kamar mandi untuk mandi. Saat mandi, aku mendengar telepon Lionel berdering, lalu samar-samar terdengar, "Baik, Pak, aku akan segera mengantarkannya .... "

Aku bertanya kepada Lionel melalui pintu kaca, "Kamu mau keluar?"

Lionel segera mengenakan jaketnya, "Dosen pembimbing kampus kita bilang kalauada orang dari luar negeri yang berkunjung hari ini, jadi dia meminta kita untuk mengirimkan karya kelulusan kita ke sana. Mungkin kita bisa mendapatkan kuota untuk dikirim ke luar negeri terlebih dulu. Mana karyamu? Aku juga akan mengantarkannya sekalian ke sana."

Tanpa alasan lain, aku merasa sedikit panik.

Aku menghibur diriku sendiri bahwa tidak apa-apa, waktu itu telah lama berlalu. Lagi pula, jalan menuju kampus berlawanan arah dengan tempat kecelakaan mobil Lionel di kehidupan sebelumnya. Setelah dia keluar, aku terus merasa khawatir. Aku meneleponnya setiap sepuluh menit dan menyuruhnya pulang lebih awal.

Satu jam kemudian, telepon Lionel sudah tidak dapat dihubungi lagi. Aku tahu bahwa telah terjadi sesuatu.

Aku mengabaikan rambutku yang belum kering, lalu mengenakan jaket dan bergegas pergi. Sesampainya di sekolah, aku diberitahu bahwa Lionel telah pergi satu jam yang lalu. Aku berlari kencang di jalan, berharap kemunculanku dapat mencegah tragedi ini. Namun, tetap saja terlambat.

Di tengah jeritan yang tak terhitung jumlahnya dan di bawah cahaya malam yang gelap, aku melihat sekali lagi adegan mobil yang menggilas lengan Lionel bolak balik.

Bau darah, rasa nyeri, dan hawa dingin, membuatku membeku seketika di tempat.

"Sopirnya masih pemula. Dia baru saja mendapatkan SIM. Siapa sangka, hal ini akan terjadi pada hari pertama dia menyetir. Katanya, dia bisa memberi kompensasi kepadamu sebesar 10 miliar. Kalian berdamai saja."

Di depan ruang ICU, polisi menasihatiku seperti itu.

Aku berlari ke arahnya seperti orang gila dan menampar sopir itu, "Damai? Gimana damainya? Dia seorang pelukis. Tanpa tangan kanan, menurutmu, bagaimana dia bisa melukis selama sisa hidupnya? Kalian nggak hanya mengambil sebuah lengannya, tapi juga nyawanya! Dan nyawaku juga!"

Sylvia Juanda, yang merupakan sahabatku, melangkah maju dan meraihku, "Helen, jangan seperti itu. Sekarang Lionel membutuhkan uang untuk pengobatan. Kita sangat membutuhkan uang itu. Lengannya hilang, kita masih dapat memikirkan cara. Kalau nyawanya hilang, bagaimana pertanggungjawabanmu kepada orang tua Lionel?"

Aku benar-benar merasa putus asa, "Kalau begitu, berikan nyawaku saja. Aku nggak ingin Lionel menjadi seperti ini. Aku ingin dia sembuh. Aku ingin tangan kanannya menjadi sembuh."

Sylvia tidak tahan lagi dan menamparku dengan keras, "Helena, sadarlah. Semua ini sudah terjadi, apa yang bisa kamu lakukan? Sekarang hidup atau mati Lionel masih belum pasti. Dia masih menunggumu membuat keputusan untuk menyelamatkan hidupnya, tapi kamu malah menyalahi diri sendiri di sini. Apa gunanya!"

Aku terjatuh duduk ke lantai. Dinginnya lantai menyedot hawa panas dari tubuhku. Saat ini, aku seperti mayat duduk yang sedang menunggu panggilan penguasa akhirat.

Gelombang ketakutan memenuhi diriku. Sylvia terus menasihatiku bahwa setidaknya nyawa Lionel masih bisa terselamatkan dan masih ada harapan. Aku berbaring di bahunya dan menangis sesengukkan. Sylvia tidak bisa mengerti bahwa harapannya telah sirna sejak awal.

Bab terkait

  • Suami yang Aku Nikahi Ingin Menghabisi Nyawaku   Bab 3

    Lionel diopname di rumah sakit selama dua bulan. Pada hari dia keluar rumah sakit, aku datang menjemputnya dan bertemu dengan keluarga pelaku. Aku sudah tidak seemosional saat berada di depan ruang ICU. Aku malah menyapa mereka dengan tenang.Dalam dua bulan, berat badan Lionel turun drastis. Sorot matanya tidak secemerlang sebelumnya dan ditutupi dengan lapisan kesedihan yang tak terlukiskan. Pemuda yang tampak bersemangat di masa lalu akhirnya sekarang berubah menjadi pemuda yang lusuh.Setelah pulang ke rumah, aku mulai menghindari Lionel. Pengalaman di kehidupan sebelumnya menjadi mimpi buruk yang tidak bisa aku hilangkan.Lionel awalnya sudah merasa rendah diri. Melihatku seperti ini, dia menjadi semakin pesimis. Dia sering marah padaku, "Kamu pasti menganggapku orang yang nggak berguna, makanya kamu ingin meninggalkanku, 'kan? Bukan, kamu sebenarnya sudah lama ingin meninggalkanku. Jangan kira aku nggak tahu, kamu sudah lama berselingkuh dengan si Teddy, seniormu itu. Sekarang, a

  • Suami yang Aku Nikahi Ingin Menghabisi Nyawaku   Bab 4

    Dari mulut Lionel, aku mendengar cerita yang sangat berbeda.Dalam cerita itu, aku dan Lionel masih menjadi pasangan kekasih yang sempurna. Sejak kecil, dia telah bertekad untuk menjadi sosok seperti Vicasso dan Vincent. Dengan kuasnya, dia akan menggambar dunia milik kami berdua.Yang berbeda dengan ingatanku adalah di dunianya, aku menyaksikan dengan mata kepala sendiri sebuah kecelakaan mobil besar saat tiga bulan sebelum pernikahan kami. Sejak saat itu, Lionel menemukan ada yang tidak beres dengan diriku.Aku sering membayangkan orang yang mengalami kecelakaan mobil itu adalah Lionel ataupun diriku sendiri. Aku sering berdiri di balkon dengan membawa boneka kain, lalu mengangkatnya tinggi-tinggi dan melemparkannya ke lantai bawah. Kemudian, aku mengatakan itu adalah penggantiku yang paling sempurna.Lionel sangat khawatir dan segera membawaku ke rumah sakit. Setelah serangkaian pemeriksaan, dokter memutuskan bahwa aku menderita skizofrenia.Aku dipaksa tinggal di rumah sakit untuk

  • Suami yang Aku Nikahi Ingin Menghabisi Nyawaku   Bab 5

    Lionel tertegun sejenak, lalu senyuman di wajahnya mulai mengembang.Aku mengambil prostesis dan tiket itu, lalu bertanya kepada Lionel, "Apa yang sebenarnya terjadi?"Namun, Lionel malah melemparkan setumpuk foto ke wajahku. Di dalam foto tersebut, tampak seorang pria dan seorang wanita berpelukan mesra, bermain di pantai, berciuman di hutan, mengenakan pakaian couple di mall dan bahkan beberapa foto ranjang yang tidak sedap dipandang, serta anggota tubuh yang hancur.Sekilas aku langsung mengenali wanita di foto itu. Itu tidak lain adalah Sylvia, sahabat yang paling akrab dan hubungannya paling baik.Adegan berdarah tanpa ditutupi itu membuatku pucat. Aku menutup mulutku untuk mencegah diriku muntah di tempat."Kamu … membunuh Sylvia?""Membunuh?"Senyuman Lionel masih terlihat jelas di wajahnya. Dia berkata, "Aku lebih suka menyebutnya dengan mengumpulkan materi."Melihat mata Lionel yang tidak memiliki kehangatan sama sekali, bulu kudukku berdiri semua saking ketakutannya."Kenapa?

  • Suami yang Aku Nikahi Ingin Menghabisi Nyawaku   Bab 6

    Teddy menatapku yang terbaring di ranjang rumah sakit dengan wajah terbungkus kain kasa dan dengan tenang mendengarkan ceritaku.Teddy tidak mati saat menjalankan tugas. Dia bahkan telah menyelamatkanku dari api.Teddy mengatakan bahwa dia telah menemukan beberapa bukti pada saat itu. Lalu, dia kebetulan terluka saat menjalankan misi, makanya dia berpura-pura telah "mati saat menjalankan tugas" untuk membuat Lionel melonggarkan kewaspadaannya.Lionel memang tertipu dan tidak sabar untuk memindahkan jenazah Sylvia kembali ke rumah dan menaruhnya di antara tumpukan "seni" miliknya.Teddy merasa sedikit bersalah karena tidak melindungiku dengan baik dan membuat wajah dan tenggorokanku hancur dalam api.Aku tersenyum sambil menggelengkan kepalaku, lalu berkata bahwa aku sangat berterima kasih padanya karena telah menyelamatkanku.Teddy juga tersenyum dan melihat ke buku sketsa yang aku letakkan di atas meja kecil, "Ini kamu yang gambar?"Aku mengangguk, "Bosan banget, makanya aku iseng-ise

  • Suami yang Aku Nikahi Ingin Menghabisi Nyawaku   Bab 7

    Namun, aku tetap menyukai Lionel, aku yakin dia bisa memberikan masa depan yang cerah.Aku benar-benar ribut dengan Helena adalah saat seminggu setelah ulang tahunnya. Hari itu, aku pergi mengantarkan makanan untuk Lionel. Kami berdua telah lulus kuliah. Sebelumnya, sambil menunggu sidang skripsi, Lionel mencari kelas pelatihan di dekat rumah untuk mengajar anak-anak di sana.Aku melihat langsung Helena mencium Lionel di depan anak-anak dan para orang tua dan dengan besar hati memperkenalkan bahwa Lionel adalah pacarnya.Aku tidak bisa menerima semua ini. Yang satunya adalah sahabatku dan yang satunya lagi adalah orang yang paling aku cintai. Bagaimana mereka bisa bersatu untuk mengkhianatiku?Oleh karena itu, aku bertengkar hebat dengan Lionel setelah dia pulang dan putus dengannya.Helena datang ke rumahku untuk meminta maaf kepadaku. Dia mengatakan bahwa dia hanya ingin mencari inspirasi untuk melukis. Saking marahnya, aku tidak membiarkannya masuk, kemudian aku bertanya kepadanya d

  • Suami yang Aku Nikahi Ingin Menghabisi Nyawaku   Bab 1

    Aku dan Lionel Saputra adalah kekasih masa kecil.Sejak kecil, kami sudah tahu bahwa kami adalah milik satu sama lain. Tidak ada alasan lain, kami menganggap satu sama lain sebagai kekasih yang sempurna.Aku akan memasak dan mencuci pakaian untuk Lionel, membuatkan sarung tangan dan syal musim hujan untuknya. Lionel pun akan merebus air gula merah untukku dan menyiapkan hadiah ulang tahun untukku. Kapanpun dan dimanapun, dia akan selalu memenuhi kebutuhanku.Saat kuliah, kami mengambil jurusan seni lukis. Lionel belajar melukis cat minyak, sedangkan aku melukis sketsa. Kami memiliki impian yang sama, yaitu berharap bisa menjadi pelukis terkenal, seperti Vicasso dan Vincent. Hubungan kami sangat baik. Kami pun sepakat untuk menikah setelah kami mencapai usia legal.Hingga sebuah kecelakaan mobil merenggut tangan kanan Lionel.Aku hanya mengingat momen di mana mobil itu menggilas lengan Lionel bolak-balik. Itu benar-benar seperti penguasa akhirat yang sedang mencoba mengambil talenta luk

Bab terbaru

  • Suami yang Aku Nikahi Ingin Menghabisi Nyawaku   Bab 7

    Namun, aku tetap menyukai Lionel, aku yakin dia bisa memberikan masa depan yang cerah.Aku benar-benar ribut dengan Helena adalah saat seminggu setelah ulang tahunnya. Hari itu, aku pergi mengantarkan makanan untuk Lionel. Kami berdua telah lulus kuliah. Sebelumnya, sambil menunggu sidang skripsi, Lionel mencari kelas pelatihan di dekat rumah untuk mengajar anak-anak di sana.Aku melihat langsung Helena mencium Lionel di depan anak-anak dan para orang tua dan dengan besar hati memperkenalkan bahwa Lionel adalah pacarnya.Aku tidak bisa menerima semua ini. Yang satunya adalah sahabatku dan yang satunya lagi adalah orang yang paling aku cintai. Bagaimana mereka bisa bersatu untuk mengkhianatiku?Oleh karena itu, aku bertengkar hebat dengan Lionel setelah dia pulang dan putus dengannya.Helena datang ke rumahku untuk meminta maaf kepadaku. Dia mengatakan bahwa dia hanya ingin mencari inspirasi untuk melukis. Saking marahnya, aku tidak membiarkannya masuk, kemudian aku bertanya kepadanya d

  • Suami yang Aku Nikahi Ingin Menghabisi Nyawaku   Bab 6

    Teddy menatapku yang terbaring di ranjang rumah sakit dengan wajah terbungkus kain kasa dan dengan tenang mendengarkan ceritaku.Teddy tidak mati saat menjalankan tugas. Dia bahkan telah menyelamatkanku dari api.Teddy mengatakan bahwa dia telah menemukan beberapa bukti pada saat itu. Lalu, dia kebetulan terluka saat menjalankan misi, makanya dia berpura-pura telah "mati saat menjalankan tugas" untuk membuat Lionel melonggarkan kewaspadaannya.Lionel memang tertipu dan tidak sabar untuk memindahkan jenazah Sylvia kembali ke rumah dan menaruhnya di antara tumpukan "seni" miliknya.Teddy merasa sedikit bersalah karena tidak melindungiku dengan baik dan membuat wajah dan tenggorokanku hancur dalam api.Aku tersenyum sambil menggelengkan kepalaku, lalu berkata bahwa aku sangat berterima kasih padanya karena telah menyelamatkanku.Teddy juga tersenyum dan melihat ke buku sketsa yang aku letakkan di atas meja kecil, "Ini kamu yang gambar?"Aku mengangguk, "Bosan banget, makanya aku iseng-ise

  • Suami yang Aku Nikahi Ingin Menghabisi Nyawaku   Bab 5

    Lionel tertegun sejenak, lalu senyuman di wajahnya mulai mengembang.Aku mengambil prostesis dan tiket itu, lalu bertanya kepada Lionel, "Apa yang sebenarnya terjadi?"Namun, Lionel malah melemparkan setumpuk foto ke wajahku. Di dalam foto tersebut, tampak seorang pria dan seorang wanita berpelukan mesra, bermain di pantai, berciuman di hutan, mengenakan pakaian couple di mall dan bahkan beberapa foto ranjang yang tidak sedap dipandang, serta anggota tubuh yang hancur.Sekilas aku langsung mengenali wanita di foto itu. Itu tidak lain adalah Sylvia, sahabat yang paling akrab dan hubungannya paling baik.Adegan berdarah tanpa ditutupi itu membuatku pucat. Aku menutup mulutku untuk mencegah diriku muntah di tempat."Kamu … membunuh Sylvia?""Membunuh?"Senyuman Lionel masih terlihat jelas di wajahnya. Dia berkata, "Aku lebih suka menyebutnya dengan mengumpulkan materi."Melihat mata Lionel yang tidak memiliki kehangatan sama sekali, bulu kudukku berdiri semua saking ketakutannya."Kenapa?

  • Suami yang Aku Nikahi Ingin Menghabisi Nyawaku   Bab 4

    Dari mulut Lionel, aku mendengar cerita yang sangat berbeda.Dalam cerita itu, aku dan Lionel masih menjadi pasangan kekasih yang sempurna. Sejak kecil, dia telah bertekad untuk menjadi sosok seperti Vicasso dan Vincent. Dengan kuasnya, dia akan menggambar dunia milik kami berdua.Yang berbeda dengan ingatanku adalah di dunianya, aku menyaksikan dengan mata kepala sendiri sebuah kecelakaan mobil besar saat tiga bulan sebelum pernikahan kami. Sejak saat itu, Lionel menemukan ada yang tidak beres dengan diriku.Aku sering membayangkan orang yang mengalami kecelakaan mobil itu adalah Lionel ataupun diriku sendiri. Aku sering berdiri di balkon dengan membawa boneka kain, lalu mengangkatnya tinggi-tinggi dan melemparkannya ke lantai bawah. Kemudian, aku mengatakan itu adalah penggantiku yang paling sempurna.Lionel sangat khawatir dan segera membawaku ke rumah sakit. Setelah serangkaian pemeriksaan, dokter memutuskan bahwa aku menderita skizofrenia.Aku dipaksa tinggal di rumah sakit untuk

  • Suami yang Aku Nikahi Ingin Menghabisi Nyawaku   Bab 3

    Lionel diopname di rumah sakit selama dua bulan. Pada hari dia keluar rumah sakit, aku datang menjemputnya dan bertemu dengan keluarga pelaku. Aku sudah tidak seemosional saat berada di depan ruang ICU. Aku malah menyapa mereka dengan tenang.Dalam dua bulan, berat badan Lionel turun drastis. Sorot matanya tidak secemerlang sebelumnya dan ditutupi dengan lapisan kesedihan yang tak terlukiskan. Pemuda yang tampak bersemangat di masa lalu akhirnya sekarang berubah menjadi pemuda yang lusuh.Setelah pulang ke rumah, aku mulai menghindari Lionel. Pengalaman di kehidupan sebelumnya menjadi mimpi buruk yang tidak bisa aku hilangkan.Lionel awalnya sudah merasa rendah diri. Melihatku seperti ini, dia menjadi semakin pesimis. Dia sering marah padaku, "Kamu pasti menganggapku orang yang nggak berguna, makanya kamu ingin meninggalkanku, 'kan? Bukan, kamu sebenarnya sudah lama ingin meninggalkanku. Jangan kira aku nggak tahu, kamu sudah lama berselingkuh dengan si Teddy, seniormu itu. Sekarang, a

  • Suami yang Aku Nikahi Ingin Menghabisi Nyawaku   Bab 2

    Ketika tersadar kembali, aku terbaring di sofa rumah. Hatiku masih tegang. Begitu melihat Lionel keluar dari dapur dengan membawa sepotong kue, tubuhku sampai gemetar saking ketakutannya.Aku terkejut saat menyadari bahwa semua luka tusukan di tubuhku menghilang secara ajaib. Bahkan rasa sakitnya pun seolah-olah tidak pernah muncul sebelumnya.Tatapan Lionel tetap lembut seperti biasa, "Kamu masih syok? Ayo, cepat makan kuenya. Bukankah kamu terus merengek ingin makan kue dari toko ini beberapa waktu yang lalu? Aku sudah mengantri dari jam lima pagi.""Selamat ulang tahun Helena cantik. Semoga kamu bahagia selalu."Bahagia selalu!Aku menatap erat lengan kanan Lionel yang utuh itu. Aku sampai berkeringat dingin saking terkejutnya.Aku terlahir kembali pada hari kecelakaan Lionel. Adegan berdarah dari kehidupanku sebelumnya masih tergambar jelas di benakku. Tanpa memedulikan tubuhku yang sedang demam tinggi, aku berusaha mati-matian ingin melarikan diri. Aku ingin melarikan diri dari ib

  • Suami yang Aku Nikahi Ingin Menghabisi Nyawaku   Bab 1

    Aku dan Lionel Saputra adalah kekasih masa kecil.Sejak kecil, kami sudah tahu bahwa kami adalah milik satu sama lain. Tidak ada alasan lain, kami menganggap satu sama lain sebagai kekasih yang sempurna.Aku akan memasak dan mencuci pakaian untuk Lionel, membuatkan sarung tangan dan syal musim hujan untuknya. Lionel pun akan merebus air gula merah untukku dan menyiapkan hadiah ulang tahun untukku. Kapanpun dan dimanapun, dia akan selalu memenuhi kebutuhanku.Saat kuliah, kami mengambil jurusan seni lukis. Lionel belajar melukis cat minyak, sedangkan aku melukis sketsa. Kami memiliki impian yang sama, yaitu berharap bisa menjadi pelukis terkenal, seperti Vicasso dan Vincent. Hubungan kami sangat baik. Kami pun sepakat untuk menikah setelah kami mencapai usia legal.Hingga sebuah kecelakaan mobil merenggut tangan kanan Lionel.Aku hanya mengingat momen di mana mobil itu menggilas lengan Lionel bolak-balik. Itu benar-benar seperti penguasa akhirat yang sedang mencoba mengambil talenta luk

DMCA.com Protection Status