Share

Suami yang Aku Nikahi Ingin Menghabisi Nyawaku
Suami yang Aku Nikahi Ingin Menghabisi Nyawaku
Author: Azzura

Bab 1

Aku dan Lionel Saputra adalah kekasih masa kecil.

Sejak kecil, kami sudah tahu bahwa kami adalah milik satu sama lain. Tidak ada alasan lain, kami menganggap satu sama lain sebagai kekasih yang sempurna.

Aku akan memasak dan mencuci pakaian untuk Lionel, membuatkan sarung tangan dan syal musim hujan untuknya. Lionel pun akan merebus air gula merah untukku dan menyiapkan hadiah ulang tahun untukku. Kapanpun dan dimanapun, dia akan selalu memenuhi kebutuhanku.

Saat kuliah, kami mengambil jurusan seni lukis. Lionel belajar melukis cat minyak, sedangkan aku melukis sketsa. Kami memiliki impian yang sama, yaitu berharap bisa menjadi pelukis terkenal, seperti Vicasso dan Vincent. Hubungan kami sangat baik. Kami pun sepakat untuk menikah setelah kami mencapai usia legal.

Hingga sebuah kecelakaan mobil merenggut tangan kanan Lionel.

Aku hanya mengingat momen di mana mobil itu menggilas lengan Lionel bolak-balik. Itu benar-benar seperti penguasa akhirat yang sedang mencoba mengambil talenta lukisnya. Sejak saat itu, temperamen Lionel berubah drastis. Dia berubah menjadi sangat pendiam dan temperamental. Dia bahkan sesekali memukulku.

Namun, Lionel tetap bersikeras melukis dengan tangan kirinya.

Aku tahu aku berhutang budi padanya. Jika aku tidak merengek untuk minum secangkir teh susu hari itu, jika itu bukan hari ulang tahunku, dan jika sebelum jam enam aku melarangnya untuk keluar, maka semua tragedi ini tidak akan terjadi.

Terkadang dia bisa tiba-tiba melamun dan berbalik bertanya kepadaku, "Apakah hidupku akan segera berakhir?"

Setiap kali itu terjadi, aku akan menangis dan memeluknya sambil berkata, "Kalau kamu pergi, maka tamatlah riwayatku. Berjanjilah padaku, kamu harus terus hidup, aku akan selalu berada di sisimu untuk menemanimu."

Aku juga terkadang menemukan kejanggalan pada sikap Lionel, seperti warna yang dia gunakan dalam lukisannya semakin gelap. Dia juga selalu menatap lekat buah di atas meja tanpa bergerak, rasanya dia ingin menusuk buah itu dengan matanya. Selain itu, dia bisa tiba-tiba terbangun di tengah malam, lalu berjalan ke balkon. Setelah melihat ke arah bawah sebentar, dia pun kembali tidur seolah tidak terjadi apa-apa.

Namun, aku bisa memahaminya, dan hanya aku yang bisa memahaminya, karena kami akan menikah.

Lionel melamarku pada malam setelah aku menerbitkan makalah akademis.

Karena kami berdua tinggal di luar kota dan lengan Lionel cacat, sehingga kami tidak mengadakan resepsi pernikahan. Aku pun tidak memberitahu orang tuaku. Di rumah kontrakan, aku mengenakan gaun pengantin dan menikah dengan pria yang aku cintai saat masih muda.

Namun, di antara bunga-bunga itu, yang dikeluarkan Lionel bukanlah cincin kawin, melainkan sebilah pisau buah yang tajam. Pisau tajam itu menggores lenganku dan seketika meninggalkan luka yang parah.

Aku mendengar satu kalimat yang diucapkan berulang kali dari mulut Lionel, "Kenapa nasib begitu nggak adil terhadapku? Kenapa?"

Malam pernikahan yang aku dambakan sejak kecil, aku lewatkan dua jam penuh dalam genangan darah. Di sekujur tubuhku dipenuhi dengan lebih dari 160 tusukan. Semua tusukan itu menghindari titik-titik vital.

Aku terus memohon pada Lionel untuk melepaskanku, tetapi dia berkata, "Bukankah kamu bilang kamu akan selalu menemaniku, istriku tercinta?"

Aku memanfaatkan kesempatan saat Lionel pergi ke kamar mandi dan berencana untuk melarikan diri. Siapa sangka, dia menyadarinya. Dia lalu mengambil pisau dan memojokkanku ke balkon. Darah yang mengalir membentuk jejak darah panjang dari ruang tamu.

Di bawah sinar bulan, Lionel menatap tangan kananku seperti makhluk mutasi yang lapar. Pada akhirnya, dia tetap menikamku. Senjata tajam itu menusuk jantungku. Dia mengulurkan tangannya dan mendorongku dari lantai dua puluh. Di saat yang bersamaaan, aku melihat air mata jatuh dari sudut matanya.

Lionel berkata, "Selamat tinggal, kekasihku yang sempurna."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status