Share

Bab 5 Ke mana Regan?

"Regan, ibu akan dioperasi dan membutuhkan biaya yang nggak sedikit. Bisakah kamu menolongku?"

Dengan wajah basah, Seyra memohon pada Regan. Dia sadar apa yang dilakukan saat ini adalah hal gila. Mana mungkin Regan memiliki uang sebanyak itu untuk membantu operasi ibunya. Sementara pekerjaan dia hanya seorang satpam yang memilki gaji kecil.

Seyra hanya mencari peruntungan saja di tengah kekalutannya.

Regan hanya terdiam, mengamati wajah Seyra yang tidak berhenti mengeluarkan bulir kristal. Gadis itu tampak kacau dan sangat menyedihkan.

Melihat keterdiaman Regan, Seyra mengira jika pria itu merasa keberatan. Dia berpikir jika sudah salah meminta bantuan padanya.

Harusnya dia tidak melakukan itu.

"Maaf, Regan. Aku benar-benar nggak tahu diri. Harusnya aku nggak membebanimu."

Seyra mengusap kasar wajahnya. Dia memaksakan senyum, lalu bangkit berdiri. Dia sadar apa yang dilakukannya saat ini benar-benar memalukan. Pria itu sudah menyelamatkan harga dirinya saat pernikahan kemarin. Seharusnya Seyra tidak menuntut lebih.

"Mau ke mana?" Regan menoleh ke arah pintu saat melihat Seyra hendak pergi membawa sertifikat tanah.

"Aku akan ke rumah pak Baron untuk meminjam uang." Seyra menoleh sekilas ke arah Regan, lalu kembali melanjutkan langkahnya.

Regan mengejar langkah Seyra. Dia meraih pergelangan tangannya saat gadis itu akan mencari taksi.

"Tunggu, Seyra! Apa kamu akan menggadaikan sertifikat rumah itu?" Regan menunjuk dokumen penting di tangan istrinya.

Seyra mengangguk lemah. "Nggak ada pilihan lagi, Regan. Aku benar-benar bingung harus mencari di mana uang sebanyak itu. Tabunganku nggak cukup. Apalagi sebagian sudah dipakai untuk biaya pernikahan kemarin."

Matanya merunduk, dia menarik tangannya dari genggaman Regan.

Ketika ada taksi melintas, Seyra hendak mengangkat tangannya, berusaha menghentikan kendaraan tersebut. Namun Regan mencegahnya dan menyuruh taksi yang sempat berhenti untuk kembali melajukan kendaraannya.

"Aku akan membantumu."

Seyra menoleh cepat, mengerutkan alisnya. "Kamu yakin?"

Regan mengangguk. "Lebih baik kamu kembali ke rumah sakit untuk menemani ibumu. Aku akan mencari biayanya."

Seyra menggeleng pelan. "Aku nggak ingin ngrepotin kamu."

Regan menghela napas kesal. Meski mereka sudah menikah, dia tahu jika Seyra masih menganggapnya sebagai orang asing. Dan hal itu tentu saja sedikit menyinggungnya.

"Seyra, dengarkan baik-baik!" Regan memegang kedua bahu Seyra, menatap intens ke arahnya. "Aku tahu kamu terpaksa menikahiku. Tapi bagaimana pun juga, sekarang aku adalah suamimu. Sudah menjadi kewajibanku untuk membantumu."

"Tapi ... dari mana kamu akan mendapatkan uang itu?" Wajah Seyra tampak penasaran. Dia merasa tidak yakin jika Regan akan mendapatkan biaya operasi dalam waktu singkat.

"Kamu nggak perlu tahu. Yang terpenting ibu kamu segera di operasi."

Regan melepas kedua tangannya dari bahu Seyra. Perhatiannya teralihkan saat mendengar suara dering ponsel dari saku celana. Dia segera mengambilnya. Namun saat melihat nama pemanggil tertera di layar, dia segera melangkah menjauh dari Seyra.

"Ada apa?" Regan mengangkat panggilan itu saat merasa jika Seyra tidak akan mendengar pembicaraannya.

"Tuan Regan, ada masalah. Anda harus segera kembali," ucap seseorang di sebrang sana.

Regan tidak langsung merespon. Matanya sesekali melirik ke arah Seyra yang tampak memperhatikannya.

"Tuan, apa Anda masih di sana?" Suara di seberang sana kembali terdengar saat Regan tidak kunjung memberi jawaban.

"Sebelum aku kembali, lakukan sesuatu untukku!"

"Apa, Tuan?"

"Segera ke rumah sakit. Urus segala administrasi atas nama pasien Ratih Almahira." Regan mengakhiri panggilannya ketika sudah memberi tugas pada seseorang di seberang sana.

"Siapa yang menghubungimu?"

Regan segera menurunkan ponselnya saat tiba-tiba Seyra sudah berdiri di sampingnya. Dia menyimpan kembali benda pipih itu, lalu menjawab. "Dia temanku yang kebetulan akan membantu kita."

"Jadi dia yang akan meminjamkan uang?"

Regan mengangguk. Kemudian menarik Seyra untuk masuk ke dalam rumah. "Lebih baik kamu makan. Kebetulan aku sempat membeli makanan saat pulang kerja."

Seyra tidak banyak protes. Setelah makan dan membersihkan diri, barulah dia kembali ke rumah sakit bersama Regan.

Begitu sampai di sana, dia melihat ibunya yang langsung digeret masuk ke dalam ruang operasi. Seyra tidak menyangka jika Regan akan mendapat biaya operasi secepat itu.

Tak lama operasi ibunya berhasil. Seyra menghembuskan nafas lega. Tanpa sadar ia memeluk Regan saking bahagianya.

"Terima kasih, Regan. Lagi-lagi kamu menjadi penolongku," kata Seyra tersenyum tulus. Dia benar-benar bersyukur karena dipertemukan pria sebaik Regan. Dalam hatinya ia berjanji akan menjalani rumah tangganya dengan serius dan menjadi istri sepenuhnya bagi pria itu.

Regan mengangguk, ikut merasa lega melihat wajah Seyra tidak semendung sebelumnya.

"Seyra, karena ibumu sudah selamat, sekarang aku harus pulang," ucap Regan tiba-tiba.

"Pulang?" Seyra mengernyit bingung. Namun sedetik kemudian ia tersenyum. Mungkin yang dimaksud Regan adalah pulang ke rumah pria itu.

"Kamu mau pulang ke rumahmu?" tanya Seyra memastikan.

Regan mengangguk sambil melepas pelukan Seyra. Lalu mengeluarkan sebuah kartu bank dan meletakkannya di telapak tangan gadis itu.

"Pinnya tanggal pernikahan kita."

Seyra menunduk, terpaku menatap kartu bank di telapak tangannya.

Gadis itu menggeleng pelan. Ia tidak bisa menerima ini setelah sudah banyak merepotkan pria itu. Namun saat ia mengangkat kepalanya hendak mengembalikan kartu itu, Seyra sudah tidak mendapati Regan di sampingnya.

"Ke mana dia?"

Pandangan Seyra berkeliling, menelisik satu per satu orang-orang di sekitarnya. Saat matanya menangkap punggung pria itu dari kejauhan, gadis itu langsung berlari mengejar Regan hingga sampai depan lobi rumah sakit.

Seyra kehilangan jejak suaminya. Ia hanya melihat sebuah mobil mewah yang baru saja meninggalkan teras rumah sakit.

"Kenapa cepat sekali menghilangnya?"

Mata Seyra masih berkelana ke sekitar, berusaha mencari sosok Regan. Namun sudah beberapa menit berlalu, ia tidak menemukan pria itu.

Ketika dia ingin menghubunginya lewat ponsel, dia baru sadar jika tidak memiliki nomor suaminya.

"Kenapa aku berlebihan begini?" Seyra mengusap wajahnya, lalu menghela nafas kasar.

"Aku yakin besok Regan akan kembali. Dia hanya pulang ke rumah sebentar. Mungkin saja dia ingin menemui orang tuanya untuk memberitahukan tentang pernikahannya."

Seyra tersenyum. Dia memukul kepalanya sendiri saat berpikir terlalu jauh.

"Dia pasti kembali," gumamnya, lalu memutuskan kembali ke ruang rawat untuk menunggu ibunya sadar.

Akan tetapi, sudah lewat beberapa hari, Regan tidak menampakkan diri. Bahkan saat ibu Seyra sudah pulang dari rumah sakit, pria itu masih saja tidak terlihat.

Seyra memutuskan untuk bertanya pada orang kantor. Tetapi mereka mengatakan jika Regan sudah mengundurkan diri.

"Apa? Bagaimana bisa?"

Mendadak Seyra pusing luar biasa saat mengetahui informasi tersebut.

"Kenapa Regan nggak ngomong sama aku?" Seyra memejamkan matanya sejenak. Entah mengapa ia mempunyai firasat jika pria itu meninggalkannya.

Dia memang belum mencintai pria itu. Namun dia tidak mengharapkan jika pria itu pergi begitu saja.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status