"Kamu bilang apa, Zea?" Kini malah Gio yang bertanya heran. Bagaimana bisa istrinya berbicara hal itu. Lalu, mengatakan jika memang benar dirinya selingkuh. Gio benar-benar begitu sangat penasaran mengapa justru istrinya mengatakan hal tersebut, ia merasa sangat aneh sekali dengan siapa istrinya berselingkuh sedangkan dirinya saja yang berstatus bosnya tidak pernah berselingkuh dengan Zea. Bos mana lagi yang diselingkuhi oleh istrinya benar-benar sangat lucu sekali istrinya itu."Sialan kalian!" Zea sudah mulai kesal lalu melangkah masuk ke kamarnya.Dirinya benar-benar merasa begitu sangat muak, mengapa tidak ada keluarga ataupun saudara yang bisa berpikir dengan jernih. Mengapa mereka semua berpikiran yang tidak-tidak benar-benar sangat menyebalkan sekali. Ia sudah kesal dibuat banyak sekali masalah oleh bosnya lalu di rumah harus dituduh oleh darah dan sekarang semuanya menyudutkannya, begitu juga dengan suaminya entahlah ia sekarang sedang tidak mood dengan siapa-siapa benar-ben
Pak Mansyur tak mau mendengar apa yang di katakan istri dan anak sambungnya. Lalu, pergi masuk ke dalam kamar. Dirinya sudah benar-benar lelah karena selama ini selalu memihak orang yang salah, sekarang semuanya sudah terbuka lebar ia tidak mau lagi terus-terusan menyalahkan anaknya yang tidak tahu apa-apa itu. Ya sudah benar-benar muak kepada istri dan juga anak-anak tirinya itu bagaimana bisa mereka terus saja mengganggu kehidupan Putri kandungnya, ia benar-benar tidak menyangka dengan semua itu. Bu Layla hampir terjatuh jika Sella tak menahannya. Dirinya sangat syok dengan pernyataan dari suaminya itu, bagaimana bisa Pak Mansyur orang yang selama ini selalu membelanya orang yang selalu mendukungnya bahkan orang yang tidak pernah mau mendengar apa yang dikatakan orang lain kecuali dirinya sekarang sudah tidak mau lagi mendengarnya. "Ma, sudah jangan dipikirkan. Ayo bangun, " Sella mencoba menguatkan. Sebenarnya ia juga sangat terkejut dengan apa yang baru saja ia lihat, orang
Sepulang dari rumah orang tuanya Dara, Farhat kembali mempertanyakan beberapa hal pada sang istri. Perselingkuhan Farhat dan Dara terjadi karena Dara menjebaknya. Merayu pria itu yang tidak pernah mendapatkan keperawanan dari Zea. Dan karena ibunya pun tak merestui mereka. "Jelaskan semuanya Dara. Apa maksud Papa kamu dengan impas uang 1 M dengan kerugian yang sengaja di buat Zea?" tanya Farhat dengan penuh emosi. Awal mula dirinya membenci Zea karena hasutan Dara. Percaya jika Zea berselingkuh dengan atasannya saat masih menjadi pelayan toko. Kini, Zea kembali di fitnah dan dia awalnya percaya karena Farhat berpikir Zea akan membalas dendam padanya dengan cara apa pun. Dara menunduk dengan tangan yang meremas ujung baju. Perutnya terasa nyeri saat ini, sejak tadi merasa tegang dengan apa yang tengah terjadi. "Jelaskan sekarang, Dara!" untuk pertama kalinya Farhat berteriak di hadapan sang istri. Dara mengangkat kepala sembari mengeluarkan air mata. Jurus yang selalu di keluarkan
Bu Layla dan Pak Mansyur pun gegas ke rumah sakit saat mendapat telepon dari Farhat. Bu Layla sepanjang jalan terus menggerutu kesal, tapi Pak Mansyur tak menanggapi. Pria tua itu hanya fokus menyetir. Sebenarnya malas mengantar, tapi Bu Layla terus memaksanya. Namun, kali ini ocehannya membuatnya kesal. "Kalau kamu tidak berhenti bicara, aku tinggal juga dari rumah sakit." Bu Layla sontak langsung bungkam, sama halnya dengan Sella yang juga sejak tadi mengantuk karena harusnya dia tertidur di rumah bukannya ikut ke rumah sakit. Baru mau tidur sudah di kejutkan oleh telepon Farhat yang mengatakan jika Dara akan melahirkan. Mereka pun gegas pergi tanpa memberi tahu Zea seperti biasanya yang terjadi. "Jeng, Layla. Untung cepat datang," ujar ibunya Farhat. Besan Bu Layla menghampirinya lalu memeluknya. Pak Abdullah sejak tadi diam saja, apalagi saat melihat Pak Mansyur. Tak ada yang ingin dia katakan sejak perdebatan kala itu. "Bu, ini Dara kenapa ya?" tanya Bu Layla.
"Ada apa sih Pak Bos? " tanya Alan. Gio terlihat terburu-buru saat melihat Zea yang sudah naik taxi. Keringat bercucuran membasahi bajunya. Hanya karena seorang Zea dirinya seperti badut yang sedang dipermainkan. "Aku tidak tahu kenapa Zea sepertinya sedang marah padaku. Apa salahku?" Gio menyenderkan tubuh di sofa. Sejak semalam istrinya sangat cuek dan tak terlihat senyum. Semenjak pertengkaran dengan kedua orang tuanya juga apalagi dengan tuduhan yang di lontarkan padanya. "Bos ingat-ingat, buat masalah enggak sama dia?" Akan kembali mengingatkan. Gio mencoba mengingat-ingat, Rata-rata dia tidak membuat kesalahan pada sang istri. Apa salahnya pikir Gio kembali. Tidak mau terus pusing, Gio pun meminta Alan membawanya ke rumah lebih dulu untuk mandi karena dia merasa tubuhnya tak segar. Satu jam dia sampai di rumah, gegas dia masuk ke dalam. Namun, dia di kejutkan oleh Sasy yang sedang bersama sang kakek. "Hai sayang?" Sasy menghampiri Gio, saat ingin memeluknya Sasy memundur
Gio tidak mengerti maunya sang kakek. Pria itu itu sangat menyusahkan dirinya dengan tiba-tiba malah memberi lampu hijau pada Sasy. Apalagi Sasy muncul di mana dirinya sedang mengadakan meeting klien yang sangat besar. Sebagai seorang cucu dirinya tidak mengerti mengenai jalan pikiran dari kakeknya itu. Ia sudah begitu sangat bingung dengan permasalahan yang ada tiba-tiba kakeknya justru memunculkan masalah baru yang membuatnya harus kembali ekstra dalam berpikir lagi."Bagaimana aku mengusir dia Ga?" Gio frustasi saat mengingat Sasy akan mengganggu dirinya. Iya tidak bisa berpikir dengan jernih, mengapa sih masalah datang silih berganti, mengapa dirinya harus hidup dengan masalah-masalah yang begitu sangat memusingkan dan membuatnya harus berpikir ekstra keras ini. Iya benar-benar merasa begitu sangat lelah sekali. Ingin rasanya dirinya hidup dengan tenang tanpa ada masalah-masalah itu."Tuan Bos, katakan saja sudah menikah dengan Nyonya Zea." Alan yang sejak tadi hanya bermain pon
Jantung Zea berdetak tak karuan saat tau Alan adalah sopir pribadi Bos Gior. Jika demikian, bagaimana bisa Alan melunasi hutang keluarganya sebesar 1 M pada juragan teh. Netranya tak berkedip, saat Alan terlihat bangkit dan mengambilkan minuman untuk Gior. Kali ini pikirannya sedang tidak karuan, ia sedang tidak bisa berpikir dengan jernih yang ada di dalam benaknya hanya segelintir pikiran-pikiran negatif yang membuatnya semakin ketakutan dan semakin berpikir yang tidak tidak. Zea benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang sekarang ia lalui itu, ia tidak bisa mencerna apapun yang terjadi di dalam hidupnya saat ini.Fahmi yang heran melihat Zea pun mulai bertanya-tanya. Wajahnya penuh kebingungan, ia merasa heran apa yang sebenarnya terjadi mengapa temannya itu terlihat sangat bingung saat ia mengatakan jika Alan itu adalah sopir dari sang bos."Ze, kenapa kok kamu kaya orang bingung?" tanya Fahmi. Fahmi pun merasa heran iya lantas bertanya daripada dirinya menduga-duga hal yang
Dalam sebuah kepanikannya juga kebingungannya, Zea tak mampu untuk kembali menerka-nerka. Saat sore tiba dia pun diajak Fahmi untuk makan sore di sekitar hotel. Karena dia merasa suntuk, Aleta pun malah sibuk dengan beberapa rekannya dirinya pun terabaikan. Di sini Zea benar-benar tidak memiliki sahabat selain Fahmi yang memang dia benar-benar sangat welcome menerimanya itu. Jea juga merasa bosan jika terus-terusan berada di dalam kamar hotel karena jika ia tidak ada kesibukan, dirinya juga kembali lagi berpikir yang tidak tidak.Waktu sedang bebas, Fahmi memanfaatkan untuk mengajak makan Zea. Pria itu merasa Zea itu nyaman diajak bicara. Menurutnya mengobrol dengan Zea itu sangat mengasyikkan sekali, maka dari itu dirinya pun memilih untuk senang berbicara dengannya. Dia benar-benar merasa begitu sangat bahagia karena sekarang rekan satu timnya ada yang bisa diajak untuk berbicara.Fahmi rekan kerja yang baru saja kembali dipindahkan dari cabang lain untuk perbantuan. Baru dua Mingg