Dalam sebuah kepanikannya juga kebingungannya, Zea tak mampu untuk kembali menerka-nerka. Saat sore tiba dia pun diajak Fahmi untuk makan sore di sekitar hotel. Karena dia merasa suntuk, Aleta pun malah sibuk dengan beberapa rekannya dirinya pun terabaikan. Di sini Zea benar-benar tidak memiliki sahabat selain Fahmi yang memang dia benar-benar sangat welcome menerimanya itu. Jea juga merasa bosan jika terus-terusan berada di dalam kamar hotel karena jika ia tidak ada kesibukan, dirinya juga kembali lagi berpikir yang tidak tidak.Waktu sedang bebas, Fahmi memanfaatkan untuk mengajak makan Zea. Pria itu merasa Zea itu nyaman diajak bicara. Menurutnya mengobrol dengan Zea itu sangat mengasyikkan sekali, maka dari itu dirinya pun memilih untuk senang berbicara dengannya. Dia benar-benar merasa begitu sangat bahagia karena sekarang rekan satu timnya ada yang bisa diajak untuk berbicara.Fahmi rekan kerja yang baru saja kembali dipindahkan dari cabang lain untuk perbantuan. Baru dua Mingg
Setelah memastikan wanita yang bernama Sasy itu keluar, Zea pun turun dari toilet. Dia memindik saat keluar toilet. Dirinya benar-benar tidak menyangka dengan apa yang baru saja ia dengar itu, bagaimana bisa di dunia ini ada wanita yang berpikiran licik seperti itu. Walaupun berusaha untuk tenang, tetapi ia tetap saja tidak bisa menyembunyikannya dirinya tetap melangkah dengan cepat takutnya jika Fahmi langsung berubah pikiran.Lalu menghampiri Fahmi lagi, teringat tadi dia menolak datang akan tetapi dia langsung mengatakan akan datang. "Yakin mau datang?" tanya Fahmi.Fahmi sedikit bingung karena tadi bukankah Zea menolak untuk datang menurutnya ia merasa tidak pantas dan juga bingung karena tidak memiliki teman di sana."Iya. Tapi aku enggak punya baju bagus." Lagi dan lagi Zea bingung dirinya ingin menyelamatkan sang bos tapi ia juga memiliki banyak kekurangan apalagi dirinya tidak pernah menghadiri acara-acara seperti itu."Memang kamu enggak di info?" tanya Fahmi lagi."Sudah,
Gio melepaskan pelukannya karena sang istri sama sekali tak menyambut dengan kehangatan. Bagaimana bisa dirinya merasakan rindu yang begitu sangat mendamba, tetapi istrinya justru tidak membalasnya sama sekali apakah sang istri tidak merindukannya apakah sang istri tidak memiliki rasa rindu kepadanya padahal selama ini ia merasakan jika sang istri selalu saja membalas semua yang ia lakukan termasuk rasa cinta yang ia berikan.Rasanya masih sama dengan Zea yang tadi pagi dia temui. Apa Zea masih marah padanya atau memang dia sedang terkejut dengan kehadirannya. Gio benar-benar sangat menduga-duga dengan apa yang terjadi kepada istrinya itu, Ia memang tidak bisa memahami apa yang dipikirkan oleh wanita dan dokumen Ia juga bukanlah seorang cenayang yang bisa mengetahui isi hati dari orang lain, di sini dirinya benar-benar merasa begitu sangat bingung."Sayang, kamu enggak senang dengan kedatangan Mas?" tanya Gio. Dirinya langsung saja menatap ke arah sang istri, apakah dia tidak senang
"Zea, Alan eh Pak Alan meminta aku untuk ketemu dia dulu. Nanti aku ke sini lagi," ujar Gio. Dirinya merasa kesal kenapa juga Arga menghubunginya saat sedang berdua dengan Zea. Entahlah mengapa lelaki itu menghubunginya disaat yang tidak tepat seperti ini. Baru saja ia bisa melihat senyuman di bibir sang istri lalu sekarang harus berpisah kembali, benar-benar sangat menjengkelkan sekali. Apa tidak bisa Arga memberikan waktu untuk dirinya berduaan dengan sang istri sebentar saja benar-benar sangat menyebalkan bukan.Gio menahan kesal dalam hati, rasanya ia benar-benar tidak rela meninggalkan sang istri sendirian di sini apalagi mereka baru saja bertemu, benar-benar kesempatan yang sangat sulit bagi dirinya untuk berpisah. Lagi dan lagi ia harus hidup di dalam permainan dan dipusingkan oleh permainan yang dirinya buat sendiri. Lalu ia mencium pipi sang istri dan memeluknya dan pamit untuk keluar. "Aku pergi sebentar ya." Dirinya benar-benar harus bisa memendam kesalahan yang begitu sa
Tidak ada yang aneh dari gelagat wanita sexy itu. Sasy terlihat biasa saja saat menghampiri Gior. Zea sedang berpikir apa yang akan dilakukan Sasy pada Gior. Tidak bisa menduga-duga, apa Sasy akan merayunya atau dengan cara lain. Sementara, Sasy berada di sisi Gior sangat senang. Apalagi saat Gior berbincang dengan beberapa klien. Seolah-olah dirinya adalah istri dari CEO itu. Setelah berbincang, Gior berbicara pada Sasy. "Bisa enggak kamu jangan di sini. Akun risih tahu.""Sayang, kamu kok ngomong kaya gitu. Aku kan calon istri kamu yang dipilih oleh kakek kamu."Tangan Gio mengepal keras. Sejak kapan ada wanita yang mengaku menjadi calon istrinya. Satu istri cukup baginya dan itu adalah Zea -"Jangan tegang gitu ah." Sasy memanggil writers untuk meminta dia minuman. "Sayang, kita minum dulu." Sasy memberikan satu gelas pada Gior. Gior menerimanya, lalu meminumnya karena memang dirinya sedang haus. "Lebih baik kita mengibrol di tempat lain. Aku janji setelah ini akan menjauh. B
"Ze--zea kamu bicara apa?" Gio terlihat sangat gugup. Pro yang masih nertelanjang dada itu mencoba mencari alasan agar bisa memastikan Zea. "Kamu pikir sendiri Mas. Mau sampai kapan kamu berbohong, aku seperti orang bodoh. Bertemu dengan satu orang dengan berbeda fisik. Kamu pikir itu lelucon Mas?" Bibir tipis itu bergetar hebat. Gior menegang mendegar ucapan Zea. Bahkan wanita itu belum beranjak dari tempatnya. Menatap tajam dengan napas naik turun. Haruskan semua terbuka, rahasia yang selama ini ditutupi. "Zea ---" "Katakan, Mas. Maksud kamu apa memperlakukan aku seperti ini? Berpura-pura menjadi pria miskin dan menikahi aku?" Lagi Zea bertanya dengan emosi memuncak. "Zea, dengarkan saya. Semua enggak kaya yang kami pikirkan. Saya Gior, bukan suami kamu!" Gior mulai meninggikan suaranya. "Berhenti berpura-pura Mas. Alan, dia bukan bos kamu kan, dia supir pribadi kamu. Dan uang 1 M itu memang uang kamu. Katakan Mas!"Histeris, Zea memukuli tubuh Gior. Pria itu akhirnya memeluk
Gior membawa Zea ke dalam mobilnya dan mengunci agar sang istri tak bisa ke luar. Bagaimana bisa dia tetap diam saja saat melihat Zea bersama dengan pria lain. Emosi dan cemburu membuat dirinya tidak terkendali. Entahlah dirinya tidak bisa mengontrol emosinya sendiri, saat melihat orang yang dia sayangi dekat dengan pria lain, jujur dirinya tidak menyukai jika apa yang ia miliki harus didekati oleh orang lain. Iya benar-benar sangat tidak rela dengan hal itu. Maka saat dirinya melihat Zea dengan pria lain tentu saja emosinya langsung tidak terkendali seperti ini."Aku mau turun, Pak Gior," ujar Zea dengan penuh penekanan. Dirinya tidak menyukai dengan apa yang dilakukan oleh atasannya itu. Bagaimana bisa Gior semena-mena kepada dirinya. Ia benar-benar tidak mau terus-terusan hidup di dalam tekanan oleh bosnya. Menurutnya Gior yang sudah membuatnya merasa tidak nyaman saja itu sudah sangat keterlaluan. Apalagi Gior yang sekarang suka memaksa ini dan itu, memaksa agar dirinya selalu me
"Apa kamu gila!" Zea benar-benar sudah tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan oleh suaminya. Zea merasa begitu sangat bosan sekali, mendapatkan kebohongan demi kebohongan yang selalu saja dilontarkan oleh suaminya tersebut, Ia juga sudah sangat lelah dengan semua ini. Bagaimanapun juga dirinya ingin adanya sebuah kejujuran di antara mereka berdua bukan seperti ini justru dirinya seperti begitu saja. Dirinya juga tidak mau membuat semuanya menjadi begitu sangat runyam.Akan tetapi semua ini berawal dari suaminya yang memang benar-benar mau berbohong. dirinya benar-benar tidak menyangka jika ternyata suaminya justru tega melakukan semua itu, bagaimana bisa Gior berbohong selama ini, menjadi dua karakter yang begitu sangat berbeda. Yang benar-benar merasa begitu sangat lelah sekali.Zea mendorong tubuh suaminya, Gio bingung harus menjelaskan apalagi pada Zea. Gior benar-benar merasa begitu sangat pusing, melihat Zea yang benar-benar terlihat begitu sangat emosi. Inilah yang diriny