Tidak ada yang aneh dari gelagat wanita sexy itu. Sasy terlihat biasa saja saat menghampiri Gior. Zea sedang berpikir apa yang akan dilakukan Sasy pada Gior. Tidak bisa menduga-duga, apa Sasy akan merayunya atau dengan cara lain. Sementara, Sasy berada di sisi Gior sangat senang. Apalagi saat Gior berbincang dengan beberapa klien. Seolah-olah dirinya adalah istri dari CEO itu. Setelah berbincang, Gior berbicara pada Sasy. "Bisa enggak kamu jangan di sini. Akun risih tahu.""Sayang, kamu kok ngomong kaya gitu. Aku kan calon istri kamu yang dipilih oleh kakek kamu."Tangan Gio mengepal keras. Sejak kapan ada wanita yang mengaku menjadi calon istrinya. Satu istri cukup baginya dan itu adalah Zea -"Jangan tegang gitu ah." Sasy memanggil writers untuk meminta dia minuman. "Sayang, kita minum dulu." Sasy memberikan satu gelas pada Gior. Gior menerimanya, lalu meminumnya karena memang dirinya sedang haus. "Lebih baik kita mengibrol di tempat lain. Aku janji setelah ini akan menjauh. B
"Ze--zea kamu bicara apa?" Gio terlihat sangat gugup. Pro yang masih nertelanjang dada itu mencoba mencari alasan agar bisa memastikan Zea. "Kamu pikir sendiri Mas. Mau sampai kapan kamu berbohong, aku seperti orang bodoh. Bertemu dengan satu orang dengan berbeda fisik. Kamu pikir itu lelucon Mas?" Bibir tipis itu bergetar hebat. Gior menegang mendegar ucapan Zea. Bahkan wanita itu belum beranjak dari tempatnya. Menatap tajam dengan napas naik turun. Haruskan semua terbuka, rahasia yang selama ini ditutupi. "Zea ---" "Katakan, Mas. Maksud kamu apa memperlakukan aku seperti ini? Berpura-pura menjadi pria miskin dan menikahi aku?" Lagi Zea bertanya dengan emosi memuncak. "Zea, dengarkan saya. Semua enggak kaya yang kami pikirkan. Saya Gior, bukan suami kamu!" Gior mulai meninggikan suaranya. "Berhenti berpura-pura Mas. Alan, dia bukan bos kamu kan, dia supir pribadi kamu. Dan uang 1 M itu memang uang kamu. Katakan Mas!"Histeris, Zea memukuli tubuh Gior. Pria itu akhirnya memeluk
Gior membawa Zea ke dalam mobilnya dan mengunci agar sang istri tak bisa ke luar. Bagaimana bisa dia tetap diam saja saat melihat Zea bersama dengan pria lain. Emosi dan cemburu membuat dirinya tidak terkendali. Entahlah dirinya tidak bisa mengontrol emosinya sendiri, saat melihat orang yang dia sayangi dekat dengan pria lain, jujur dirinya tidak menyukai jika apa yang ia miliki harus didekati oleh orang lain. Iya benar-benar sangat tidak rela dengan hal itu. Maka saat dirinya melihat Zea dengan pria lain tentu saja emosinya langsung tidak terkendali seperti ini."Aku mau turun, Pak Gior," ujar Zea dengan penuh penekanan. Dirinya tidak menyukai dengan apa yang dilakukan oleh atasannya itu. Bagaimana bisa Gior semena-mena kepada dirinya. Ia benar-benar tidak mau terus-terusan hidup di dalam tekanan oleh bosnya. Menurutnya Gior yang sudah membuatnya merasa tidak nyaman saja itu sudah sangat keterlaluan. Apalagi Gior yang sekarang suka memaksa ini dan itu, memaksa agar dirinya selalu me
"Apa kamu gila!" Zea benar-benar sudah tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan oleh suaminya. Zea merasa begitu sangat bosan sekali, mendapatkan kebohongan demi kebohongan yang selalu saja dilontarkan oleh suaminya tersebut, Ia juga sudah sangat lelah dengan semua ini. Bagaimanapun juga dirinya ingin adanya sebuah kejujuran di antara mereka berdua bukan seperti ini justru dirinya seperti begitu saja. Dirinya juga tidak mau membuat semuanya menjadi begitu sangat runyam.Akan tetapi semua ini berawal dari suaminya yang memang benar-benar mau berbohong. dirinya benar-benar tidak menyangka jika ternyata suaminya justru tega melakukan semua itu, bagaimana bisa Gior berbohong selama ini, menjadi dua karakter yang begitu sangat berbeda. Yang benar-benar merasa begitu sangat lelah sekali.Zea mendorong tubuh suaminya, Gio bingung harus menjelaskan apalagi pada Zea. Gior benar-benar merasa begitu sangat pusing, melihat Zea yang benar-benar terlihat begitu sangat emosi. Inilah yang diriny
Zea akhirnya turun setelah bernegosiasi dengan Gior. Pria itu juga turun dengan masih berpenampilan Gio si miskin yang menikahi Zea. "Mau kamu aku seperti ini bukan? Tampil di depan semua orang dan mengakui kalau aku suami kamu. Bagaimana?" tanya Gior. Zea menatap kesal, bukan ini yang dia mau. Akan tetapi dia ingin sejak awal Gio mengakui siapa dirinya tanpa dia tahu dari seseorang atau mencari tahu dan akhirnya dirinya merasa kecewa karena dibohongi. "Mau apa dengan seperti ini?" Lagi Zea menyorot dengan tatapan tajam. "Aku mau semua orang tahu kalau kamu sudah punya suami."Egois, yah Gio sangat egois. Harusnya dia memperkenalkan Zea dengan status aslinya. Namun, entah dirinya belum memiliki keberanian. Lagi pula juga Zea tak mau bersamanya dengan wajah Gior sang CEO muda yang tampan dan kaya raya. Harusnya Zea bangga karna suminya sering diimpikan oleh wanita-wanita lainnya."Zea, kamu dari mana?" Fahmi menyalanya setelah sejak tadi mencari keberadaan wanita itu. Gio gesit m
"Lepas!" Sesampainya dikamar Zea pun mencoba melepaskan cengkaraman tangan suaminya. Entah Gio harus menenangkan istrinya seperti apa jika sudah mengamuk sepeti ini. "Ze, kamu maunya apa sih?" Gior mengusap wajah kasar. Sejak tadi siang istri tak berhenti bungkam, Gio pun tidak tahu harus seperti apa. Wajahnya yg cantik berubah menggemaskan saat dia marah dan emosi. Namun tetap saja tak bisa di ajak bicara. Pria itu, biasanya para wanita mengejarnya tapi kali ini dia yang mengejar dan berusaha untuk mendapatkan maaf dari seorang Zea. Sebenarnya mudah saja maunya Zea apa. Dia hanya ingin suaminya jujur, tidak seperti sekarang. Kebohongan demi kebohongan kerap di lakukan oleh Gior. Mulai dari merubah penampilan juga sikap arogannya. Bahkan seperti memliki kepribadian ganda. "Aku harus bagaimana sih," ujar Gio. Tidak pernah dia merasa pusing. Dulu saat berpacaran dengan mantan kekasihnya, dia hanya menulis cek saja sang mantan sudah memamerkan gigi. Namun berbeda dengan Zea. Suli
"Tapi aku sangat menghargai ayahku."Zea benar-benar merasa begitu sangat bingung. Mau bagaimanapun juga dia telah tetap ayahnya. Tanpa dia mungkin ia tidak akan berada di dunia ini, Zea benar-benar masih memiliki hati nurani yang benar-benar sangat bersih, apapun yang sudah dilakukan oleh ayahnya memang semua itu akibat hasutan dari ibu tirinya. Walaupun terkadang ia merasa kesal dan juga merasa sakit hati karena ayahnya sama sekali tidak mau membela, tapi bagaimanapun juga dia tetap ayahnya orang tua satu-satunya yang sekarang dimiliki oleh Zea."Dia tidak pernah menghargai kamu. Selama ini, dia lebih memperhatikan ibu sambung kamu bukan?" Gio mencoba untuk meyakinkan Zea untuk pindah bersamanya. Menurutnya pergi dari rumah neraka ini lebih baik untuk istrinya daripada terus bertahan dan dijadikan sapi perah saja oleh mereka. Iya saja yang baru tinggal di sana sudah merasa begitu sangat tertekan apalagi istrinya selama ini. Gior hanya ingin membawa istrinya ke dalam sebuah kebahagi
Farhat datang dan langsung menghampiri Dara. Niat hati ingin melihat buah hati, tapi dia mengurungkan niat itu karena sang istri. Pasti merengek ini itu. Apalagi rasa sakit, dan meminta membeli hal ini dan itu juga. Dirinya sudah pusing dengan urusan pekerjaan, lagi juga di kantor perusahaannya benar-benar begitu sangat collapse selalu di rumah istrinya terus-terusan merengek. Ia benar-benar dibuat pusing dengan semua ini. Seharusnya mereka Tengah menikmati momen-momen bahagia menjadi orang tua baru. Namun, karena kontrak yang diputus tersebut pun membuatnya merasa begitu sangat kesal sekali. Belum lagi rengekan Dara tentang asisten untuk sang anak. Farhat memijit pelipisnya. Kepalanya terasa pening apalagi tadi habis di omelin sanga ayah. Jangankan babysitter untuk anaknya iya saja masih benar-benar pusing untuk memutar otak kebutuhan mereka yang cukup banyak. Entahlah menurutnya istrinya tidak bisa memahami keadaannya saat ini, istrinya terus saja menuntut padahal sudah tahu k