"Lepas!" Sesampainya dikamar Zea pun mencoba melepaskan cengkaraman tangan suaminya. Entah Gio harus menenangkan istrinya seperti apa jika sudah mengamuk sepeti ini. "Ze, kamu maunya apa sih?" Gior mengusap wajah kasar. Sejak tadi siang istri tak berhenti bungkam, Gio pun tidak tahu harus seperti apa. Wajahnya yg cantik berubah menggemaskan saat dia marah dan emosi. Namun tetap saja tak bisa di ajak bicara. Pria itu, biasanya para wanita mengejarnya tapi kali ini dia yang mengejar dan berusaha untuk mendapatkan maaf dari seorang Zea. Sebenarnya mudah saja maunya Zea apa. Dia hanya ingin suaminya jujur, tidak seperti sekarang. Kebohongan demi kebohongan kerap di lakukan oleh Gior. Mulai dari merubah penampilan juga sikap arogannya. Bahkan seperti memliki kepribadian ganda. "Aku harus bagaimana sih," ujar Gio. Tidak pernah dia merasa pusing. Dulu saat berpacaran dengan mantan kekasihnya, dia hanya menulis cek saja sang mantan sudah memamerkan gigi. Namun berbeda dengan Zea. Suli
"Tapi aku sangat menghargai ayahku."Zea benar-benar merasa begitu sangat bingung. Mau bagaimanapun juga dia telah tetap ayahnya. Tanpa dia mungkin ia tidak akan berada di dunia ini, Zea benar-benar masih memiliki hati nurani yang benar-benar sangat bersih, apapun yang sudah dilakukan oleh ayahnya memang semua itu akibat hasutan dari ibu tirinya. Walaupun terkadang ia merasa kesal dan juga merasa sakit hati karena ayahnya sama sekali tidak mau membela, tapi bagaimanapun juga dia tetap ayahnya orang tua satu-satunya yang sekarang dimiliki oleh Zea."Dia tidak pernah menghargai kamu. Selama ini, dia lebih memperhatikan ibu sambung kamu bukan?" Gio mencoba untuk meyakinkan Zea untuk pindah bersamanya. Menurutnya pergi dari rumah neraka ini lebih baik untuk istrinya daripada terus bertahan dan dijadikan sapi perah saja oleh mereka. Iya saja yang baru tinggal di sana sudah merasa begitu sangat tertekan apalagi istrinya selama ini. Gior hanya ingin membawa istrinya ke dalam sebuah kebahagi
Farhat datang dan langsung menghampiri Dara. Niat hati ingin melihat buah hati, tapi dia mengurungkan niat itu karena sang istri. Pasti merengek ini itu. Apalagi rasa sakit, dan meminta membeli hal ini dan itu juga. Dirinya sudah pusing dengan urusan pekerjaan, lagi juga di kantor perusahaannya benar-benar begitu sangat collapse selalu di rumah istrinya terus-terusan merengek. Ia benar-benar dibuat pusing dengan semua ini. Seharusnya mereka Tengah menikmati momen-momen bahagia menjadi orang tua baru. Namun, karena kontrak yang diputus tersebut pun membuatnya merasa begitu sangat kesal sekali. Belum lagi rengekan Dara tentang asisten untuk sang anak. Farhat memijit pelipisnya. Kepalanya terasa pening apalagi tadi habis di omelin sanga ayah. Jangankan babysitter untuk anaknya iya saja masih benar-benar pusing untuk memutar otak kebutuhan mereka yang cukup banyak. Entahlah menurutnya istrinya tidak bisa memahami keadaannya saat ini, istrinya terus saja menuntut padahal sudah tahu k
Setelah tahu suaminya adalah CEO di kantornya, Zea merasa sedikit sungkan. Seperti halnya saat ini, mereka bersiap pulang. Biasanya Zea selalu bersikap biasa-biasa saja kepada suaminya saat dulu mengetahui jika Gio hanyalah seorang pekerja biasa, tetapi saat dirinya mengetahui yang sebenarnya membuat ia benar-benar merasa begitu sangat bingung sekali. Dahulu apapun yang ingin Ia katakan kepada suaminya langsung ia katakan tanda kuma berbeda dengan sekarang apapun yang akan ia katakan selalu dipikirkan terlebih dahulu, ia belum terbiasa dengan suaminya yang saat ini. Entahlah jika dikatakan nyaman dirinya lebih nyaman dengan suaminya yang bertompel dan juga miskin dibandingkan dengan suaminya yang sekarang ini.Setelah dari luar, Gio kembali ke kamar dan langsung meminta Zea jangan lama. "Ayo, sudah malam. Rombongan kantor sudah pulang sejak tadi," Ujar Gio. Lagi dan Lagi apa yang dikatakan oleh Gio itu seperti perintah yang tidak boleh dibantah oleh Zea. Dirinya seorang istri tapi
Hampir saja Sella menampar Gio jika Zea tak menampar Sella duluan.Zea benar-benar tidak terlibat dengan apa yang dilakukan oleh keluarganya itu. Menurutnya bu Layla dan juga anaknya itu sangatlah keterlaluan tanda kurma apa yang sedang mereka lakukan memang sudah di luar batas, padahal selama ini dia juga tidak pernah ikut campur urusan mereka, selama ini dia dijadikan sapi perah oleh mereka semua."Jangan pernah ada yang menyetuh suamiku. Kalian. Tidak tahu jika dia lebih berharga dari siapa pun. Lebih baik urusin urusan. Kalian."Zea kali ini benar-benar melakukan pembelaan untuk Gio. Dia tidak akan pernah mau membiarkan ada orang lain yang menghinanya. Lagipula mereka berdua tidak ada hak untuk menghakimi Gio, batas kesabarannya sudah melampaui apapun itu. Iya benar-benar sangat tidak mau jika mereka berdua semakin semena-mena kepadanya. Menurutnya mau bagaimanapun suaminya, dia akan tetap membelanya. Walaupun mereka berdua saling berkonflik apalagi Ia baru mengetahui soal Gio ya
"Yakin mau keluar dari rumah ini?" tanya Gio. Lelaki itu merasa heran dengan keputusan yang diambil oleh istrinya itu. Bukankah tadi istrinya yang berkata tidak mau untuk ikut pergi bersamanya dan memikirkan apa tanggapan mereka semua, lalu sekarang tiba-tiba istrinya mengatakan hal tersebut dengan begitu sangat yakin. Apakah istrinya hanya menggertak mereka saja ataukah memang Zea benar-benar serius dengan ucapannya itu. Gio tidak mau mati dengan rasa penasaran maka dari itu dirinya pun langsung saja bertanya kepada sang istri mengenai kebenaran yang ada."Kalau aku enggak yakin mana mungkin aku bicara seperti tadi." Dia sangat kesal sekali mengapa mulut mereka semua benar-benar tidak sekolah. Dia merasa begitu sangat sebal. Karena mereka semua sejak dahulu tidak ada bedanya, tidak pernah mau berubah. Zea benar-benar kali ini serius dengan ucapannya. Dia tidak pernah main-main dengan ucapannya. Saat ia kesal seperti ini, mengapa suaminya justru bertanya. Benar-benar hal yang sangat
Suasana kantor sepertinya sedang tidak bersahabat lagi. Apalagi santer terdengar Zea yang memanfaatkan fasilitas kantor untuk bulan madu. Hal itu tidak benar dan sangat disayangkan beberapa oknum. Zea merasa kesal, kalau saja bukan suaminya yang muncul dan membuat gaduh, pastinya tidak akan terjadi seperti ini. Zea duduk di mejanya, Aleta muncul dengan wajah datar. "Kamu masih bisa santai mendegar gosip tentang kami?" tanya Leta. "Aku harus bagaimana?" tanya Zea menaikan bahu. "Enggak takut di pecat?" tanya Aleta. "Kalau aku dipecat pun aku masih bisa makan. Punya suami, enggak kaya kamu ngejar suami orang!" Zea bangkit dan membawa beberapa berkas menuju ruangan sang suami. "Suami orang? Heh Zea, maksud kamu apa?" Aleta mencoba mengejar Zea yang sudah masuk ke dalam ruangan Gior, sang bos. Aleta mematung saat pintu langsung tertutup. Dia tahu jika pak bos nya tak suka dengan orang yang datang saat dirinya sedang ada tamu. Terpaksa Aleta kembali ke ruangannya. Sementara, Zea su
"Pak Mansyur?" Gior kaget saat Zea muncul bersama dengan ayahnya. Sungguh pemandangan yang sangat langka saat ini. Tidak seperti biasanya keduanya sangat jarang terlihat bersama di rumah. Namun, kini malah keduanya bersama di lantai ini."Pak Gior," sapa Pak Mansyur. "Eh iya, Pak Mansyur. Kok bisa bareng sama Zea?" tanyanya pura-pura tidak tahu. Pak Mansyur menatap Zea, lalu tersenyum pada Gior. "Zea ini anak saya," ujarnya. Sebuah keajaiban yang di dengar Gior saat ini. Wajahnya terlihat bingung dan sesekali melirik ke arah Zea berharap akan mendapatkan jawaban dari keanehan yang sedang terjadi. Bukan aneh, tapi jarang bahkan pka Mansyur mengakui jika Zea adalah anaknya. "Oh, anak Pak Mansyur." Ketegangan di antara mereka terhenti saat Pak Abdullah datang. Arga mempersilahkan mereka masuk ke ruangan Gior karena ada hal yang akan di bicarakan oleh Pak Abdullah. Pak Mansyur duduk di sofa bersama Pak Abdullah. Ayah dari menantu Pka Mansyur itu datang karena pembatalan sepihak. "