Gio menggenggam tangan sang istri, lalu menatap mereka semua dengan emosi. Sekali lagi Zea menoleh, dia mencoba lepas dari genggaman suaminya. Namun, tangan itu begitu keras hingga tak bisa dilepaskan. Kali ini Zea benar-benar merasa begitu ada yang berbeda, sekarang ya benar-benar bisa merasakan perbedaan yang ada, mengenai bos dan juga suaminya. Lagi-lagi Zea merasa de ja vu saat Gio berteriak. Seperti melihat bosnnya kala marah dengannya. Mengapa kebetulan kebetulan itu begitu sangat persis sekali, ia benar-benar merasa begitu sangat pusing melihat ini semua, mengapa hatinya menjadi bimbang dan ragu dan juga kenapa dirinya berpikiran jika bosnya itu adalah sang suami. Bukan dirinya yang terlalu berharap akan hal itu tanda kumat tetapi mengapa semuanya terasa begitu sangat berat sekali, ia benar-benar merasa begitu sangat yakin sekarang jika yang ada di sebelahnya itu adalah sang bos dan bukan suaminya. Farhat bertepuk tangan saat Gio marah. Lelaki itu seperti biasa tertawa men
"Papa!" Bu Layla berteriak. Dirinya benar-benar tidak terhemat dengan apa yang dilakukan oleh suaminya itu, bagaimana bisa Pak Mansyur justru menghina anaknya seperti itu dan lagi membahas perihal pesta pernikahan itu, ia benar-benar merasa begitu sangat kesal sekali."Kamu mau aku tampar, Ma?" Pak Mansyur sekarang sudah tidak takut lagi dengan semua ancaman yang diberikan oleh istrinya. Ia sudah benar-benar merasa begitu sangat muak, selama ini dirinya terlalu dibodohi oleh bu Layla sampai-sampai ia memang mengabaikan Putri kandungnya sendiri, putrinya diperas habis-habisan untuk melunasi hutang yang sama sekali memang tidak dibuat oleh dirinya itu bahkan hampir saja menjadi tumbal istri keempat dari juragan Teh yang sudah tua bangka itu, hal yang benar-benar membuatnya begitu sangat murka sekali. Padahal selama ini ia sudah sangat percaya kepada sang istri dan dokumen ia sudah menyayangi anak-anaknya seperti anaknya sendiri tapi mengapa justru dia yang berbuat seperti itu.Sontak Bu
"Kamu bilang apa, Zea?" Kini malah Gio yang bertanya heran. Bagaimana bisa istrinya berbicara hal itu. Lalu, mengatakan jika memang benar dirinya selingkuh. Gio benar-benar begitu sangat penasaran mengapa justru istrinya mengatakan hal tersebut, ia merasa sangat aneh sekali dengan siapa istrinya berselingkuh sedangkan dirinya saja yang berstatus bosnya tidak pernah berselingkuh dengan Zea. Bos mana lagi yang diselingkuhi oleh istrinya benar-benar sangat lucu sekali istrinya itu."Sialan kalian!" Zea sudah mulai kesal lalu melangkah masuk ke kamarnya.Dirinya benar-benar merasa begitu sangat muak, mengapa tidak ada keluarga ataupun saudara yang bisa berpikir dengan jernih. Mengapa mereka semua berpikiran yang tidak-tidak benar-benar sangat menyebalkan sekali. Ia sudah kesal dibuat banyak sekali masalah oleh bosnya lalu di rumah harus dituduh oleh darah dan sekarang semuanya menyudutkannya, begitu juga dengan suaminya entahlah ia sekarang sedang tidak mood dengan siapa-siapa benar-ben
Pak Mansyur tak mau mendengar apa yang di katakan istri dan anak sambungnya. Lalu, pergi masuk ke dalam kamar. Dirinya sudah benar-benar lelah karena selama ini selalu memihak orang yang salah, sekarang semuanya sudah terbuka lebar ia tidak mau lagi terus-terusan menyalahkan anaknya yang tidak tahu apa-apa itu. Ya sudah benar-benar muak kepada istri dan juga anak-anak tirinya itu bagaimana bisa mereka terus saja mengganggu kehidupan Putri kandungnya, ia benar-benar tidak menyangka dengan semua itu. Bu Layla hampir terjatuh jika Sella tak menahannya. Dirinya sangat syok dengan pernyataan dari suaminya itu, bagaimana bisa Pak Mansyur orang yang selama ini selalu membelanya orang yang selalu mendukungnya bahkan orang yang tidak pernah mau mendengar apa yang dikatakan orang lain kecuali dirinya sekarang sudah tidak mau lagi mendengarnya. "Ma, sudah jangan dipikirkan. Ayo bangun, " Sella mencoba menguatkan. Sebenarnya ia juga sangat terkejut dengan apa yang baru saja ia lihat, orang
Sepulang dari rumah orang tuanya Dara, Farhat kembali mempertanyakan beberapa hal pada sang istri. Perselingkuhan Farhat dan Dara terjadi karena Dara menjebaknya. Merayu pria itu yang tidak pernah mendapatkan keperawanan dari Zea. Dan karena ibunya pun tak merestui mereka. "Jelaskan semuanya Dara. Apa maksud Papa kamu dengan impas uang 1 M dengan kerugian yang sengaja di buat Zea?" tanya Farhat dengan penuh emosi. Awal mula dirinya membenci Zea karena hasutan Dara. Percaya jika Zea berselingkuh dengan atasannya saat masih menjadi pelayan toko. Kini, Zea kembali di fitnah dan dia awalnya percaya karena Farhat berpikir Zea akan membalas dendam padanya dengan cara apa pun. Dara menunduk dengan tangan yang meremas ujung baju. Perutnya terasa nyeri saat ini, sejak tadi merasa tegang dengan apa yang tengah terjadi. "Jelaskan sekarang, Dara!" untuk pertama kalinya Farhat berteriak di hadapan sang istri. Dara mengangkat kepala sembari mengeluarkan air mata. Jurus yang selalu di keluarkan
Bu Layla dan Pak Mansyur pun gegas ke rumah sakit saat mendapat telepon dari Farhat. Bu Layla sepanjang jalan terus menggerutu kesal, tapi Pak Mansyur tak menanggapi. Pria tua itu hanya fokus menyetir. Sebenarnya malas mengantar, tapi Bu Layla terus memaksanya. Namun, kali ini ocehannya membuatnya kesal. "Kalau kamu tidak berhenti bicara, aku tinggal juga dari rumah sakit." Bu Layla sontak langsung bungkam, sama halnya dengan Sella yang juga sejak tadi mengantuk karena harusnya dia tertidur di rumah bukannya ikut ke rumah sakit. Baru mau tidur sudah di kejutkan oleh telepon Farhat yang mengatakan jika Dara akan melahirkan. Mereka pun gegas pergi tanpa memberi tahu Zea seperti biasanya yang terjadi. "Jeng, Layla. Untung cepat datang," ujar ibunya Farhat. Besan Bu Layla menghampirinya lalu memeluknya. Pak Abdullah sejak tadi diam saja, apalagi saat melihat Pak Mansyur. Tak ada yang ingin dia katakan sejak perdebatan kala itu. "Bu, ini Dara kenapa ya?" tanya Bu Layla.
"Ada apa sih Pak Bos? " tanya Alan. Gio terlihat terburu-buru saat melihat Zea yang sudah naik taxi. Keringat bercucuran membasahi bajunya. Hanya karena seorang Zea dirinya seperti badut yang sedang dipermainkan. "Aku tidak tahu kenapa Zea sepertinya sedang marah padaku. Apa salahku?" Gio menyenderkan tubuh di sofa. Sejak semalam istrinya sangat cuek dan tak terlihat senyum. Semenjak pertengkaran dengan kedua orang tuanya juga apalagi dengan tuduhan yang di lontarkan padanya. "Bos ingat-ingat, buat masalah enggak sama dia?" Akan kembali mengingatkan. Gio mencoba mengingat-ingat, Rata-rata dia tidak membuat kesalahan pada sang istri. Apa salahnya pikir Gio kembali. Tidak mau terus pusing, Gio pun meminta Alan membawanya ke rumah lebih dulu untuk mandi karena dia merasa tubuhnya tak segar. Satu jam dia sampai di rumah, gegas dia masuk ke dalam. Namun, dia di kejutkan oleh Sasy yang sedang bersama sang kakek. "Hai sayang?" Sasy menghampiri Gio, saat ingin memeluknya Sasy memundur
Gio tidak mengerti maunya sang kakek. Pria itu itu sangat menyusahkan dirinya dengan tiba-tiba malah memberi lampu hijau pada Sasy. Apalagi Sasy muncul di mana dirinya sedang mengadakan meeting klien yang sangat besar. Sebagai seorang cucu dirinya tidak mengerti mengenai jalan pikiran dari kakeknya itu. Ia sudah begitu sangat bingung dengan permasalahan yang ada tiba-tiba kakeknya justru memunculkan masalah baru yang membuatnya harus kembali ekstra dalam berpikir lagi."Bagaimana aku mengusir dia Ga?" Gio frustasi saat mengingat Sasy akan mengganggu dirinya. Iya tidak bisa berpikir dengan jernih, mengapa sih masalah datang silih berganti, mengapa dirinya harus hidup dengan masalah-masalah yang begitu sangat memusingkan dan membuatnya harus berpikir ekstra keras ini. Iya benar-benar merasa begitu sangat lelah sekali. Ingin rasanya dirinya hidup dengan tenang tanpa ada masalah-masalah itu."Tuan Bos, katakan saja sudah menikah dengan Nyonya Zea." Alan yang sejak tadi hanya bermain pon