"Apa enggak bisa lahiran normal saja?" tanya Farhat dengan memijit pelipisnya. Rasanya belum hilang pening di kepalanya kini sudah menerima gempuran baru. Nominal harga yang fantastis untuk melahirkan membuat dirinya pusing. Apalagi habis kehilangan 3 kontrak penting sekaligus. "Kok kamu bilang begitu? Kan aku bilang takut melahirkan, jadi aku maunya lahiran SC aja. Lagian sama aja kan?" Dara mulai bertanya-tanya ada apa sebenarnya. Farhat mengusap wajah kasar. Lalu menatap sang istri dengan penuh iba. Memang sebagai seorang suami dirinya ingin memberikan yang terbaik untuk istrinya, apapun ingin ia berikan, tapi sekarang posisinya dirinya baru saja terkenal masalah besar. Ia hanya ingin istrinya sabar saja dia tengah berusaha untuk membalikkan finansial mereka semua seperti sedia kala walaupun memang dirinya belum mengetahui harus dengan cara apa. "Aku habis kehilangan kontrak kerja. 3 kontrak sekaligus karena Zea." Farhat menoleh ke arah Dara. Dirinya benar-benar merasa begitu s
"Ngurus kepentingan saya, ngerti kamu?" Zea menunduk malu, lalu bersikap seolah-olah tak terjadi apa pin. "Eh iya. Ya sudah." Zea menjawab ragu. Zea masuk ke ruangan sang bos. Keinginannya bertanya tentang kontrak kerja sang mantan pun sepertinya bisa ditanyakan saat inj. "Pak, saya mau tanya kenapa Pak. Gior membatalkan kontrak kerja bersama dengan perusahaan Pak Abdullah? "Gior menatap Zea yang seperti ketakutan. Namun bagaimana juga harus di tanyakan. "Bukannya kamu bilang jangan terima si farhat? Harusnya senang dong, bisa balas dendam bukan?"Zea kaget lalu kembali menatap ke arah sang bos. "Balas dendam apa? kok Pak bos bisa bicara hal itu?" tanya Zea. Gior pun terdiam, lupa jika dia salah bicara. " Bukannya dia hampir melecehkan kamu?"Zea mengangguk, dia ingin berterima kasih tapi takut dengan tatapan Gior seperti itu. "Sudah keluar saja kamu, jangan ganggu saya lagi.""Ba-baik." Zea gegas keluar dari ruangan Zio, pantas saja Dara mengamuk. tiga kontrak yang dibata
Selesai meeting, Aleta menghampiri Zea. Lalu seperti biasa ada aja yang di lakukan Aleta. Dirinya merasa begitu sangat kesal, mengapa Zea yang orang baru justru ia harus mendapatkan tempat dalam perjalanan ke luar kota ini. Seharusnya dirinya saja yang menemani sang atasan untuk pergi. Rasanya ia sudah benar-benar begitu sangat muak sekali, ia takut jika sampai tempatnya justru tergeser."Kamu itu tidak pantas untuk ikut keluar kota, anak baru saja sudah songong seperti ini."Aleta menatap sinis ke arah Zea. Kali ini Zea tak mau diam saja, dirinya pun memutar kata untuk membuat kesal Aleta. Cukup sekali Aleta mempermainkannya, ia tidak mau jika sampai rekan kerjanya itu semakin berbuat semena-mena. Selama ini ia diam karena dirinya menganggap sikap sikap Aleta akan berubah, tetapi sayangnya justru adatnya semakin keterlaluan saja."Kamu marah sama Pak Gior saja. Jangan sama aku, ngerti enggak?" Dea langsung saja menjawab perkataan dari Aleta yang benar-benar begitu sangat menyebalkan
Saat keluar toilet lagi- lagi dia masih merasa jengkel. Apalagi saat bertemu dengan Gior sang bos. Karena bosnya itu dirinya menjadi bahan gunjingan karyawan-karyawan yang lain, rasanya benar-benar begitu sangat menyebalkan sekali. Zea melewati saja saat Gior berhadapan dengannya. Tanpa tersenyum apalagi menyapa ia benar-benar merasa begitu sangat kesal. "Zea tunggu mau ke mana?" tanya Gior dirinya merasa begitu sangat heran mengapa justru dia melewatinya begitu saja. Tidak menyapa atau hal lainnya. Gior menarik lengan Zea hingga membuat netra Zea membulat. "Pak Gior, lepas!" Zea berbicara cukup keras sekali. Ia benar-benar merasa begitu sangat emosi dengan apa yang dilakukan oleh sang atasan. "Iya saya lepas. Kamu ke ruangan saya cepat sekarang!" Gior cukup terkejut karena Zea berani membentaknya seperti itu. Lalu ia pun langsung saja memberikan perintah. "Mau apa?" tanya Zea. "Kamu kenapa si uring-uringan? Bukannya kamu harusnya senang sudah bisa balas dendam dan ikut ke l
"Hah, gila apa saya kaya gitu." Zea langsung saja melotot bisa-bisanya sang atasan menyarankan hal gila seperti itu. Mau bagaimanapun juga ia tidak akan pernah mau menerima tawaran gila itu, ia merasa begitu sangat lelah sekali lalu mengapa tiba-tiba justru Gior menawarkan hal yang membuatnya berada di dalam masalah besar. Jika dirinya menuruti perkataan dari sang atasan bisa-bisa ia benar-benar dicap sebagai wanita kegatelan dan tidak tahu diri. Namun, memang pesona Gior tidak bisa diabaikan. kali ini, rasanya entah dia merasa ada yang lain setiap pria itu memperhatikannya. "Jangan macam-macam. Pak Gior yang terhormat, cari saja wanita lain apa enggak laku sampe menggoda istri orang. Tapi, kenapa kalau saya lihat kok Anda mirip siapa Ya?" Zea tiba-tiba langsung terdiam, melihat sang atasan di depan matanya benar-benar membuat wajah familiar itu muncul lagi. Iya bukan orang yang mudah pelupa, ia juga sepertinya sangat hafal aroma tubuh apalagi tentang raut wajah dari sang atas
Tangan Zea menampar keras sang bos karena lancang mencium dirinya. Lalu, gegas dirinya berjalan cepat ke luar ruangan. Ya benar-benar merasa kembali lagi harus dilecehkan oleh bocah sendiri, bagaimana bisa sang bos terus saja bersikap lancang, memangnya ia wanita murahan yang begitu saja luluh hanya karena tahta dan juga ketampanan, ia berstatus sudah memiliki suami, ia tidak mungkin menghianati suaminya sendiri. Pantang bagi dirinya untuk berselingkuh, karena ia sangat mengetahui bagaimana rasa sakitnya dikhianati itu.Sementara, Gior berdiri mematung mengingat apa yang dia lakukan pada Zea. Bodoh bodoh, mengapa dirinya bisa sampai kelepasan lagi, sekarang ia Tengah menjadi bos dan bukan menjadi suaminya Zea, wajar saja jika dia menamparnya seperti itu. Ya benar-benar merasa begitu sangat kesal dengan kebodohan yang terus saja ia perbuat, bagaimana bisa dirinya tidak bisa menahan diri jika sedang berdekatan dengan Zea. Memerankan dua orang sekaligus benar-benar membuatnya begitu sang
Sesampainya di rumah, Zea kembali dihadapkan dengan sebuah masalah. Matanya langsung tertuju di halaman rumah. Mobil Farhat terparkir dengan sempurna. Bagaimana tidak berpikiran buruk jika sejak tadi sang kakak terus saja menghubunginya hanya karena kontrak kerja yang dibatalkan. Zea sepertinya sudah bisa memikirkan hal yang akan terjadi selanjutnya, yang tentu saja hal tersebut agar membuat moodnya semakin hancur lagi, sudah lengkap ternyata masalahnya hari ini bahkan benar-benar begitu sangat lengkap sekali. Mungkin sebentar lagi dirinya akan mendengar cerita yang begitu sangat panjang sekali, mungkin juga akan ada emosi yang membara benar-benar sangat menyebalkan hari ini. Memangnya semua orang tidak ada apa yang bisa membuat dirinya bahagia dan bukan terus-terusan tersiksa seperti ini. Zea menarik napas panjang, lalu masuk ke rumah. Sepertinya dirinya harus siap siaga untuk menyediakan mental, karena tentu saja pasti di dalam sana akan ada drama yang dibuat oleh Farhat. Lelaki
Gio menggenggam tangan sang istri, lalu menatap mereka semua dengan emosi. Sekali lagi Zea menoleh, dia mencoba lepas dari genggaman suaminya. Namun, tangan itu begitu keras hingga tak bisa dilepaskan. Kali ini Zea benar-benar merasa begitu ada yang berbeda, sekarang ya benar-benar bisa merasakan perbedaan yang ada, mengenai bos dan juga suaminya. Lagi-lagi Zea merasa de ja vu saat Gio berteriak. Seperti melihat bosnnya kala marah dengannya. Mengapa kebetulan kebetulan itu begitu sangat persis sekali, ia benar-benar merasa begitu sangat pusing melihat ini semua, mengapa hatinya menjadi bimbang dan ragu dan juga kenapa dirinya berpikiran jika bosnya itu adalah sang suami. Bukan dirinya yang terlalu berharap akan hal itu tanda kumat tetapi mengapa semuanya terasa begitu sangat berat sekali, ia benar-benar merasa begitu sangat yakin sekarang jika yang ada di sebelahnya itu adalah sang bos dan bukan suaminya. Farhat bertepuk tangan saat Gio marah. Lelaki itu seperti biasa tertawa men