“Dave, bagaimana menurutmu?” Isabelle menatap David.Pria itu mengetuk-ngetuk jarinya ke atas meja. Dia menegakkan punggungnya lagi lalu berkata, “Itu memang salah satu solusi yang paling cepat saat ini. Tapi hanya kalau kamu setuju melakukannya.”“Tapi aku masih bingung.” Isabelle memegang kepalanya yang nyaris pecah. “Apa yang terjadi dengan Revive Orion kalau kita menjual saham ke pihak luar?” “Perusahaan sebesar Revive Orion akan selalu menjadi sorotan, Belle. Dengan posisi ini, ada banyak yang bersedia membeli saham kita dan biasanya itu bisa dari pihak swasta, individu, atau lembaga-lembaga resmi lainnya. Kalau mereka sudah setuju, maka mereka akan mengirim orang-orangnya untuk mengambil tempat di beberapa kursi dalam ruangan ini,” kata David, menunjuk beberapa kursi kosong di sisi meja.Isabelle menyipitkan mata. “Maksudmu, akan ada campur tangan pihak luar dalam dewan direksi?”“Sederhananya, ya.”“Kalian memberiku ide untuk menjual perusahaan Daddy?”“Bukan, Belle.” David me
Setibanya mereka di rumah, dua orang pria dengan tubuh tegap dan mengenakan jaket kulit hitam menunggu di ruang tamu. Madam Amy Vase, pelayan yang bekerja hampir dua puluh tahun di kediaman Hawthorne menemui Isabelle lalu berbisik, “Nona, mereka dari kepolisian.”Isabelle menerka-nerka apa yang membuat dua orang polisi itu datang ke kediamannya. Mereka tidak mengenakan seragam, jadi Isabelle tidak mengetahui kalau mereka adalah petugas. Kedua pria itu langsung berdiri menyambut dan menjulurkan tangan pada Isabelle.“Nona Hawthorne, kami dari petugas kepolisian daerah Florida. Kami datang untuk mengantarkan sesuatu untuk Anda.”“Mengantarkan apa?” Isabelle mengernyit.Salah satu dari mereka menyerahkan satu buah kotak, dan begitu menerimanya Isabelle nyaris jatuh karena ternyata kotak itu cukup berat. Beruntung Tristan langsung membantunya dan mengambil alih kotak dari tangan Isabelle.“Apa ini?”“Ini merupakan barang-barang Tuan Tony yang kami temukan di hotel tempatnya menginap. Maaf
Membawa sebuket bunga, Isabelle berajalan menuju makam Stephani. Dari kejauhan dia bisa melihat David berdiri menggunakan payung, sendirian di bawah terik matahari yang panas. Ketika dia sudah sangat dekat, David menoleh, membuka kaca mata Chanel hitamnya lalu berseru, “Belle, kamu di sini?”Isabelle mengangguk, meletakkan buket bunga di makam Stephani dan mengusap batu nisannya. Dia berdiri, menatap David dengan wajah simpati dan melihat mata pria itu sedikit bengkak. Dia pasti habis menangis lagi, batin Isabelle.“Aku pikir kamu sudah lupa.”David mengajak Isabelle duduk beristirahat pada sebuah pondok kecil yang memang disediakan untuk keluarga pengunjung makam. Isabelle membuka kaca matanya, menyelipkannya ke kerah bajunya lalu duduk. Angin sepoi menerbangkan rambutnya yang berantakan dan tiba-tiba dia teringat dengan berkas yang baru saja dibacanya.“Kamu ke sini bukan untuk bertemu Stephani, bukan?” tebak David.Gadis itu menatap David, satu-satunya pria yang dipercayainya setel
Isabelle duduk dengan tegak di sisi tempat tidurnya. Walau menunggu sampai larut malam, atau hingga pagi menjelang, Isabelle akan melakukannya. Dia perlu bertanya pada Tristan kenapa dia mengambil tas milik Tony.Dan begitu jarum jam menunjukkan angka sebelas malam, Tristan akhirnya pulang. Isabelle langsung berdiri. Dengan tatapan intens dan ekpresi mengintimidasi, dia mendekati Tristan.“Kamu dari mana?”Tristan meliriknya, dia mengernyit. “Apakah kamu lupa tentang...”“Tidak!” tegas Isabelle. “Aku tidak lupa pada perjanjian kita yang mengatakan aku tidak boleh mencampuri urusanmu.”“Lalu, kenapa menanyakan aku dari mana?”“Kalau begitu biar ku ganti pertanyaannya. Dimana tas ayahku?”Tristan mengangkat alis, lalu menggeleng. “Apa yang kamu bicarakan?”“Kamu sungguh tidak tahu apa yang ku bicarakan?” Isabelle menatapnya tajam. “Tas ayahku. Tas kulit berwarna hitam yang ada bordiran namaku dan Tony di dalam. Hanya kamu yang kembali ke kamar, Tristan. Tak ada yang lain!”“Aku tidak pa
“Kenapa kamu kemari?”David terkejut saat mendapati Isabelle sudah berada di ruangannya. Ketika Betty Lincoln, sekretarisnya mengatakan ada tamu dalam ruangannya, David bertanya-tanya siapa dia. Dan ternyata Isabelle.“Aku ingin mulai mempelajari perusahaan. Kamu punya sesuatu yang bisa ku lihat-lihat?”“Kenapa tidak minta dari kantor pusat?” David balik bertanya. “Atau kamu mau aku meminta mereka menyerahkannya padamu?”“Apa tidak bisa dari kantormu saja?”David tertawa. Dia duduk di samping Isabelle lalu menuang segelas teh. “Tentu saja boleh, Belle. Tapi masalahnya, ada perbedaan yang besar antara kantor cabang yang ku kelola sekarang dengan kantor pusat. Kamu tahu, inti dari Revive Orion adalah kantor pusat. Bahkan aku masih harus mengirim semua laporanku ke sana. Jadi, lebih baik kamu pelajari apa yang ada di kantor pusat alih-alih data di sini. Jika kamu butuh bantuan, aku akan membantumu.”Dua jam kemudian Isabelle sudah ada di kantor pusat. Dia menemui beberapa manager tiap di
“Awal tahun, kekacauan terjadi di pabrik utama. Kebocoran gas beracun dari tabungnya menyebabkan sembilan ilmuwan meninggal, dan kita harus memberi kompensasi pada keluarga korban, juga untuk menutup mulut para pejabat pemerintah.”Jantung Isabelle berdegup makin cepat. “Lalu?”“Tiga bulan setelah kejadian itu, salah satu pabrik di cabang perusahaan melakukan kesalahan, yaitu mengedarkan obat penghilang rasa sakit yang belum lulus uji. Alhasil obat-obat yang sudah didistribusikan ke beberapa rumah sakit justru membuat beberapa pasien mengalami kejang-kejang setelah disuntikkan cairan itu. Setelah diselidiki, penyebabnya adalah obat-obatan kita. Perusahaan menarik seluruh produknya, tapi sayang, korban kejang itu malah meregang nyawa dalam hitungan dua puluh empat jam. Rumah sakit tidak mau disalahkan atas kejadian ini dan lagi-lagi kita harus mengeluarkan kompensasi untuk korban dan juga rumah sakit.”“Kenapa ada kejadian dalam waktu berdekatan seperti itu?” Isabelle kaget. “Apakah ti
Tatapan Isabelle pada Tristan sangat berbeda. Kedua bola mata itu dipenuhi cinta dan harapan, dan David tahu kalau Isabelle sebenarnya sangat menyukai Tristan. Kalau dia memberitahu apa yang dia dengar, maka Isabelle akan terpukul. Sakit karena kehilangan Tony saja masih membekas di hatinya. David tidak tega kalau harus menambah masalah lagi.Ketiganya kembali membahas soal keuangan perusahaan. David berusaha mengalihkan perhatiannya dari Tristan, berusaha untuk membuat dirinya berhenti mencurigai pria yang kini menjadi adik iparnya itu. Dan lain hal nya dengan Tristan, dia malah sedang sibuk mempertimbangkan saran Judy. Apakah dirinya harus membuat Isabelle jatuh cinta padanya agar wanita itu tidak menaruh curiga?“Tuan Tristan, pesanan makanan untuk Anda!”Suara sekretaris terdengar dari balik pintu. Tristan buru-buru membuka dan menerima beberapa bungkus makanan dan minuman yang dipesannya dari restoran cepat saji. Setelah meletakannya di atas meja, Tristan memanggil Isabelle dan D
Tapi keterangan dokter berbanding terbalik dengan hasil uji laboratorium pada minuman yang sisa di ruangan kerja Tony. Hasil tes laboratorium menunjukkan kalau tidak ada kandungan obat apa pun dalam minuman kola yang dipesan oleh Tristan. Manager restoran cepat saji yang turun langsung setelah mendengar isu tersebut juga mengklaim kalau produk mereka mustahil mengandung obat bius.Hal itu membuat Tristan dan David marah besar. Jelas-jelas mereka mencium bau obat dalam kola itu, tapi kenapa tiba-tiba hasil laboratorium menunjukkan kalau tidak ada kandungan obat di dalamnya? Apa yang sebenarnya terjadi?“Ada yang mengganti kola itu. Aku yakin,” gumam David, ketika mereka duduk berdua di depan kamar rawat Isabelle.Tristan pun mengangguk membenarkan. “Ya,” erangnya pelan. “Seseorang menargetkan Isabelle. Ada orang yang tidak suka Isabelle naik menggantikan Tony.”“Kamu juga berpendapat seperti itu?” David terperangah.Tristan mengangguk, namun tatapan itu mengandung makna lain yang hanya