“Kau mengenal lelaki yang bernama Daniel?” tanya Milia.Noah menegang terkejut, napasnya tertahan didada begitu mendengar nama Daniel disebutkan. Jemari Noah bergerak kaku menahan diri untuk tidak mencengkram sisi kursi roda untuk menyalurkan kekesalannya.Daniel..Sebuah nama yang sudah membuat Noah gusar saat pertama kali dia mendengar Evelyn menyebut namanya. Sebuah nama yang sudah berhasil membuat Noah sepanjang malam terus menerus Noah berpikir, bahwa lelaki itu memiliki hubungannya dengan cincin yang Evelyn simpan dikalungnya.Sejak kemarin, Noah telah berusaha mengeyahkan pikiran buruknya meski jauh dihati terdalamnya, dia tetap tidak dapat melakukannya.Noah cemburu pada manusia yang hanya Noah tahu sebatas namanya saja. Lelaki itu sudah seperti debu yang kotor, namun dapat membuat mata Noah sakit dan membawa Noah pada kegelapan jika hinggap dimatanya.“Aku mengenalnya,” jawab Noah dingin.Sudut bibir Milia sedikit berkedut menahan senyuman. Andai dia tidak tahu Noah sedang
Di dalam sebuah ruangan, beberapa petugas medis terlihat sangat serius melakukan operasi bedah jantung terbuka pada seorang wanita yang sudah lansia.Evelyn berdiri diantara rekan kerjanya dengan konsentrasi penuh, melakukan tugasnya.Operasi terus berjalan dengan baik meski sudah berlangsung lebih beberapa jam.Ditengah operasi yang masih berlangsung dan konstrasi penuh, sepasang mata biru Evelyn dibalik masker terbelalak kehilangan penghilangatannya beberapa detik, noda darah dan orang tubuh pasien yang kini sedang dioperasi mengabur menjadi putih bercahaya.Sejenak Evelyn mematung, konsentrasinya terpecah tanpa alasan dan degup jantungnya berdebar kencang seperti dikejutkan oleh sesuatu yang menaikan adrenalinnya.Mata Evelyn mengerjap, mengenyahkan perasaan gelisah yang tiba-tiba datang dan tidak dia pahami apa alasannya. Berusaha mengembalikan konsentrasinya yang sempat terganggu, Evelyn tidak berhenti merapalkan do’a agar dia dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik tanpa kend
“Jadi benar, kau memiliki hubungan yang sangat penting dengan lelaki bernama Daniel itu?”Suara debaran jantung yang kencang bisa Evelyn dengar didadanya. Evelyn baru saja terjebak dalam mimpi dan kini dia harus terjebak dalam situasi yang tidak baik.Evelyn diam kesulitan tidak mampu berbicara sepatah katapun. Evelyn sudah sangat lelah merangkai kebohongan yang hanya akan berujung pada kebohongan lainnya yang akan menjadi sebuah pertengkaran.Melihat keterdiaman Evelyn yang tidak mampu menjawab pertanyaannya dengan tegas, Noah menarik kasar dasinya dan melemparkannya lantai.Ledakan amarah yang telah dia tahan sejak lama sudah tidak dapat dia simpan lagi.Tidak ada toleransi lagi dan Noah tidak bisa menunggu lagi, dia harus mendapatkan jawabannya hari ini juga.Jawaban itu harus keluar dari mulut Evelyn sendiri!“Kenapa diam?” tanya Noah tersenyum masam, “cincin di kalung sialan itu juga cincinmu dan Daniel kan?”Evelyn membuang muka, bibir pucatnya menekan kuat. Evelyn bimbang, dia
Evelyn masih duduk ditempatnya, merintih dengan tangisan, air mata terus berjatuhan membasahi punggung tangan.Evelyn benar-benar tidak tahu jika pertengkarannya dengan Noah akan menjadi sesakit ini.Bukankah seharusnya Evelyn senang dan lega, karena sekarang dia telah memiliki celah untuk bisa berpisah dengan Noah dan berhenti terlibat dengan kehidupannya? Evelyn tidak perlu lagi berusaha melepaskan diri, karena Noah sendiri pasti akan membuang dan menceraikannya.Tapi mengapa, saat memikirkan perpisahan dengan cara yang kacau seperti ini, justru hati Evelyn begitu pedih hingga membuatnya tidak berhenti menangis?Apakah karena Evelyn sudah mulai menaruh harapan pada Noah untuk menjadi pengganti Daniel? Apa mungkin kebaikan Noah selama pernikahan beberapa hari ini membuat Evelyn berpikir bahwa lelaki itu akan menjadi obat dari setiap sarat deritanya setelah ditinggal Daniel?Seharusnya Evelyn sadar, bahwa dia tidak seharusnya menaruh sedikitpun harapan kepada Noah. Mereka menikah kare
“Pak, Anda baik-baik saja? Atau Anda membutuhkan sesuatu?” tanya Paul melihat spion menyadari sesuatu telah terjadi pada Noah.“Aku baik-baik saja, percepat saja lajunya,” jawab Noah samar terdengar.Noah menopang sisi kepalanya di kepalan tangan, pria itu termangu memandangi bayangannya sendiri di jendela mobil,Pikiran dan perasaan Noah sedang kalut bergejolak, dia masih membutuhkan jawaban yang mungkin bisa meradakan sedikit kekecewaannya dari kenyataan yang sangat pahit dan kejam.Diamnya Noah berbanding balik dengan isi hatinya yang terus berteriak, memaki dirinya sendiri. Menyalahkan hilang ingatannya yang menjadi penyebab semua kebohongan rumah tangganya.Jika saja Noah tidak hilang ingatan, kebohongan laknat ini tidak akan terjadi dan dia tidak akan hidup dalam kesesatan yang sangat memalukan.Rasanya masih seperti mimpi..Semua kebahagiaan dan kesempurnaan yang selalu Noah syukuri sejak dia bangun dari koma, ternyata semuanya semu. Betapa memalukannya Noah bercerita bahwa di
“Tuan Noah ingin bertemu dengan Anda.”“Suruh masuk,” jawab Matteo tanpa mengalihkan perhatiannya dari pohon bonsai yang kini sedang dia urus.Matteo sudah tahu jika Noah akan datang menemuinya. Semua permasalah yang tengah terjadi hari ini sudah Matteo ketahui melalui banyak mata yang terpasang.Dimulai dari pertemuan Sarah dan Milia tempo hari, hingga kedatangan Milia ke tempat terapi dengan membawa kebohongan terencana untuk mengganggu kedamaian. Dulu Matteo masih mentoleransi setiap wanita yang hadir dalam hidup Noah, termasuk Milia. Matteo tidak memperdulikan mereka dan membiarkannya begitu karena dia tahu, Noah hanya akan menjadikan mereka kekasih, bukan isteri.Salah satu wanita itu adalah Milia, seorang wanita yang terlalu banyak bermimpi tanpa belajar menaikan value yang bisa membuatnya sepadan.Evelyn, lantas bagaimana dengan wanita itu?Dia seperti bunga liar yang tidak sengaja Noah temukan saat tersandung, bukan sesuatu yang berharga, bukan pula sesuatu yang mengganggu.
Noah bergerak gelisah melihat layar handpone. Sudah ada banyak panggilan yang dia lakukan, namun Evelyn tidak kunjung mengangkatnya.Kemana sebenarnya Evelyn? Perasaan Noah menjadi buruk.Dilihatnya jalanan. Perjalanan pulangnya masih sangat jauh.Waktu berjalan begitu lambat..Menyiksa Noah dengan rasa bersalah yang tidak terukur lagi.Semakin Noah memikirkan rangkaian kesalahannya pada Evelyn, semakin sulit untuknya memikirkan cara memperbaikinya.Dinginnya tangan Noah terkepal menekan bibir, matanya terlihat berkaca-kaca membayangkan seberapa beratnya hidup Evelyn harus mengurus lelaki yang telah membuat suaminya meninggal.Tidak hanya disana, Evelyn juga harus mendapatkan banyak tuduhan menyakitkan, termasuk tuduhan bodoh Noah yang berprasangka jika Evelyn telah berselingkuh darinya.Noah teramat menyesal..Menyesali ketidak pekaannya, dia terlena dengan perasaannya sendiri sampai tidak menyadari ada berapa bayak beban yang selama ini telah Evelyn tanggung.Seharusnya Noah sadar d
Kelopak mata Evelyn mengerut, bulu matanya yang lentik gemetar kesulitan terbuka. Terdengar suara napasnya yang tidak beraturan keluar dari bibir yang pucat.Evelyn mengerang, diambang kesadarannya yang mulai kembali.Lama Evelyn terjebak dengan kegelisahan, tersesat dalam gemuruh suara asing. namun alam bawah sadarnya tetap ingat bahwa dia tengah mengkhawatirkan bayinya, dengan gemetar tangan Evelyn mengusap perutnya yang masih dijejaki sakit.Perlahan Evelyn membuka matanya, melihat ke sekelilingnya yang asing.Evelyn terpaku, mengingat-ngingat apa yang telah terjadi padanya hinngga bisa berakhir terbaring di ranjang rumah sakit.Seperti kaset kusut yang berputar, Evelyn kembali mengusap perutnya sambil mengingat apa yang telah terjadi.Evelyn ingat, perutnya mengalami keram dan sakit luar biasa setelah kedatangan Sarah yang marah-marah dan melontarkan ancaman. Emosi meledak begitu saja di kepala, luapan amarah yang telah lama dipendam akhirnya mengguncang psikologisnya.KlikPintu
Sudah lebih dari lima belas menit Noah menunggu, tidak ada tanda-tanda Evelyn akan segera kembali. Noah tidak menduga jika percakapan antara Evelyn dan ibunya akan jauh lebih lama dari apa yang diperkirakan.Apakah mungkin, telah terjadi suatu hal buruk dan pembicaraan tidak berjalan sesuai dengan apa yang harapkan? Noah menurunkan jendela mobilnya, dia memutuskan untuk menunggu lima menit lagi dan jika Evelyn belum kembali, maka Noah akan masuk menyusul masuk untuk memastikan keadaan.Getaran handpone terdengar disaku, Noah melihatnya sekilas sekadar membaca pesan singkat dari Paul bahwa dia telah selesai menyiapkan semua yang Noah perintahkan.Tubuh Noah menegak seketika begitu melihat sosok ibunya keluar dari restaurant seorang diri sambil mengusut matanya dengan sapu tangan.Noah segera keluar dari mobil, namun belum sempat dia memanggil ibunya. Sarah telah dipersilahkan masuk oleh sopirnya, dan mobil yang ditumpangi Sarah bergerak cepat meninggalkan area parkiran restaurant.Dil
Evelyn terpaku kaget mendengar permintaan maaf yang kembali terucap dari mulut Sarah. Seorang wanita yang selama ini begitu membencinya dan selalu merendahkan statusnya sebagai seorang janda yatim piatu.Satu tahun lebih Evelyn mengenal Noah, dan selama itu pula Sarah membencinya seakan tidak ada satu kebaikan pun yang pantas Evelyn miliki.Apakah kini Evelyn senang Sarah tiba-tiba meminta maaf padanya? Dibandingkan senang, justru Evelyn bingung, mengapa setelah sekian lama, kini tiba-tiba Sarah meminta maaf kepadanya? Apa karena pengaruh keluarga Evelyn yang mau tidak mau harus Sarah akui bahwa kini mereka sederajat.Ataukah mungkin Sarah melakukannya semata-mata hanya untuk menjaga keharmonisan hubungannya dengan NoahTangan Evelyn terkepal dibawah meja, memandangi wajah sendu Sarah yang banyak tertunduk tidak tidak seangkuh biasanya. Dapat Evelyn lihat kantung matanya yang membengkak menandakan bahwa dia tidak kurang beristirahat.“Apa yang membuat Anda bersedia meminta maaf kep
Milia duduk meringkuk di sudut ruangan bersama puluhan wanita lainnya, terkurung dalam sel sempit dengan berbagai orang criminal lainnya yang terlibat dalam kasus hukum. Wajahya yang babak belur masih menyisakan bekas luka meski telah berlangsung berhari-hari. Ada cekungan yang dalam di wajahnya, rambutnya terlihat kusut terikat sembarangan tanpa disisir. Milia yang selalu tampil cantik sempurna, setiap saat merawat diri, kini keadaannya nyaris tidak kenali. Baru satu malam Milia dikurung di balik jeruji besi. Begitu keadaannya sedikit membaik, pulang dari rumah sakit kedua tangan dan kakinya diborgol dan langsung digelandang ke tempat penahanan. Tidak ada waktu untuk dirinya berisirahat dan mendapatkan sedikit ketenangan. Sejak kematian Alex, setiap malam Milia selalu menangis terbayang-bayang kenangan mengerikan yang telah terjadi. Setiap kali terbayang kejadian itu, Milia sering kali menangis histeris berpikir bahwa saat ini dia telah terjebak dalam dunia mimpi. Milia m
Langit sore memantulkan cahaya yang cerah dan hangat. Edgar duduk diantara Noah dan Evelyn yang mengantarnya, anak itu memeluk erat lengan Evelyn menyalurkan kegelisahan yang kembali datang menjelang keberangkatannya yang akan pulang diantar oleh Agatha.Edgar tidak tahu apakah perpisahan ini harus dia tangisi atau justru harus dia rayakan dengan penuh rasa syukur.Edgar sedih karena harus berpisah dengan orang-orang terkasihnya, disisi lain dia begitu bahagia karena perpisahan ini akan menjadi mulai proses pengadopsiannya. Mimpinya, do’anya, Tuhan telah menjawabnya dan memberikan jauh-jauh lebih besar dari apa yang Edgar minta.Ditengah kegelisahan Edgar, Diam-diam Evelyn dan Noah saling memandang dan melempar senyuman hangat. Mungkin perpisahan sementara ini sedikit akan sedikit menyedihkan, namun mereka sangat yakin akan ada sesuatu yang luar biasa menanti.Noah mengusap bahu Edgar beberapa kali. “Nanti saat kau kembali, akan ada kamar baru untukmu. Kau mau kamar cat warna apa?” t
Hari ini, hari keberangkatan Edgar setelah beberapa hari lamanya tinggal.Kebahagiaan yang sempat hadir harus kembali Evelyn lepas utuk sementara waktu, mengikhlaskan Edgar dibawa oleh yayasan yang akan melindunginya sebelum sebelum Evelyn dan Noah berhasil mendapatkan surat putusan pengadilan bahwa Edgar menjadi anak adopsinya.Cukup berat melepaskan Edgar pergi, kehadiran anak itu sudah mewarnai hari-hari rumah tangga Evelyn bersama Noah. Melukiskan banyak kenangan indah yang sempat Evelyn mimpikan di masa kecilnya.Evelyn bahagia, begitupun dengan Noah yang selama beberapa hari terakhir ini telah berperan baik sebagai seorang ayah untuk Edgar.Perpisahan sementara ini mungkin akan sedikit menyakitkanEvelyn yakin, saat ini Edgarpun merasakan kesedihan yang sama. Sepanjang pagi ini anak itu terlihat gelisah dan lebih banyak mengurung diri di kamar. Evelyn terbangun dari lamunan kecilnya begitu mendengar suara klakson, samar keningnya mengerut melihat mobil Noah yang sudah berada di
Noah terhenyak kaget mendengar permintaan maaf yang tidak pernah dia bayangkan akan tercetus dari mulut ibunya yang selama ini selalu merasa benar sendiri dengan segala pandangan hidupnya.Apa yang telah membuat Sarah akhirnya meminta maaf? Apa dia sudah mulai menyadari kesalahannya? Atau mungkin Sarah berpura-pura?Tapi Sarah bukanlah seseorang yang suka berpura-pura dihadapan Noah, dia selalu blak-blakan karena itu juga mereka sering kali berdebat.Melihat keraguan Noah, Sarah menggenggam tanganya dengan senyuman sedih bercampur malu. Sarah mengerti jika Noah tidak percaya dengan kesungguhannya yang meminta maaf, Sarah sudah terlalu sering membuat kesalahan dan mengecewakan Noah.Dengan suara bergetar Sarah berkata, “Ibu telah salah Noah, maaf atas semua kesalahan yang sudah ibu lakukan padamu dan Eve selama ini. Ibu berjanji, ibu tidak akan pernah melakukan kesalahan yang sama lagi, tidak akan pernah lagi mengganggu ketentraman rumah tangggamu lagi, tidak akan pernah berbicara bur
“Nyonya Sarah sudah tidak masuk kerja sejak empat hari yang lalu,” ucap sang assistant, menjawab pertanyaan Noah yang mempertanyakan keberadaan ibunya karena sudah lama tidak terlihat.Pantas saja, selama empat hari ini Noah tidak bertemu dengan ibunya, biasanya Sarah sering datang berkunjung ke ruangan kerja Noah meski itu hanya sekadar mengajak makan bersama dan meminta bantuan.“Apa Ibu pergi liburan?” tanya Noah lagi.“Sepertinya tidak Pak. Semua pekerjaan nyonya Sarah saya kirim ke rumah, dan pagi harinya, sopir nyonya Sarah datang mengantar, itu artinya nyonya Sarah ada di kediamannya.”"Terima kasih informasinya," ucap Noah sebelum pergi meninggalkan keberadaan ruangan Sarah.Sejak di malam pesta keluarga Evelyn, Noah tidak pernah mencoba menghubungi Sarah.Noah berpikir bahwa ibunya perlu waktu untuk merenungkan diri tanpa perlu lagi diingatkan akan setiap kekeliruannya.Pesta di malam itu mungkin secara tidak langsung telah mempermalukan Sarah. Namun, Noah tidak pernah mengkh
Suara sirine ambulance dan mobil kepolisian terdengar dijalanan, beberapa pengendara memilih menepi memberikan ruang untuk mobil-mobil itu bergerak menuju rumah sakit.Dalam keadaan lemah dan babak belur hingga darah yang masih menodai pakaiannya, Milia duduk meratap diantara dua polisi yang menjaganya.Milia tidak dapat menjawab ketika ditanya pihak kepolisian yang meminta keterangan darinya. Milia terguncang dengan apa yang telah terjadi, tindakannya melukai Alex adalah sesuatu yang spontan sehingga Milia tidak pernah menyangka bahwa malam ini akan berakhir menjadi malam yang berdarah.Dalam keadaan kedua tangan yang terborgol, kini Milia akan dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan jahitan di beberapa bagian tubunya yang terluka yang terluka parah, sementara Alex harus dilakukan autopsy setelah dinyatakan meninggal.Milia menengok keluar jendela, air matanya berjatuh membasahi pipi.Semuanya masih terasa seperti mimpi bagi Milia, segalanya terjadi begitu cepat setelah satu jam dia
"Dokter tinggal disini?" tanya Edgar sambil melangkah terpincang-pincang menggenggam tangan Evelyn yang menuntunnya masuk.Selepas pesta, Evelyn memutuskan untuk membawa Edgar agar bisa menginap sebelum anak itu kembali ke dibawa ke panti asuhan. "Aku berharap suatu hari nanti, kau juga akan tinggal disini," jawab Evelyn.Edgar tersenyum sungkan, sudah terlalu banyak kebaikan yang dia terima dari Evelyn, cukup dengan diberi kesempatan melihat dan bertemu Evelyn kembali, Edgar sudah sangat merasa bersyukur.Sempat Edgar berpikir, bahwa selamanya dia akan ada di tanah gersang, berselimut debu panas akibat peperangan, menanti giliran seperti anak-anak lainnya yang menyerah setelah melalui berbagai kejadian menyakitkan, atau pergi menjadi budak korban perjual belian anak.Tidak pernah sedikitpun Edgar akan membayangkan bahwa dia akan di tempat indah ini.Menyaksikan setitik surga yang dimimpikan semua anak-anak korban perang seperti dirinya, Sebuah kota yang damai tanpa ledakan artileri