Hari kedua bekerja, Noah mulai menunjukan banyak perkembangan dan cepat beradaptasi dengan berbagai hal.Masih dengan aktingnya yang berpura-pura tidak lupa ingatan, tidaklah mudah untuk menjalani kehidupan Noah yang berusia dua puluh tujuh tahun.Meski begitu, Noah dapat mengatasi tekanan beberapa orang terutama Simon, menyadari beberapa kelompok penjilat, dan kelompok orang-orang yang benar-benar professional bekerja.Sesuatu yang semula Noah anggap berat, justru secara alami alam bawah sadarnya menuntunnya melakukan banyak keputusan, sedikit demi sedikit menuntunnya mengingat semua yang dulu sering dia lakukan.Siang dan malam, selama bertahun-tahun Noah melakukan pekerjaan yang sama. Meski kini memori ingatannya sudah lupa akan hal itu, tapi instingnya tidak berubah. Sebuah keputusan yang sangat tepat ketika dia mencoba mengingat kembali memorinya yang hilang dimulai dari tempat bekerja.Semua ini tidak lepas dari jasa Evelyn yang pandai merawatnya dan memberikan obat yang tepat.
"Makanlah dengan baik Eve dan kurangi beban pikiranmu, kesehatanmu tidak menunjukan peningkatan apapun. Janinmu sangat lemah Eve," nasihat Indila.Evelyn mengusap perutnya dengan hati-hati, matanya terpejam merapalkan permintaan maaf yang berulang kali pada bayi dalam kandungannya.Evelyn sudah berusaha bangkit dari keterpurukan, membebaskan pikirannya dari belenggu sakit dan derita. Evelyn telah belajar untuk berdamai dengan keadaannya, mengikhlaskan segala apa yang terjadi.Disetiap pagi dia terbangun dari tidurnya, Evelyn selalu menasihati dirinya sendiri agar tetap hidup dijalan yang benar demi masa depan anaknya, demi kebahagiaan yang menanti. Noah memang salah telah menabrak Daniel karena kelalaiannya..Tapi Noah tidak pernah mengingikan menjadi pembunuh. Evelyn maupun Noah, mereka berdua tidak ada yang menginginkan pernikahan paksa ini terjadi, namun keadaan dan tekanan yang memaksa mereka untuk menjalani kisah rumah tangga yang dilandasi rasa tanggung jawab dan kebohongan.E
Milia melepas sepatu pernikahannya, pesta pernikahn sederhananya dengan Alex telah selesai diselenggarakan dengan lancar. Juan dan Maori tidak lagi muncul setelah mereka diberi uang oleh Alex.Bahkan sebelum pesta pernikahan usai, Juan dan Maori langsung pergi ke bank untuk menyelamatkan beberapa asset hartanya sebelum disita.Milia sangat kecewa dan marah, namun dia sadar bahwa posisinya sebagai seorang anak tidak lebih penting dari keuangan keluarga.Alex masuk ke dalam kamar Milia, pria paruh baya tenang melepas jassnya dan duduk di sisi ranjang untuk melepas semua penat dikepala.“Alex, selama musim dingin ini, apa bisa kita tinggal disini dulu?” tanya Milia terdengar tidak begitu bersemangat seperti hari-hari sebelum menikah.“Tidak bisa. Kita harus segera pindah hari ini,” jawabnya memberikan keputusan yang tidak bisa diganggu gugat.“Tapi Alex, aku belum siap menempati rumah lamamu.”“Milia.” Alex beranjak dari ranjang, pria itu mendekat dengan tenang, menghampiri Milia yang d
Simon tersenyum masam berpapasan dengan Noah yang keluar dari ruangannya hendak pulang.Sudah kepalang dia berjalan, tidak mungkin kembali memutar arah. Dengan terpaksa Simon terus melangkah, beriringan dengan Noah yang duduk dikursi rodanya.Melalui sudut matanya Simon melirik tangan Noah yang tidak membawa apapun."Kau akan pulang?" tanya Simon."Tentu saja, ini jam pulang bekerja."“Tidak seperti biasanya kau pulang lebih saat matahari masih terlihat. Apa sekarang kau sangat lelah mencari muka didepan semua orang dengan berpura-pura menjadi pekerja keras?” sindir Simon.Noah tersenyum tanpa beban, suasana hatinya sedang sangat baik karena akhirnya dia bisa pergi membeli hadiah dan segera bertemu Evelyn. “Aku sengaja melemahkan diri untuk memberi peluang Paman agar bisa mengalahkanku," jawab Noah.Simon terbelalak mendengar penghinaan Noah, langah Simon berhenti didepan lift ekslusif. “Kau tidak perlu menjadikanku alasan jika pada kenyataanya kau memang sudah lemah. Sering-seringla
FlashbackMilia mengusap permukaan gelas anggurnya dengan hati-hati, matanya bergerak lembut melihat jendela restaurant yang memperlihatkan bayangan dirinya mengenakan gaun dan berdandan cantik tanpa cela.Banyak waktu yang di habiskan untuk bisa tampil secantik ini setelah mendengar Noah datang ke Prancis.Setelah dua bulan lamanya hanya berkomunikasi jarak jauh, Milia tidak menyia-nyiakan kesempatannya pertemuannya dengan Noah.Delapan bulan sudah mereka menjalin hubungan, selama itu Noah datang ke Prancis dua bulan sekali, setiap kali bertemu, mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengobrol atau jalan-jalan.Pernah sekali Noah memesan jet pribadi untuk mengantar Milia ke Milan karena disana ada peragaan busana yang sangat Milia mimpikan.Kini, pria itu yang sangat Milia rindukan itu duduk didepannya dengan begitu tenang dan berwibawa, sama seperti saat pertama kali Milia melihatnya.Duduk tegak terbalut pakaian formal yang sempurna, fisiknya campuran Inggris dan Rusia menc
"Apa yang sebenarnya sedang dia lakukan? Kenapa lama sekali?" tanya seorang pria muda berseragam sopir taksi. Dia adalah anak buah Mante yang sedang berpura-pura menjadi sopir.Mante berdiri dengan tenang, pria itu tidak menunjukan tanda-tanda kedinginan meski salju membekukan bula matanya yang lebat.Sudah hampir setengah jam lamanya Mante menunggu hanya untuk melihat Evelyn duduk termenung didepan makam suaminya.Melihat punggungnya yang gemetar saat mengusap batu nisan, mengingatkan Mante pada kebiasaan ayahnya yang selalu melakukan hal sama setiap kali berkunjung ke makam ibunya.Mante tidak pernah tahu pergolakan batin seperti apa yang sedang diperangi orang-orang yang ditinggalkan oleh pasangan mereka. Tampaknya Evelyn bukan perempuan yang lemah, tapi akan sulit untuknya bangkit jika hidup mengandalkan dirinya sendiri.Ayah Mante sering kali mengatakan, saat pasangan yang dicintai pergi meninggal. Ada jiwa patah yang tidak terlihat."Kau sudah menyerahkan rambutnya?" tanya Mant
“Jawab aku Evelyn, apa kamu sedang memikirkan alasan untuk membohongiku?” desak Noah terdengar menggeram, menggigit halus daun telinga Evelyn.“Noah.” Evelyn mengerang lemah, menahan dada Noah agar sedikit menjauh. Lidah Evelyn kebas dan menggigil, kesulitan untuk bersuara, tidak ada waktu untuknya berbicara.Evelyn menyandarkan kepalanya dibahu Noah, mengalungkan tangannya di leher pria itu mencari-cari kehangatan lebih.Kondisi tubuh Evelyn semakin tidak baik, dan dia sadar jika kemungkinan saat ini dia tidak hanya diserang hipotermia, dia terserang sakit lain. Sejak kematian Daniel, Evelyn sudah berusaha menguatkan diri agar tidak sakit, dan hari ini adalah titik terlemah imun tubuhnya setelah sekian lama berusaha bertahan.Noah tertunduk, menangkup wajah Evelyn yang sedikit membiru dan tangan yang membeku kediginan. Noah sadar jika ini bukan saat yang tepat untuknya menginterogasi Evelyn, isterinya harus berendam air hangat agar tidak mengalami hipotermia akut.Noah menahan kata-
***“Dia tidak tinggal di apartementnya?” tanya Mante terkejut.“Benar, dia tinggal di perumahan orang-orang kelas atas dan ada seorang pria yang menyambutnya. Sepertinya mereka memiliki hubungan yang khusus,” jawab Alan, anak buah Mante yang berpura-pura menjadi sopir taksi untuk mengantar kepulangan Evelyn.“Apa kau yakin?” tanya Mante lagi butuh kepastian.Alan mengangguk tanpa keraguan. “Dia duduk dipangkuan lelaki berkursi roda itu, dan lelaki itu terlihat sangat menyayanginya.”Mante mengusap tengkuknya dengan penuh tekanan, sulit untuk dipercaya jika perempuan yang terlihat begitu mencintai suaminya hingga meratap dibawah badai salju sampai tubuhnya membeku, matanya dipenuhi oleh kerinduan dan kesedihan saat menatap makam suaminya.Mustahil, perempau itu singgah begitu cepat untuk pria lain.Mante tidak dapat menyimpulkannya dengan terburu-buru, terlalu cepat menilai seseorang terkadang akan membawanya dalam kekeliruan.“Kau mengenali wajah laki-lakinya?” tanya Mante lagi.Alan
“Nyonya Sarah sudah tidak masuk kerja sejak empat hari yang lalu,” ucap sang assistant, menjawab pertanyaan Noah yang mempertanyakan keberadaan ibunya karena sudah lama tidak terlihat.Pantas saja, selama empat hari ini Noah tidak bertemu dengan ibunya, biasanya Sarah sering datang berkunjung ke ruangan kerja Noah meski itu hanya sekadar mengajak makan bersama dan meminta bantuan.“Apa Ibu pergi liburan?” tanya Noah lagi.“Sepertinya tidak Pak. Semua pekerjaan nyonya Sarah saya kirim ke rumah, dan pagi harinya, sopir nyonya Sarah datang mengantar, itu artinya nyonya Sarah ada di kediamannya.”"Terima kasih informasinya," ucap Noah sebelum pergi meninggalkan keberadaan ruangan Sarah.Sejak di malam pesta keluarga Evelyn, Noah tidak pernah mencoba menghubungi Sarah.Noah berpikir bahwa ibunya perlu waktu untuk merenungkan diri tanpa perlu lagi diingatkan akan setiap kekeliruannya.Pesta di malam itu mungkin secara tidak langsung telah mempermalukan Sarah. Namun, Noah tidak pernah mengkh
Suara sirine ambulance dan mobil kepolisian terdengar dijalanan, beberapa pengendara memilih menepi memberikan ruang untuk mobil-mobil itu bergerak menuju rumah sakit.Dalam keadaan lemah dan babak belur hingga darah yang masih menodai pakaiannya, Milia duduk meratap diantara dua polisi yang menjaganya.Milia tidak dapat menjawab ketika ditanya pihak kepolisian yang meminta keterangan darinya. Milia terguncang dengan apa yang telah terjadi, tindakannya melukai Alex adalah sesuatu yang spontan sehingga Milia tidak pernah menyangka bahwa malam ini akan berakhir menjadi malam yang berdarah.Dalam keadaan kedua tangan yang terborgol, kini Milia akan dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan jahitan di beberapa bagian tubunya yang terluka yang terluka parah, sementara Alex harus dilakukan autopsy setelah dinyatakan meninggal.Milia menengok keluar jendela, air matanya berjatuh membasahi pipi.Semuanya masih terasa seperti mimpi bagi Milia, segalanya terjadi begitu cepat setelah satu jam dia
"Dokter tinggal disini?" tanya Edgar sambil melangkah terpincang-pincang menggenggam tangan Evelyn yang menuntunnya masuk.Selepas pesta, Evelyn memutuskan untuk membawa Edgar agar bisa menginap sebelum anak itu kembali ke dibawa ke panti asuhan. "Aku berharap suatu hari nanti, kau juga akan tinggal disini," jawab Evelyn.Edgar tersenyum sungkan, sudah terlalu banyak kebaikan yang dia terima dari Evelyn, cukup dengan diberi kesempatan melihat dan bertemu Evelyn kembali, Edgar sudah sangat merasa bersyukur.Sempat Edgar berpikir, bahwa selamanya dia akan ada di tanah gersang, berselimut debu panas akibat peperangan, menanti giliran seperti anak-anak lainnya yang menyerah setelah melalui berbagai kejadian menyakitkan, atau pergi menjadi budak korban perjual belian anak.Tidak pernah sedikitpun Edgar akan membayangkan bahwa dia akan di tempat indah ini.Menyaksikan setitik surga yang dimimpikan semua anak-anak korban perang seperti dirinya, Sebuah kota yang damai tanpa ledakan artileri
Milia terisak menangis, tangannya tercengkram begitu kuat oleh Alex.Tanpa berbicara sepatah katapun, Alex menyeret Milia dengan kasar, membawanya pergi meninggalkan pesta yang belum usai.Diamnya Alex membuat Milia semakin takut akan terjadi sesuatu yang sangat besar malam ini. Sedikit saja kesalahan yang Milia buat, Alex akan melampiaskannya dengan kekerasan, tidak dapat Milia bayangkan ketika kini dia telah membuat kesalahan yang sangat fatal.Milia tahu, Alex bekerja keras mempersiapkan banyak hal untuk bisa bisa mendapatkan investasi karena kondisi perusahaannya yang diambang kebangkrutan akibat kerugian yang sangat besar.Alex begitu yakin bahwa malam ini, semuanya akan berjalan lancar dan perusahaannya menggeliat dari keterpurukan.Namun, semua angan Alex, semua rencana yang Alex susun sebaik mungkin untuk investor paling penting telah lenyap karena kebodohan Milia. Wanita itu telah menghancurkan segalanya! Menghancurkan harapan Alex, juga bisnisnya yang telah Alex pertaruhkan
“Eve, ikut aku sebentar,” bisik Noah perahan menarik mundur Evelyn dari keramaian.“Kau mau membawaku kemana?” tanya Evelyn mengkuti langkah Noah melewati pintu keluar, meninggalkan pesta yang masih berlangsung.Genggaman tangan Noah menguat, “Memberikan kejutan yang aku janjikan,” jawabnya dengan penuh semangat, Noah tidak sabar menantikan reaksi Evelyn jika nanti dipertemukan kembali dengan anak yang ingin diadopsinya.“Kenapa tidak di dalam saja Noah?” tanya Evelyn mulai curiga karena mereka semakin jauh dari ruangan pesta.“Ikut saja aku sebentar.”Perlahan langkah Evelyn terhenti, menahan Noah yang menariknya. “Kau tidak sedang merencanakan hal-hal mesum kan Noah?” tanya Evelyn semakin curiga.Noah terperangah kaget mendengar tuduhan Evelyn dan tatapannya yang penuh kecurigaan, memandang Noah seperti penjahat kelamin yang perlu diwaspadai. “Ya ampun Eve, aku tidak mungkin seperti itu,” jawabnya, membela diri dari tuduhan Evelyn.Mata Evelyn menyipit seketika, “Kau jangan berpura-
Wajah Milia terangkat seketika, wanita itu menatap getir penuh ketakutan, dia tahu betul konsekuensi yang akan diterima jika Alex tahu kelakuan. Akan ada bencana besar yang tidak terhindarkan setelah nanti sampai di rumah.Dengan wajahnya yang mulai pucat pasi, Milia mengggeleng penuh permohonan, mengharapkan belas kasihan dari Reene dan Evelyn, orang yang tidak pernah berhenti Milia rendahkan.Milia menggeleng putus asa menahan tangisan.“Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada Anda, Tuan Axel. Isteri Anda ini, dulu dia pernah memfitnah putri saya mencuri, dan malam ini, dengan mata kepala saya sendiri, saya menyaksikan dia menghina Evelyn dengan cara yang begitu kasar,” jelas Reene berhasil membuat Alex tercekat kaget.Samar Evelyn tersenyum menikmati eksrpesi tidak berkutik Milia yang kehilangan kesombongannya dan hancur oleh mulutnya sendiri. Axel tercengang kaget, “Jadi benar begitu Milia?” bisiknya dengan geraman.Milia tertunduk tidak bersuara, tidak ada tempat untuknya berboho
“Bukankah dia teman masa kecilmu? Kenapa tidak pernah menceritakannya padaku kalau ternyata dia putri Reene Stalyn?” tanya Alex dengan sumringah. Rahang Milia mengeras, dia juga baru tahu malam ini jika ternyata Evelyn telah menemukan keluarganya dan berasal dari keluarga terhormat. Milia telah terkecoh oleh kesederhanaan yang selalu Evelyn tampilkan. Milia menarik napasnya dengan kesulitan, ekspresi di jawahnya terlihat begitu suram karena harus menyaksikan wanita yang selalu dia hina dan dia curangi, kini wanita itu berada diantara orang-orang penting didampingi Noah. Evelyn terlihat begitu begitu bahagia tanpa tekanan yang harus dipikul. Kemanapun Evelyn pergi mengikuti Dominiq yang memperkenalkannya pada banyak orang, Noah terus mendampinginya, sesekali membisikan sesuatu untuk memberikan arahan. Noah begitu setia mendampingi Evelyn, menunjukan suatu perhatian dan kehangatan yang tidak pernah dia tunjukan kepada wanita manapun, termasuk Milia. Pria itu tidak pernah ragu mera
“Noah tunggu! Ada yang perlu kau jelaskan pada ibu!” desak Sarah mengejar Noah setelah perdebatan yang sempat terjadi di lorong gedung pesta. “Noah!” panggil Sarah lagi dan menahan tangan putranya.Noah berbalik seketika, dadanya bergerak naik turun dengan suara napas tidak beraturan, kepala Noah mulai panas diledaki amarah. Prilaku Sarah malam ini sudah tidak termaafkan lagi, dan Noah sudah muak mentoleransinya lagi.Alis Sarah sedikit menurun, wanita paruh baya itu mendekat dengan ragu merasakan kemarahan bercampur bercampur kesedihan disepasang matanya yang bekaca-kaca. Noah seperti seorang anak yang telah dihancurkan mimpinya.“Noah, kau perlu menjelaskan apa yang terjadi pada ibu, mengapa kau tidak pernah memberitahu ibu sebelumnya jika ini Evelyn sudah menemukan keluarganya?” tanya Sarah dengan suara memelan.“Untuk apa?” tanya Noah penuh tekanan. “Ibu akan berubah pikiran setelah tahu bahwa Eve berasal dari keluarga yang berpengaruh? Ibu akan berhenti menghinanya karena Eve b
Bibir Evelyn menekan kuat mencoba meredam kekesalannya dari hinaan yang begitu mudahnya terucap dari mulut Milia. Evelyn tidak mengerti, seharusnya orang pertama yang memulai pertengkaran adalah Evelyn karena dia memiliki kebencian yang mendasar pada Milia. Anehnya, justru Milia yang selalu memulai perdebatan, semakin bertambah usia, wanita itu sama sekali tidak pernah belajar untuk memperbaiki diri.Sepertinya, sesekali Evelyn perlu membungkam kesombongan Milia agar wanita itu berhenti merendahkannya.Tapi, apa yang Milia lakukan di sini? Apa mungkin, keluargnya mengenal Milia?Apapun yang terjadi, ini bukan saat yang tepat untuk Evelyn berdiri disini dan membuang waktu. Keluarganya pasti sudah menanti karena pesta akan segera diselenggarakan.“Kenapa kau diam? Apa kau malu ketahuan mengenakan barang-barang palsu?” tanya Milia lagi dengan tawa meledeknya seakan tidak puas menyerang Evelyn hanya dengan satu dua hinaan. Milia perlu melampiaskan kerisauan pribadinya dengan menghina or