“Kenapa cincin berinisial E dan D?” Evelyn menegang, tersadar jika dia telah lengah dan memberikan celah untuk Noah melihat kalung rahasianya. Lantas apa yang harus Evelyn katakan sekarang? Dengan panik Evelyn menepis tangan Noaah dan menggenggam cincin pernikahannya bersama Daniel dengan erat. Reaksi berlebihan Evelyn membangkitkan rasa penasaran Noah. Evelyn menggenggam erat kalungnya seakan takut, Noah akan merebut dan membuangya. Noah bergeser mengikis jarak yang tersisa, mentapa mata Evelyn yang bergetar terlukis bayangan cahaya dari api di tungku. Kepanikan yang begitu jelas tergambar dimata Evelyn, sama persis seperti seseorang yang ketahuan rahasianya terbongkar. Noah menjangkau wajah Evelyn dan menyampirkan rambut panjangnya ditelinga, sampai akhirnya tangan itu turun kembali menarik tali kalung Evelyn. Meraih tangan Evelyn yang berkeringat dingin agar melepaskan genggaman tangannya dari cincin itu Wajah Evelyn pucat pasi, duduk mematung, terintimidasi oleh diamnya
Lutut Evelyn menekan permukaan rumput bertumpuk salju, bahu kecilnya gemetar menggigil kedinginan, terisak menangis, tangannya tidak berhenti mengais sedikit demi sedikit salju untuk mencari cincin yang telah dilempar.Evelyn bersumpah, dia tidak akan pergi sebelum mendapatkannya cincinya.Cincin yang telah Daniel habiskan waktu berbulan-bulan untuk bisa mendapatkannya, cincin yang teramat ingin Evelyn berikan untuk anaknya kelak saat nanti dia menemukan cinta sejatinya.Suara isakan pilu terdengar, beberapa kali Evelyn mengusap kasar wajahya, berusaha keras untuk tidak menangis lebih banyak dan menunjukan kerapuhannya kepada Noah.Inilah yang paling Evelyn benci dalam hidupnya, yaitu berbohong.Kini kebencian Evelyn bertambah, dia benci kepribadian Noah yang semena-mena sama persis seperti Matteo dan Sarah. Mereka memperlakukan Evelyn seperti boneka yang harus menurut, mereka menganggap orang-orang kecil seperti Evelyn seakan tidak memiliki hati dan perasaan yang sama dengan mereka.
Noah duduk termenung di kursi bartender, entah sudah berapa gelas wiski dia teguk sebagai teman kesendiriannya yang tengah terjebak dalam perasaan menyesakkan.Noah gamang..Tidak tahu apa yang kini harus dilakukan, ini untuk pertama kalinya dia dan Evelyn bertengkar.Noah benci pertengkaran seperti ini, namun dia tidak sudi untuk meminta maaf atas apa yang telah dilakukan. Noah tidak merasa bersalah, dia bertindak kasar karena beralasan. Noah hanya ingin memperbaiki rumah tangganya dengan Evelyn tanpa ada pihak ketiga siapapun yang membayangi rumah tangga mereka.Sepantasnya Evelyn menyadari hal itu.Menyadari tentang seberapa besar keinginan Noah untuk memiliki Evelyn, seberapa besar berharganya pernikahan mereka berdua.Noah kembali meneguk sisa wiski di gelas, pria itu membuang napasnya dengan kasar, mengabaikan panas dan pusing yang berdenyut.Dilihatnya pohon natal yang seharusnya dia hias malam ini bersama Evelyn.Noah memijat keningnya dengan kuat, bibirnya meringis sakit set
"Dia Noah Sylvester. Aku ingat dia, kita pernah bertemu London saat aku mengunjungi Leary," ucap Jach begitu melihat wajah Noah terpambang di layar.Mante menyandarkan bahunya ke kursi, ujung jarinya mengetuk-ngetuk permukaan meja. "Orang seperti apa dia?""Leary memperlakukannya seperti seorang kakak laki-laki, mereka saling mengenal sejak kecil, jika Leary menganggapnya seperti seorang kakak, aku yakin Noah lelaki yang cukup baik.""Ada yang janggal," ucap Mante tanpa memberitahu lanjut apa yang sebenarnya kini ada dipikirannya.Daniel meninggal karena kecelakaan satu bulan yang lalu. Saat ini, Evelyn masih berstatus sebagai seorang isteri, namun berbeda suami.Nama Daniel terhapus dari daftar pernikahan dan berganti menjadi Noah Sylvester.Tidak ada informasi apapun yang bisa didapatkan mengenai kejadian kecelakaan Daniel.Namun kondisi Noah yang terlihat sakit, begitu jelas memiliki sangkut paut dan kemungkinan besar bahwa lelaki itu adalah tersangka penabrak Daniel.Namun apa yan
Jari-jari saling bertaut, menggenggam dengan kuat, memenjarakan tangan Evelyn untuk tidak banyak bergerak.Suasana tegang telah berubah begitu cepat, dan Evelyn tidak dapat mengartikan apa yang kini sedang terjadi diantara dirinya dan Noah.Tidak dapat mengartikan perasaannya yang kini sedang dirasa.Mereka tidak lagi bertengkar, bahkan kemarahan yang meledak-ledak didalam hatinya menghilang entah kemana.Evelyn tidak mengerti mengapa sekarang dia mudah berubah pikiran dan terpengaruh, hatinya melunak padahal dia sadar sepenuhnya bahwa masa depannya dengan Noah masih abu-abu.Noah bergeser kian dekat, menempelkan dadanya dibahu Evelyn, menenggelamkan wajahnya diantara rambut Evelyn yang beruraian, merayakan kedamaian yang kembali menenangkannya.Beberapa menit bertengkar dan terjebak dalam permusuhan membuat Noah sangat lelah dan benci untuk mengulanginya lagi.Noah tidak mabuk, dia sepenuhnya sadar dengan semua tindak-tanduknya dan segala hal yang telah dia ucapkan.Ada sebuah dorong
Suara angin bersalju terdengar saat langit masih remang-remang berselimut kabut gelap, pemanas ruangan kayu sudah mati dan dingin, yang tersisa hanya pohon natal raksasa yang telah dihias sepanjang malam bersama Noah.Lampu natal itu berkerlap-kerlip menerangi ruangan. Evelyn bergerak bergerak hati-hati, terbelit dalam pelukan Noah yang ikut tertidur disisinya. Diatas karpet berbulu, berselimut sehelai kain tipis.Evelyn menarik napasnya dalam-dalam, merasakan sesak tidak biasa didada dan sakit yang menusuk di setiap sel tulangnya, seluruh tubuhnya terasa sakit dan menggigil tidak berdaya untuk bangun.Dalam keadaan yang masih mengantuk, Evelyn memilih untuk kembali memejamkan matanya dan tertidur tidak seperti hari-hari sebelumnya dimana dia aktif jauh sebelum matahari muncul.Sejak hari kemarin tubuh Evelyn terasa lemas dan sakit seluruh sendi, sepertinya kondisi kesehatannya memang semakin menurun meski Evelyn sudah berusaha menahannya.Saat bercahaya pagi telah muncul, Evelyn yan
Alex tengah mengenakan jam tangan yang telah dipilihnya, ditengah aktivitasnya yang berlangsung diam-diam mata Alex melihat Milia yang duduk didepan meja rias terlihat sedang bersolek.Alex tahu, Milia sangat suka berdandan dan berpenampilan cantik dalam setiap kesempatan, bahkan saat akan pergi tidur dia tidak pernah lupa untuk merawat diri terlebih dahulu. Semua pakaian yang dia kenakan harus selalu sesuai dengan tubuhnya.Kebiasaan Milia tidak begitu mengejutkan karena selama ini Milia bekerja di dunia fashion yang menuntutnya untuk tetap menjaga penampilan.Namun pagi ini terasa sedikit berbeda bagi Alex, Milia terlihat begitu bersemangat dari biasanya padahal dia sudah tidak bekerja lagi dimanapun, tidak ada jadwal kegiatan apapun yang akan dia lakukan, anehnya Milia berpenampilan seperti akan pergi berkencan.“Kau akan pergi kemana Milia?” tanya Alex mendekat, menatapnya dengan curiga.Milia langsung berbalik mengukir senyuman semanis mungkin. “Nanti siang, aku bolehkan ke kanto
Milia pergi memasuki sebuah rumah sakit. Milia tahu, dia telah diikuti sejak meningglkan rumah sakit, karena itu dia harus benar-benar pergi menemui dokter kandungan untuk mengecoh, dia bisa meninggalkan mobilnya dengan naik taksi jika urusannya telah selesai.Masih ada banyak waktu untuknya menemui Noah.Setelah menunggu sebentar, Milia langsung bertemu dengan dokter kandungan yang telah dia hubungi sebelumnya sebelum pergi ke rumah sakit. Milia memang sangat berniat tidak memiliki anak dari Alex, sudah ada banyak rencana yang tersusun dikepalanya untuk melakukan perceraian andai dia bisa kembali kepada Noah dan menyingkirkan Evelyn agar kembali ke tempat dia yang semestinya.Milia cukup percaya diri karena ibu Noah mendukungnya.“Selamat pagi Dokter,” sapa Milia tersenyum ramah.“Nyonya Milia? Silahkan duduk,” sambut Indila.Milia melangkah masuk ke dalam ruangan dan menarik kursi untuk duduk bersebrangan dengan Indila. Dibawah bulu matanya yang lentik, bola matanya bergerak pada s
“Nyonya Sarah sudah tidak masuk kerja sejak empat hari yang lalu,” ucap sang assistant, menjawab pertanyaan Noah yang mempertanyakan keberadaan ibunya karena sudah lama tidak terlihat.Pantas saja, selama empat hari ini Noah tidak bertemu dengan ibunya, biasanya Sarah sering datang berkunjung ke ruangan kerja Noah meski itu hanya sekadar mengajak makan bersama dan meminta bantuan.“Apa Ibu pergi liburan?” tanya Noah lagi.“Sepertinya tidak Pak. Semua pekerjaan nyonya Sarah saya kirim ke rumah, dan pagi harinya, sopir nyonya Sarah datang mengantar, itu artinya nyonya Sarah ada di kediamannya.”"Terima kasih informasinya," ucap Noah sebelum pergi meninggalkan keberadaan ruangan Sarah.Sejak di malam pesta keluarga Evelyn, Noah tidak pernah mencoba menghubungi Sarah.Noah berpikir bahwa ibunya perlu waktu untuk merenungkan diri tanpa perlu lagi diingatkan akan setiap kekeliruannya.Pesta di malam itu mungkin secara tidak langsung telah mempermalukan Sarah. Namun, Noah tidak pernah mengkh
Suara sirine ambulance dan mobil kepolisian terdengar dijalanan, beberapa pengendara memilih menepi memberikan ruang untuk mobil-mobil itu bergerak menuju rumah sakit.Dalam keadaan lemah dan babak belur hingga darah yang masih menodai pakaiannya, Milia duduk meratap diantara dua polisi yang menjaganya.Milia tidak dapat menjawab ketika ditanya pihak kepolisian yang meminta keterangan darinya. Milia terguncang dengan apa yang telah terjadi, tindakannya melukai Alex adalah sesuatu yang spontan sehingga Milia tidak pernah menyangka bahwa malam ini akan berakhir menjadi malam yang berdarah.Dalam keadaan kedua tangan yang terborgol, kini Milia akan dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan jahitan di beberapa bagian tubunya yang terluka yang terluka parah, sementara Alex harus dilakukan autopsy setelah dinyatakan meninggal.Milia menengok keluar jendela, air matanya berjatuh membasahi pipi.Semuanya masih terasa seperti mimpi bagi Milia, segalanya terjadi begitu cepat setelah satu jam dia
"Dokter tinggal disini?" tanya Edgar sambil melangkah terpincang-pincang menggenggam tangan Evelyn yang menuntunnya masuk.Selepas pesta, Evelyn memutuskan untuk membawa Edgar agar bisa menginap sebelum anak itu kembali ke dibawa ke panti asuhan. "Aku berharap suatu hari nanti, kau juga akan tinggal disini," jawab Evelyn.Edgar tersenyum sungkan, sudah terlalu banyak kebaikan yang dia terima dari Evelyn, cukup dengan diberi kesempatan melihat dan bertemu Evelyn kembali, Edgar sudah sangat merasa bersyukur.Sempat Edgar berpikir, bahwa selamanya dia akan ada di tanah gersang, berselimut debu panas akibat peperangan, menanti giliran seperti anak-anak lainnya yang menyerah setelah melalui berbagai kejadian menyakitkan, atau pergi menjadi budak korban perjual belian anak.Tidak pernah sedikitpun Edgar akan membayangkan bahwa dia akan di tempat indah ini.Menyaksikan setitik surga yang dimimpikan semua anak-anak korban perang seperti dirinya, Sebuah kota yang damai tanpa ledakan artileri
Milia terisak menangis, tangannya tercengkram begitu kuat oleh Alex.Tanpa berbicara sepatah katapun, Alex menyeret Milia dengan kasar, membawanya pergi meninggalkan pesta yang belum usai.Diamnya Alex membuat Milia semakin takut akan terjadi sesuatu yang sangat besar malam ini. Sedikit saja kesalahan yang Milia buat, Alex akan melampiaskannya dengan kekerasan, tidak dapat Milia bayangkan ketika kini dia telah membuat kesalahan yang sangat fatal.Milia tahu, Alex bekerja keras mempersiapkan banyak hal untuk bisa bisa mendapatkan investasi karena kondisi perusahaannya yang diambang kebangkrutan akibat kerugian yang sangat besar.Alex begitu yakin bahwa malam ini, semuanya akan berjalan lancar dan perusahaannya menggeliat dari keterpurukan.Namun, semua angan Alex, semua rencana yang Alex susun sebaik mungkin untuk investor paling penting telah lenyap karena kebodohan Milia. Wanita itu telah menghancurkan segalanya! Menghancurkan harapan Alex, juga bisnisnya yang telah Alex pertaruhkan
“Eve, ikut aku sebentar,” bisik Noah perahan menarik mundur Evelyn dari keramaian.“Kau mau membawaku kemana?” tanya Evelyn mengkuti langkah Noah melewati pintu keluar, meninggalkan pesta yang masih berlangsung.Genggaman tangan Noah menguat, “Memberikan kejutan yang aku janjikan,” jawabnya dengan penuh semangat, Noah tidak sabar menantikan reaksi Evelyn jika nanti dipertemukan kembali dengan anak yang ingin diadopsinya.“Kenapa tidak di dalam saja Noah?” tanya Evelyn mulai curiga karena mereka semakin jauh dari ruangan pesta.“Ikut saja aku sebentar.”Perlahan langkah Evelyn terhenti, menahan Noah yang menariknya. “Kau tidak sedang merencanakan hal-hal mesum kan Noah?” tanya Evelyn semakin curiga.Noah terperangah kaget mendengar tuduhan Evelyn dan tatapannya yang penuh kecurigaan, memandang Noah seperti penjahat kelamin yang perlu diwaspadai. “Ya ampun Eve, aku tidak mungkin seperti itu,” jawabnya, membela diri dari tuduhan Evelyn.Mata Evelyn menyipit seketika, “Kau jangan berpura-
Wajah Milia terangkat seketika, wanita itu menatap getir penuh ketakutan, dia tahu betul konsekuensi yang akan diterima jika Alex tahu kelakuan. Akan ada bencana besar yang tidak terhindarkan setelah nanti sampai di rumah.Dengan wajahnya yang mulai pucat pasi, Milia mengggeleng penuh permohonan, mengharapkan belas kasihan dari Reene dan Evelyn, orang yang tidak pernah berhenti Milia rendahkan.Milia menggeleng putus asa menahan tangisan.“Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada Anda, Tuan Axel. Isteri Anda ini, dulu dia pernah memfitnah putri saya mencuri, dan malam ini, dengan mata kepala saya sendiri, saya menyaksikan dia menghina Evelyn dengan cara yang begitu kasar,” jelas Reene berhasil membuat Alex tercekat kaget.Samar Evelyn tersenyum menikmati eksrpesi tidak berkutik Milia yang kehilangan kesombongannya dan hancur oleh mulutnya sendiri. Axel tercengang kaget, “Jadi benar begitu Milia?” bisiknya dengan geraman.Milia tertunduk tidak bersuara, tidak ada tempat untuknya berboho
“Bukankah dia teman masa kecilmu? Kenapa tidak pernah menceritakannya padaku kalau ternyata dia putri Reene Stalyn?” tanya Alex dengan sumringah. Rahang Milia mengeras, dia juga baru tahu malam ini jika ternyata Evelyn telah menemukan keluarganya dan berasal dari keluarga terhormat. Milia telah terkecoh oleh kesederhanaan yang selalu Evelyn tampilkan. Milia menarik napasnya dengan kesulitan, ekspresi di jawahnya terlihat begitu suram karena harus menyaksikan wanita yang selalu dia hina dan dia curangi, kini wanita itu berada diantara orang-orang penting didampingi Noah. Evelyn terlihat begitu begitu bahagia tanpa tekanan yang harus dipikul. Kemanapun Evelyn pergi mengikuti Dominiq yang memperkenalkannya pada banyak orang, Noah terus mendampinginya, sesekali membisikan sesuatu untuk memberikan arahan. Noah begitu setia mendampingi Evelyn, menunjukan suatu perhatian dan kehangatan yang tidak pernah dia tunjukan kepada wanita manapun, termasuk Milia. Pria itu tidak pernah ragu mera
“Noah tunggu! Ada yang perlu kau jelaskan pada ibu!” desak Sarah mengejar Noah setelah perdebatan yang sempat terjadi di lorong gedung pesta. “Noah!” panggil Sarah lagi dan menahan tangan putranya.Noah berbalik seketika, dadanya bergerak naik turun dengan suara napas tidak beraturan, kepala Noah mulai panas diledaki amarah. Prilaku Sarah malam ini sudah tidak termaafkan lagi, dan Noah sudah muak mentoleransinya lagi.Alis Sarah sedikit menurun, wanita paruh baya itu mendekat dengan ragu merasakan kemarahan bercampur bercampur kesedihan disepasang matanya yang bekaca-kaca. Noah seperti seorang anak yang telah dihancurkan mimpinya.“Noah, kau perlu menjelaskan apa yang terjadi pada ibu, mengapa kau tidak pernah memberitahu ibu sebelumnya jika ini Evelyn sudah menemukan keluarganya?” tanya Sarah dengan suara memelan.“Untuk apa?” tanya Noah penuh tekanan. “Ibu akan berubah pikiran setelah tahu bahwa Eve berasal dari keluarga yang berpengaruh? Ibu akan berhenti menghinanya karena Eve b
Bibir Evelyn menekan kuat mencoba meredam kekesalannya dari hinaan yang begitu mudahnya terucap dari mulut Milia. Evelyn tidak mengerti, seharusnya orang pertama yang memulai pertengkaran adalah Evelyn karena dia memiliki kebencian yang mendasar pada Milia. Anehnya, justru Milia yang selalu memulai perdebatan, semakin bertambah usia, wanita itu sama sekali tidak pernah belajar untuk memperbaiki diri.Sepertinya, sesekali Evelyn perlu membungkam kesombongan Milia agar wanita itu berhenti merendahkannya.Tapi, apa yang Milia lakukan di sini? Apa mungkin, keluargnya mengenal Milia?Apapun yang terjadi, ini bukan saat yang tepat untuk Evelyn berdiri disini dan membuang waktu. Keluarganya pasti sudah menanti karena pesta akan segera diselenggarakan.“Kenapa kau diam? Apa kau malu ketahuan mengenakan barang-barang palsu?” tanya Milia lagi dengan tawa meledeknya seakan tidak puas menyerang Evelyn hanya dengan satu dua hinaan. Milia perlu melampiaskan kerisauan pribadinya dengan menghina or