Noah duduk termenung di kursi bartender, entah sudah berapa gelas wiski dia teguk sebagai teman kesendiriannya yang tengah terjebak dalam perasaan menyesakkan.Noah gamang..Tidak tahu apa yang kini harus dilakukan, ini untuk pertama kalinya dia dan Evelyn bertengkar.Noah benci pertengkaran seperti ini, namun dia tidak sudi untuk meminta maaf atas apa yang telah dilakukan. Noah tidak merasa bersalah, dia bertindak kasar karena beralasan. Noah hanya ingin memperbaiki rumah tangganya dengan Evelyn tanpa ada pihak ketiga siapapun yang membayangi rumah tangga mereka.Sepantasnya Evelyn menyadari hal itu.Menyadari tentang seberapa besar keinginan Noah untuk memiliki Evelyn, seberapa besar berharganya pernikahan mereka berdua.Noah kembali meneguk sisa wiski di gelas, pria itu membuang napasnya dengan kasar, mengabaikan panas dan pusing yang berdenyut.Dilihatnya pohon natal yang seharusnya dia hias malam ini bersama Evelyn.Noah memijat keningnya dengan kuat, bibirnya meringis sakit set
"Dia Noah Sylvester. Aku ingat dia, kita pernah bertemu London saat aku mengunjungi Leary," ucap Jach begitu melihat wajah Noah terpambang di layar.Mante menyandarkan bahunya ke kursi, ujung jarinya mengetuk-ngetuk permukaan meja. "Orang seperti apa dia?""Leary memperlakukannya seperti seorang kakak laki-laki, mereka saling mengenal sejak kecil, jika Leary menganggapnya seperti seorang kakak, aku yakin Noah lelaki yang cukup baik.""Ada yang janggal," ucap Mante tanpa memberitahu lanjut apa yang sebenarnya kini ada dipikirannya.Daniel meninggal karena kecelakaan satu bulan yang lalu. Saat ini, Evelyn masih berstatus sebagai seorang isteri, namun berbeda suami.Nama Daniel terhapus dari daftar pernikahan dan berganti menjadi Noah Sylvester.Tidak ada informasi apapun yang bisa didapatkan mengenai kejadian kecelakaan Daniel.Namun kondisi Noah yang terlihat sakit, begitu jelas memiliki sangkut paut dan kemungkinan besar bahwa lelaki itu adalah tersangka penabrak Daniel.Namun apa yan
Jari-jari saling bertaut, menggenggam dengan kuat, memenjarakan tangan Evelyn untuk tidak banyak bergerak.Suasana tegang telah berubah begitu cepat, dan Evelyn tidak dapat mengartikan apa yang kini sedang terjadi diantara dirinya dan Noah.Tidak dapat mengartikan perasaannya yang kini sedang dirasa.Mereka tidak lagi bertengkar, bahkan kemarahan yang meledak-ledak didalam hatinya menghilang entah kemana.Evelyn tidak mengerti mengapa sekarang dia mudah berubah pikiran dan terpengaruh, hatinya melunak padahal dia sadar sepenuhnya bahwa masa depannya dengan Noah masih abu-abu.Noah bergeser kian dekat, menempelkan dadanya dibahu Evelyn, menenggelamkan wajahnya diantara rambut Evelyn yang beruraian, merayakan kedamaian yang kembali menenangkannya.Beberapa menit bertengkar dan terjebak dalam permusuhan membuat Noah sangat lelah dan benci untuk mengulanginya lagi.Noah tidak mabuk, dia sepenuhnya sadar dengan semua tindak-tanduknya dan segala hal yang telah dia ucapkan.Ada sebuah dorong
Suara angin bersalju terdengar saat langit masih remang-remang berselimut kabut gelap, pemanas ruangan kayu sudah mati dan dingin, yang tersisa hanya pohon natal raksasa yang telah dihias sepanjang malam bersama Noah.Lampu natal itu berkerlap-kerlip menerangi ruangan. Evelyn bergerak bergerak hati-hati, terbelit dalam pelukan Noah yang ikut tertidur disisinya. Diatas karpet berbulu, berselimut sehelai kain tipis.Evelyn menarik napasnya dalam-dalam, merasakan sesak tidak biasa didada dan sakit yang menusuk di setiap sel tulangnya, seluruh tubuhnya terasa sakit dan menggigil tidak berdaya untuk bangun.Dalam keadaan yang masih mengantuk, Evelyn memilih untuk kembali memejamkan matanya dan tertidur tidak seperti hari-hari sebelumnya dimana dia aktif jauh sebelum matahari muncul.Sejak hari kemarin tubuh Evelyn terasa lemas dan sakit seluruh sendi, sepertinya kondisi kesehatannya memang semakin menurun meski Evelyn sudah berusaha menahannya.Saat bercahaya pagi telah muncul, Evelyn yan
Alex tengah mengenakan jam tangan yang telah dipilihnya, ditengah aktivitasnya yang berlangsung diam-diam mata Alex melihat Milia yang duduk didepan meja rias terlihat sedang bersolek.Alex tahu, Milia sangat suka berdandan dan berpenampilan cantik dalam setiap kesempatan, bahkan saat akan pergi tidur dia tidak pernah lupa untuk merawat diri terlebih dahulu. Semua pakaian yang dia kenakan harus selalu sesuai dengan tubuhnya.Kebiasaan Milia tidak begitu mengejutkan karena selama ini Milia bekerja di dunia fashion yang menuntutnya untuk tetap menjaga penampilan.Namun pagi ini terasa sedikit berbeda bagi Alex, Milia terlihat begitu bersemangat dari biasanya padahal dia sudah tidak bekerja lagi dimanapun, tidak ada jadwal kegiatan apapun yang akan dia lakukan, anehnya Milia berpenampilan seperti akan pergi berkencan.“Kau akan pergi kemana Milia?” tanya Alex mendekat, menatapnya dengan curiga.Milia langsung berbalik mengukir senyuman semanis mungkin. “Nanti siang, aku bolehkan ke kanto
Milia pergi memasuki sebuah rumah sakit. Milia tahu, dia telah diikuti sejak meningglkan rumah sakit, karena itu dia harus benar-benar pergi menemui dokter kandungan untuk mengecoh, dia bisa meninggalkan mobilnya dengan naik taksi jika urusannya telah selesai.Masih ada banyak waktu untuknya menemui Noah.Setelah menunggu sebentar, Milia langsung bertemu dengan dokter kandungan yang telah dia hubungi sebelumnya sebelum pergi ke rumah sakit. Milia memang sangat berniat tidak memiliki anak dari Alex, sudah ada banyak rencana yang tersusun dikepalanya untuk melakukan perceraian andai dia bisa kembali kepada Noah dan menyingkirkan Evelyn agar kembali ke tempat dia yang semestinya.Milia cukup percaya diri karena ibu Noah mendukungnya.“Selamat pagi Dokter,” sapa Milia tersenyum ramah.“Nyonya Milia? Silahkan duduk,” sambut Indila.Milia melangkah masuk ke dalam ruangan dan menarik kursi untuk duduk bersebrangan dengan Indila. Dibawah bulu matanya yang lentik, bola matanya bergerak pada s
Keramaian di dalam rumah telah hilang setelah Evelyn mempersilahkan semua orang pulang. Evelyn tidak membutuhkan pelayanan apapun lagi, dia hanya butuh waktu sendiri dan beristirahat dengan tenang agar bisa kembali pulih.Tungku menyala membawa kehangatan ditengah salju yang turun deras, Evelyn memilah warna-warna bunga dari keranjang untuk dia masukan ke dalam vas dan mengganti bunga sebelumnya yang mulai layu.Semerbak aroma bunga segar tercium.Suara gunting yang memotong terdengar, memangkas dahan segar berduri, memasukannya satu persatu ke dalam pas yang sudah berisi air. Evelyn akan memajang bunga cantik itu di kamarnya. “Aw!” Evelyn terpekik, menjatuhkan setangkai mawar merah muda ke lantai saat sisi telunjuknya tidak sengaja ikut tergunting.Setetes darah jatuh menodai lantai.Evelyn melangkah mundur meninggalkan bunganya, melihat ujung jari yang kini terus mengeluarkan darah. Sejenak Evelyn terdiam, dagup jantungnya memacu dengan cepat, merasakan sesuatu asing menggelayuti
“Kau mengenal lelaki yang bernama Daniel?” tanya Milia.Noah menegang terkejut, napasnya tertahan didada begitu mendengar nama Daniel disebutkan. Jemari Noah bergerak kaku menahan diri untuk tidak mencengkram sisi kursi roda untuk menyalurkan kekesalannya.Daniel..Sebuah nama yang sudah membuat Noah gusar saat pertama kali dia mendengar Evelyn menyebut namanya. Sebuah nama yang sudah berhasil membuat Noah sepanjang malam terus menerus Noah berpikir, bahwa lelaki itu memiliki hubungannya dengan cincin yang Evelyn simpan dikalungnya.Sejak kemarin, Noah telah berusaha mengeyahkan pikiran buruknya meski jauh dihati terdalamnya, dia tetap tidak dapat melakukannya.Noah cemburu pada manusia yang hanya Noah tahu sebatas namanya saja. Lelaki itu sudah seperti debu yang kotor, namun dapat membuat mata Noah sakit dan membawa Noah pada kegelapan jika hinggap dimatanya.“Aku mengenalnya,” jawab Noah dingin.Sudut bibir Milia sedikit berkedut menahan senyuman. Andai dia tidak tahu Noah sedang
Sudah lebih dari lima belas menit Noah menunggu, tidak ada tanda-tanda Evelyn akan segera kembali. Noah tidak menduga jika percakapan antara Evelyn dan ibunya akan jauh lebih lama dari apa yang diperkirakan.Apakah mungkin, telah terjadi suatu hal buruk dan pembicaraan tidak berjalan sesuai dengan apa yang harapkan? Noah menurunkan jendela mobilnya, dia memutuskan untuk menunggu lima menit lagi dan jika Evelyn belum kembali, maka Noah akan masuk menyusul masuk untuk memastikan keadaan.Getaran handpone terdengar disaku, Noah melihatnya sekilas sekadar membaca pesan singkat dari Paul bahwa dia telah selesai menyiapkan semua yang Noah perintahkan.Tubuh Noah menegak seketika begitu melihat sosok ibunya keluar dari restaurant seorang diri sambil mengusut matanya dengan sapu tangan.Noah segera keluar dari mobil, namun belum sempat dia memanggil ibunya. Sarah telah dipersilahkan masuk oleh sopirnya, dan mobil yang ditumpangi Sarah bergerak cepat meninggalkan area parkiran restaurant.Dil
Evelyn terpaku kaget mendengar permintaan maaf yang kembali terucap dari mulut Sarah. Seorang wanita yang selama ini begitu membencinya dan selalu merendahkan statusnya sebagai seorang janda yatim piatu.Satu tahun lebih Evelyn mengenal Noah, dan selama itu pula Sarah membencinya seakan tidak ada satu kebaikan pun yang pantas Evelyn miliki.Apakah kini Evelyn senang Sarah tiba-tiba meminta maaf padanya? Dibandingkan senang, justru Evelyn bingung, mengapa setelah sekian lama, kini tiba-tiba Sarah meminta maaf kepadanya? Apa karena pengaruh keluarga Evelyn yang mau tidak mau harus Sarah akui bahwa kini mereka sederajat.Ataukah mungkin Sarah melakukannya semata-mata hanya untuk menjaga keharmonisan hubungannya dengan NoahTangan Evelyn terkepal dibawah meja, memandangi wajah sendu Sarah yang banyak tertunduk tidak tidak seangkuh biasanya. Dapat Evelyn lihat kantung matanya yang membengkak menandakan bahwa dia tidak kurang beristirahat.“Apa yang membuat Anda bersedia meminta maaf kep
Milia duduk meringkuk di sudut ruangan bersama puluhan wanita lainnya, terkurung dalam sel sempit dengan berbagai orang criminal lainnya yang terlibat dalam kasus hukum. Wajahya yang babak belur masih menyisakan bekas luka meski telah berlangsung berhari-hari. Ada cekungan yang dalam di wajahnya, rambutnya terlihat kusut terikat sembarangan tanpa disisir. Milia yang selalu tampil cantik sempurna, setiap saat merawat diri, kini keadaannya nyaris tidak kenali. Baru satu malam Milia dikurung di balik jeruji besi. Begitu keadaannya sedikit membaik, pulang dari rumah sakit kedua tangan dan kakinya diborgol dan langsung digelandang ke tempat penahanan. Tidak ada waktu untuk dirinya berisirahat dan mendapatkan sedikit ketenangan. Sejak kematian Alex, setiap malam Milia selalu menangis terbayang-bayang kenangan mengerikan yang telah terjadi. Setiap kali terbayang kejadian itu, Milia sering kali menangis histeris berpikir bahwa saat ini dia telah terjebak dalam dunia mimpi. Milia m
Langit sore memantulkan cahaya yang cerah dan hangat. Edgar duduk diantara Noah dan Evelyn yang mengantarnya, anak itu memeluk erat lengan Evelyn menyalurkan kegelisahan yang kembali datang menjelang keberangkatannya yang akan pulang diantar oleh Agatha.Edgar tidak tahu apakah perpisahan ini harus dia tangisi atau justru harus dia rayakan dengan penuh rasa syukur.Edgar sedih karena harus berpisah dengan orang-orang terkasihnya, disisi lain dia begitu bahagia karena perpisahan ini akan menjadi mulai proses pengadopsiannya. Mimpinya, do’anya, Tuhan telah menjawabnya dan memberikan jauh-jauh lebih besar dari apa yang Edgar minta.Ditengah kegelisahan Edgar, Diam-diam Evelyn dan Noah saling memandang dan melempar senyuman hangat. Mungkin perpisahan sementara ini sedikit akan sedikit menyedihkan, namun mereka sangat yakin akan ada sesuatu yang luar biasa menanti.Noah mengusap bahu Edgar beberapa kali. “Nanti saat kau kembali, akan ada kamar baru untukmu. Kau mau kamar cat warna apa?” t
Hari ini, hari keberangkatan Edgar setelah beberapa hari lamanya tinggal.Kebahagiaan yang sempat hadir harus kembali Evelyn lepas utuk sementara waktu, mengikhlaskan Edgar dibawa oleh yayasan yang akan melindunginya sebelum sebelum Evelyn dan Noah berhasil mendapatkan surat putusan pengadilan bahwa Edgar menjadi anak adopsinya.Cukup berat melepaskan Edgar pergi, kehadiran anak itu sudah mewarnai hari-hari rumah tangga Evelyn bersama Noah. Melukiskan banyak kenangan indah yang sempat Evelyn mimpikan di masa kecilnya.Evelyn bahagia, begitupun dengan Noah yang selama beberapa hari terakhir ini telah berperan baik sebagai seorang ayah untuk Edgar.Perpisahan sementara ini mungkin akan sedikit menyakitkanEvelyn yakin, saat ini Edgarpun merasakan kesedihan yang sama. Sepanjang pagi ini anak itu terlihat gelisah dan lebih banyak mengurung diri di kamar. Evelyn terbangun dari lamunan kecilnya begitu mendengar suara klakson, samar keningnya mengerut melihat mobil Noah yang sudah berada di
Noah terhenyak kaget mendengar permintaan maaf yang tidak pernah dia bayangkan akan tercetus dari mulut ibunya yang selama ini selalu merasa benar sendiri dengan segala pandangan hidupnya.Apa yang telah membuat Sarah akhirnya meminta maaf? Apa dia sudah mulai menyadari kesalahannya? Atau mungkin Sarah berpura-pura?Tapi Sarah bukanlah seseorang yang suka berpura-pura dihadapan Noah, dia selalu blak-blakan karena itu juga mereka sering kali berdebat.Melihat keraguan Noah, Sarah menggenggam tanganya dengan senyuman sedih bercampur malu. Sarah mengerti jika Noah tidak percaya dengan kesungguhannya yang meminta maaf, Sarah sudah terlalu sering membuat kesalahan dan mengecewakan Noah.Dengan suara bergetar Sarah berkata, “Ibu telah salah Noah, maaf atas semua kesalahan yang sudah ibu lakukan padamu dan Eve selama ini. Ibu berjanji, ibu tidak akan pernah melakukan kesalahan yang sama lagi, tidak akan pernah lagi mengganggu ketentraman rumah tangggamu lagi, tidak akan pernah berbicara bur
“Nyonya Sarah sudah tidak masuk kerja sejak empat hari yang lalu,” ucap sang assistant, menjawab pertanyaan Noah yang mempertanyakan keberadaan ibunya karena sudah lama tidak terlihat.Pantas saja, selama empat hari ini Noah tidak bertemu dengan ibunya, biasanya Sarah sering datang berkunjung ke ruangan kerja Noah meski itu hanya sekadar mengajak makan bersama dan meminta bantuan.“Apa Ibu pergi liburan?” tanya Noah lagi.“Sepertinya tidak Pak. Semua pekerjaan nyonya Sarah saya kirim ke rumah, dan pagi harinya, sopir nyonya Sarah datang mengantar, itu artinya nyonya Sarah ada di kediamannya.”"Terima kasih informasinya," ucap Noah sebelum pergi meninggalkan keberadaan ruangan Sarah.Sejak di malam pesta keluarga Evelyn, Noah tidak pernah mencoba menghubungi Sarah.Noah berpikir bahwa ibunya perlu waktu untuk merenungkan diri tanpa perlu lagi diingatkan akan setiap kekeliruannya.Pesta di malam itu mungkin secara tidak langsung telah mempermalukan Sarah. Namun, Noah tidak pernah mengkh
Suara sirine ambulance dan mobil kepolisian terdengar dijalanan, beberapa pengendara memilih menepi memberikan ruang untuk mobil-mobil itu bergerak menuju rumah sakit.Dalam keadaan lemah dan babak belur hingga darah yang masih menodai pakaiannya, Milia duduk meratap diantara dua polisi yang menjaganya.Milia tidak dapat menjawab ketika ditanya pihak kepolisian yang meminta keterangan darinya. Milia terguncang dengan apa yang telah terjadi, tindakannya melukai Alex adalah sesuatu yang spontan sehingga Milia tidak pernah menyangka bahwa malam ini akan berakhir menjadi malam yang berdarah.Dalam keadaan kedua tangan yang terborgol, kini Milia akan dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan jahitan di beberapa bagian tubunya yang terluka yang terluka parah, sementara Alex harus dilakukan autopsy setelah dinyatakan meninggal.Milia menengok keluar jendela, air matanya berjatuh membasahi pipi.Semuanya masih terasa seperti mimpi bagi Milia, segalanya terjadi begitu cepat setelah satu jam dia
"Dokter tinggal disini?" tanya Edgar sambil melangkah terpincang-pincang menggenggam tangan Evelyn yang menuntunnya masuk.Selepas pesta, Evelyn memutuskan untuk membawa Edgar agar bisa menginap sebelum anak itu kembali ke dibawa ke panti asuhan. "Aku berharap suatu hari nanti, kau juga akan tinggal disini," jawab Evelyn.Edgar tersenyum sungkan, sudah terlalu banyak kebaikan yang dia terima dari Evelyn, cukup dengan diberi kesempatan melihat dan bertemu Evelyn kembali, Edgar sudah sangat merasa bersyukur.Sempat Edgar berpikir, bahwa selamanya dia akan ada di tanah gersang, berselimut debu panas akibat peperangan, menanti giliran seperti anak-anak lainnya yang menyerah setelah melalui berbagai kejadian menyakitkan, atau pergi menjadi budak korban perjual belian anak.Tidak pernah sedikitpun Edgar akan membayangkan bahwa dia akan di tempat indah ini.Menyaksikan setitik surga yang dimimpikan semua anak-anak korban perang seperti dirinya, Sebuah kota yang damai tanpa ledakan artileri