Suara angin bersalju terdengar saat langit masih remang-remang berselimut kabut gelap, pemanas ruangan kayu sudah mati dan dingin, yang tersisa hanya pohon natal raksasa yang telah dihias sepanjang malam bersama Noah.Lampu natal itu berkerlap-kerlip menerangi ruangan. Evelyn bergerak bergerak hati-hati, terbelit dalam pelukan Noah yang ikut tertidur disisinya. Diatas karpet berbulu, berselimut sehelai kain tipis.Evelyn menarik napasnya dalam-dalam, merasakan sesak tidak biasa didada dan sakit yang menusuk di setiap sel tulangnya, seluruh tubuhnya terasa sakit dan menggigil tidak berdaya untuk bangun.Dalam keadaan yang masih mengantuk, Evelyn memilih untuk kembali memejamkan matanya dan tertidur tidak seperti hari-hari sebelumnya dimana dia aktif jauh sebelum matahari muncul.Sejak hari kemarin tubuh Evelyn terasa lemas dan sakit seluruh sendi, sepertinya kondisi kesehatannya memang semakin menurun meski Evelyn sudah berusaha menahannya.Saat bercahaya pagi telah muncul, Evelyn yan
Alex tengah mengenakan jam tangan yang telah dipilihnya, ditengah aktivitasnya yang berlangsung diam-diam mata Alex melihat Milia yang duduk didepan meja rias terlihat sedang bersolek.Alex tahu, Milia sangat suka berdandan dan berpenampilan cantik dalam setiap kesempatan, bahkan saat akan pergi tidur dia tidak pernah lupa untuk merawat diri terlebih dahulu. Semua pakaian yang dia kenakan harus selalu sesuai dengan tubuhnya.Kebiasaan Milia tidak begitu mengejutkan karena selama ini Milia bekerja di dunia fashion yang menuntutnya untuk tetap menjaga penampilan.Namun pagi ini terasa sedikit berbeda bagi Alex, Milia terlihat begitu bersemangat dari biasanya padahal dia sudah tidak bekerja lagi dimanapun, tidak ada jadwal kegiatan apapun yang akan dia lakukan, anehnya Milia berpenampilan seperti akan pergi berkencan.“Kau akan pergi kemana Milia?” tanya Alex mendekat, menatapnya dengan curiga.Milia langsung berbalik mengukir senyuman semanis mungkin. “Nanti siang, aku bolehkan ke kanto
Milia pergi memasuki sebuah rumah sakit. Milia tahu, dia telah diikuti sejak meningglkan rumah sakit, karena itu dia harus benar-benar pergi menemui dokter kandungan untuk mengecoh, dia bisa meninggalkan mobilnya dengan naik taksi jika urusannya telah selesai.Masih ada banyak waktu untuknya menemui Noah.Setelah menunggu sebentar, Milia langsung bertemu dengan dokter kandungan yang telah dia hubungi sebelumnya sebelum pergi ke rumah sakit. Milia memang sangat berniat tidak memiliki anak dari Alex, sudah ada banyak rencana yang tersusun dikepalanya untuk melakukan perceraian andai dia bisa kembali kepada Noah dan menyingkirkan Evelyn agar kembali ke tempat dia yang semestinya.Milia cukup percaya diri karena ibu Noah mendukungnya.“Selamat pagi Dokter,” sapa Milia tersenyum ramah.“Nyonya Milia? Silahkan duduk,” sambut Indila.Milia melangkah masuk ke dalam ruangan dan menarik kursi untuk duduk bersebrangan dengan Indila. Dibawah bulu matanya yang lentik, bola matanya bergerak pada s
Keramaian di dalam rumah telah hilang setelah Evelyn mempersilahkan semua orang pulang. Evelyn tidak membutuhkan pelayanan apapun lagi, dia hanya butuh waktu sendiri dan beristirahat dengan tenang agar bisa kembali pulih.Tungku menyala membawa kehangatan ditengah salju yang turun deras, Evelyn memilah warna-warna bunga dari keranjang untuk dia masukan ke dalam vas dan mengganti bunga sebelumnya yang mulai layu.Semerbak aroma bunga segar tercium.Suara gunting yang memotong terdengar, memangkas dahan segar berduri, memasukannya satu persatu ke dalam pas yang sudah berisi air. Evelyn akan memajang bunga cantik itu di kamarnya. “Aw!” Evelyn terpekik, menjatuhkan setangkai mawar merah muda ke lantai saat sisi telunjuknya tidak sengaja ikut tergunting.Setetes darah jatuh menodai lantai.Evelyn melangkah mundur meninggalkan bunganya, melihat ujung jari yang kini terus mengeluarkan darah. Sejenak Evelyn terdiam, dagup jantungnya memacu dengan cepat, merasakan sesuatu asing menggelayuti
“Kau mengenal lelaki yang bernama Daniel?” tanya Milia.Noah menegang terkejut, napasnya tertahan didada begitu mendengar nama Daniel disebutkan. Jemari Noah bergerak kaku menahan diri untuk tidak mencengkram sisi kursi roda untuk menyalurkan kekesalannya.Daniel..Sebuah nama yang sudah membuat Noah gusar saat pertama kali dia mendengar Evelyn menyebut namanya. Sebuah nama yang sudah berhasil membuat Noah sepanjang malam terus menerus Noah berpikir, bahwa lelaki itu memiliki hubungannya dengan cincin yang Evelyn simpan dikalungnya.Sejak kemarin, Noah telah berusaha mengeyahkan pikiran buruknya meski jauh dihati terdalamnya, dia tetap tidak dapat melakukannya.Noah cemburu pada manusia yang hanya Noah tahu sebatas namanya saja. Lelaki itu sudah seperti debu yang kotor, namun dapat membuat mata Noah sakit dan membawa Noah pada kegelapan jika hinggap dimatanya.“Aku mengenalnya,” jawab Noah dingin.Sudut bibir Milia sedikit berkedut menahan senyuman. Andai dia tidak tahu Noah sedang
Di dalam sebuah ruangan, beberapa petugas medis terlihat sangat serius melakukan operasi bedah jantung terbuka pada seorang wanita yang sudah lansia.Evelyn berdiri diantara rekan kerjanya dengan konsentrasi penuh, melakukan tugasnya.Operasi terus berjalan dengan baik meski sudah berlangsung lebih beberapa jam.Ditengah operasi yang masih berlangsung dan konstrasi penuh, sepasang mata biru Evelyn dibalik masker terbelalak kehilangan penghilangatannya beberapa detik, noda darah dan orang tubuh pasien yang kini sedang dioperasi mengabur menjadi putih bercahaya.Sejenak Evelyn mematung, konsentrasinya terpecah tanpa alasan dan degup jantungnya berdebar kencang seperti dikejutkan oleh sesuatu yang menaikan adrenalinnya.Mata Evelyn mengerjap, mengenyahkan perasaan gelisah yang tiba-tiba datang dan tidak dia pahami apa alasannya. Berusaha mengembalikan konsentrasinya yang sempat terganggu, Evelyn tidak berhenti merapalkan do’a agar dia dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik tanpa kend
“Jadi benar, kau memiliki hubungan yang sangat penting dengan lelaki bernama Daniel itu?”Suara debaran jantung yang kencang bisa Evelyn dengar didadanya. Evelyn baru saja terjebak dalam mimpi dan kini dia harus terjebak dalam situasi yang tidak baik.Evelyn diam kesulitan tidak mampu berbicara sepatah katapun. Evelyn sudah sangat lelah merangkai kebohongan yang hanya akan berujung pada kebohongan lainnya yang akan menjadi sebuah pertengkaran.Melihat keterdiaman Evelyn yang tidak mampu menjawab pertanyaannya dengan tegas, Noah menarik kasar dasinya dan melemparkannya lantai.Ledakan amarah yang telah dia tahan sejak lama sudah tidak dapat dia simpan lagi.Tidak ada toleransi lagi dan Noah tidak bisa menunggu lagi, dia harus mendapatkan jawabannya hari ini juga.Jawaban itu harus keluar dari mulut Evelyn sendiri!“Kenapa diam?” tanya Noah tersenyum masam, “cincin di kalung sialan itu juga cincinmu dan Daniel kan?”Evelyn membuang muka, bibir pucatnya menekan kuat. Evelyn bimbang, dia
Evelyn masih duduk ditempatnya, merintih dengan tangisan, air mata terus berjatuhan membasahi punggung tangan.Evelyn benar-benar tidak tahu jika pertengkarannya dengan Noah akan menjadi sesakit ini.Bukankah seharusnya Evelyn senang dan lega, karena sekarang dia telah memiliki celah untuk bisa berpisah dengan Noah dan berhenti terlibat dengan kehidupannya? Evelyn tidak perlu lagi berusaha melepaskan diri, karena Noah sendiri pasti akan membuang dan menceraikannya.Tapi mengapa, saat memikirkan perpisahan dengan cara yang kacau seperti ini, justru hati Evelyn begitu pedih hingga membuatnya tidak berhenti menangis?Apakah karena Evelyn sudah mulai menaruh harapan pada Noah untuk menjadi pengganti Daniel? Apa mungkin kebaikan Noah selama pernikahan beberapa hari ini membuat Evelyn berpikir bahwa lelaki itu akan menjadi obat dari setiap sarat deritanya setelah ditinggal Daniel?Seharusnya Evelyn sadar, bahwa dia tidak seharusnya menaruh sedikitpun harapan kepada Noah. Mereka menikah kare
“Nyonya Sarah sudah tidak masuk kerja sejak empat hari yang lalu,” ucap sang assistant, menjawab pertanyaan Noah yang mempertanyakan keberadaan ibunya karena sudah lama tidak terlihat.Pantas saja, selama empat hari ini Noah tidak bertemu dengan ibunya, biasanya Sarah sering datang berkunjung ke ruangan kerja Noah meski itu hanya sekadar mengajak makan bersama dan meminta bantuan.“Apa Ibu pergi liburan?” tanya Noah lagi.“Sepertinya tidak Pak. Semua pekerjaan nyonya Sarah saya kirim ke rumah, dan pagi harinya, sopir nyonya Sarah datang mengantar, itu artinya nyonya Sarah ada di kediamannya.”"Terima kasih informasinya," ucap Noah sebelum pergi meninggalkan keberadaan ruangan Sarah.Sejak di malam pesta keluarga Evelyn, Noah tidak pernah mencoba menghubungi Sarah.Noah berpikir bahwa ibunya perlu waktu untuk merenungkan diri tanpa perlu lagi diingatkan akan setiap kekeliruannya.Pesta di malam itu mungkin secara tidak langsung telah mempermalukan Sarah. Namun, Noah tidak pernah mengkh
Suara sirine ambulance dan mobil kepolisian terdengar dijalanan, beberapa pengendara memilih menepi memberikan ruang untuk mobil-mobil itu bergerak menuju rumah sakit.Dalam keadaan lemah dan babak belur hingga darah yang masih menodai pakaiannya, Milia duduk meratap diantara dua polisi yang menjaganya.Milia tidak dapat menjawab ketika ditanya pihak kepolisian yang meminta keterangan darinya. Milia terguncang dengan apa yang telah terjadi, tindakannya melukai Alex adalah sesuatu yang spontan sehingga Milia tidak pernah menyangka bahwa malam ini akan berakhir menjadi malam yang berdarah.Dalam keadaan kedua tangan yang terborgol, kini Milia akan dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan jahitan di beberapa bagian tubunya yang terluka yang terluka parah, sementara Alex harus dilakukan autopsy setelah dinyatakan meninggal.Milia menengok keluar jendela, air matanya berjatuh membasahi pipi.Semuanya masih terasa seperti mimpi bagi Milia, segalanya terjadi begitu cepat setelah satu jam dia
"Dokter tinggal disini?" tanya Edgar sambil melangkah terpincang-pincang menggenggam tangan Evelyn yang menuntunnya masuk.Selepas pesta, Evelyn memutuskan untuk membawa Edgar agar bisa menginap sebelum anak itu kembali ke dibawa ke panti asuhan. "Aku berharap suatu hari nanti, kau juga akan tinggal disini," jawab Evelyn.Edgar tersenyum sungkan, sudah terlalu banyak kebaikan yang dia terima dari Evelyn, cukup dengan diberi kesempatan melihat dan bertemu Evelyn kembali, Edgar sudah sangat merasa bersyukur.Sempat Edgar berpikir, bahwa selamanya dia akan ada di tanah gersang, berselimut debu panas akibat peperangan, menanti giliran seperti anak-anak lainnya yang menyerah setelah melalui berbagai kejadian menyakitkan, atau pergi menjadi budak korban perjual belian anak.Tidak pernah sedikitpun Edgar akan membayangkan bahwa dia akan di tempat indah ini.Menyaksikan setitik surga yang dimimpikan semua anak-anak korban perang seperti dirinya, Sebuah kota yang damai tanpa ledakan artileri
Milia terisak menangis, tangannya tercengkram begitu kuat oleh Alex.Tanpa berbicara sepatah katapun, Alex menyeret Milia dengan kasar, membawanya pergi meninggalkan pesta yang belum usai.Diamnya Alex membuat Milia semakin takut akan terjadi sesuatu yang sangat besar malam ini. Sedikit saja kesalahan yang Milia buat, Alex akan melampiaskannya dengan kekerasan, tidak dapat Milia bayangkan ketika kini dia telah membuat kesalahan yang sangat fatal.Milia tahu, Alex bekerja keras mempersiapkan banyak hal untuk bisa bisa mendapatkan investasi karena kondisi perusahaannya yang diambang kebangkrutan akibat kerugian yang sangat besar.Alex begitu yakin bahwa malam ini, semuanya akan berjalan lancar dan perusahaannya menggeliat dari keterpurukan.Namun, semua angan Alex, semua rencana yang Alex susun sebaik mungkin untuk investor paling penting telah lenyap karena kebodohan Milia. Wanita itu telah menghancurkan segalanya! Menghancurkan harapan Alex, juga bisnisnya yang telah Alex pertaruhkan
“Eve, ikut aku sebentar,” bisik Noah perahan menarik mundur Evelyn dari keramaian.“Kau mau membawaku kemana?” tanya Evelyn mengkuti langkah Noah melewati pintu keluar, meninggalkan pesta yang masih berlangsung.Genggaman tangan Noah menguat, “Memberikan kejutan yang aku janjikan,” jawabnya dengan penuh semangat, Noah tidak sabar menantikan reaksi Evelyn jika nanti dipertemukan kembali dengan anak yang ingin diadopsinya.“Kenapa tidak di dalam saja Noah?” tanya Evelyn mulai curiga karena mereka semakin jauh dari ruangan pesta.“Ikut saja aku sebentar.”Perlahan langkah Evelyn terhenti, menahan Noah yang menariknya. “Kau tidak sedang merencanakan hal-hal mesum kan Noah?” tanya Evelyn semakin curiga.Noah terperangah kaget mendengar tuduhan Evelyn dan tatapannya yang penuh kecurigaan, memandang Noah seperti penjahat kelamin yang perlu diwaspadai. “Ya ampun Eve, aku tidak mungkin seperti itu,” jawabnya, membela diri dari tuduhan Evelyn.Mata Evelyn menyipit seketika, “Kau jangan berpura-
Wajah Milia terangkat seketika, wanita itu menatap getir penuh ketakutan, dia tahu betul konsekuensi yang akan diterima jika Alex tahu kelakuan. Akan ada bencana besar yang tidak terhindarkan setelah nanti sampai di rumah.Dengan wajahnya yang mulai pucat pasi, Milia mengggeleng penuh permohonan, mengharapkan belas kasihan dari Reene dan Evelyn, orang yang tidak pernah berhenti Milia rendahkan.Milia menggeleng putus asa menahan tangisan.“Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada Anda, Tuan Axel. Isteri Anda ini, dulu dia pernah memfitnah putri saya mencuri, dan malam ini, dengan mata kepala saya sendiri, saya menyaksikan dia menghina Evelyn dengan cara yang begitu kasar,” jelas Reene berhasil membuat Alex tercekat kaget.Samar Evelyn tersenyum menikmati eksrpesi tidak berkutik Milia yang kehilangan kesombongannya dan hancur oleh mulutnya sendiri. Axel tercengang kaget, “Jadi benar begitu Milia?” bisiknya dengan geraman.Milia tertunduk tidak bersuara, tidak ada tempat untuknya berboho
“Bukankah dia teman masa kecilmu? Kenapa tidak pernah menceritakannya padaku kalau ternyata dia putri Reene Stalyn?” tanya Alex dengan sumringah. Rahang Milia mengeras, dia juga baru tahu malam ini jika ternyata Evelyn telah menemukan keluarganya dan berasal dari keluarga terhormat. Milia telah terkecoh oleh kesederhanaan yang selalu Evelyn tampilkan. Milia menarik napasnya dengan kesulitan, ekspresi di jawahnya terlihat begitu suram karena harus menyaksikan wanita yang selalu dia hina dan dia curangi, kini wanita itu berada diantara orang-orang penting didampingi Noah. Evelyn terlihat begitu begitu bahagia tanpa tekanan yang harus dipikul. Kemanapun Evelyn pergi mengikuti Dominiq yang memperkenalkannya pada banyak orang, Noah terus mendampinginya, sesekali membisikan sesuatu untuk memberikan arahan. Noah begitu setia mendampingi Evelyn, menunjukan suatu perhatian dan kehangatan yang tidak pernah dia tunjukan kepada wanita manapun, termasuk Milia. Pria itu tidak pernah ragu mera
“Noah tunggu! Ada yang perlu kau jelaskan pada ibu!” desak Sarah mengejar Noah setelah perdebatan yang sempat terjadi di lorong gedung pesta. “Noah!” panggil Sarah lagi dan menahan tangan putranya.Noah berbalik seketika, dadanya bergerak naik turun dengan suara napas tidak beraturan, kepala Noah mulai panas diledaki amarah. Prilaku Sarah malam ini sudah tidak termaafkan lagi, dan Noah sudah muak mentoleransinya lagi.Alis Sarah sedikit menurun, wanita paruh baya itu mendekat dengan ragu merasakan kemarahan bercampur bercampur kesedihan disepasang matanya yang bekaca-kaca. Noah seperti seorang anak yang telah dihancurkan mimpinya.“Noah, kau perlu menjelaskan apa yang terjadi pada ibu, mengapa kau tidak pernah memberitahu ibu sebelumnya jika ini Evelyn sudah menemukan keluarganya?” tanya Sarah dengan suara memelan.“Untuk apa?” tanya Noah penuh tekanan. “Ibu akan berubah pikiran setelah tahu bahwa Eve berasal dari keluarga yang berpengaruh? Ibu akan berhenti menghinanya karena Eve b
Bibir Evelyn menekan kuat mencoba meredam kekesalannya dari hinaan yang begitu mudahnya terucap dari mulut Milia. Evelyn tidak mengerti, seharusnya orang pertama yang memulai pertengkaran adalah Evelyn karena dia memiliki kebencian yang mendasar pada Milia. Anehnya, justru Milia yang selalu memulai perdebatan, semakin bertambah usia, wanita itu sama sekali tidak pernah belajar untuk memperbaiki diri.Sepertinya, sesekali Evelyn perlu membungkam kesombongan Milia agar wanita itu berhenti merendahkannya.Tapi, apa yang Milia lakukan di sini? Apa mungkin, keluargnya mengenal Milia?Apapun yang terjadi, ini bukan saat yang tepat untuk Evelyn berdiri disini dan membuang waktu. Keluarganya pasti sudah menanti karena pesta akan segera diselenggarakan.“Kenapa kau diam? Apa kau malu ketahuan mengenakan barang-barang palsu?” tanya Milia lagi dengan tawa meledeknya seakan tidak puas menyerang Evelyn hanya dengan satu dua hinaan. Milia perlu melampiaskan kerisauan pribadinya dengan menghina or