SUAMI WARISAN
92 – Ada Cinta
“Kamu mau diantar ke mana?”
Rengganis menoleh pada Mahesa yang menyetir. Mood lelaki itu terlihat naik level daripada sebelumnya, “Maksud kamu?”
“Kamu mau langsung pergi ke kantor atau pulang dulu?”
“Pulang?”
Mahesa memandangnya seakan tumbuh tanduk di kepala Rengganis, “Sudah jelas kemarin Papa kamu kelihatan khawatir karena anaknya enggak ada kabar. Bukankah sebaiknya kamu pulang dulu ke rumah supaya keluargamu enggak khawatir?”
“Oh.” Dia tidak pernah merasa perlu memberi kabar pada keluarganya. Rengganis sudah terbiasa tidak memberi kabar selama berbulan-bulan sebelumnya, dan mereka tidak pernah keberatan dengan sikapnya itu.
“Mau aku antar ke rumah?”
“Kamu tau jalannya?”
Mahesa tersenyum, “Aku punya ingatan yang bagus.”
“Hm, kalau gitu &hellip
SUAMI WARISAN93 – Tambatan HatiTidak seperti biasanya Mahesa datang terlambat ke kantor.Desi, sekretarisnya bergegas menyongsongnya begitu Mahesa muncul di lorong, “Pak!” panggilnya. Perempuan yang sudah bekerja cukup lama dengan Mahesa itu heran melihat senyum lebar dan siulan nyaring dari mulut Bosnya itu.“Pak, Bapak enggak datang ke dua meeting pagi ini; breakfast meeting sama weekly meeting. Jadinya saya bilang—”“Bilang kalau saya ngilang?” tanya Mahesa sambil mengulum senyum. Ada pegas di langkahnya hingga rasanya dia sedang berjalan di atas awan.Desi tergopoh-gopoh mengikuti langkah Mahesa, hampir saja tersandung kakinya sendiri. Dia heran melihat sikap Bosnya yang terlihat riang gembira.Biasanya Mahesa tidak pernah terlambat, dia selalu menepati janji meeting yang sudah diatur oleh Desi, jikapun berhalangan hadir, Mahesa pasti mengabarkannya dan memberikan ala
SUAMI WARISAN94 – Lelaki PertamaBila kau jatuh cinta, katakanlah jangan buat sia-sia~Alunan musik band HIVI! yang diputar di radio seakan jadi theme song malam yang indah bagi Mahesa. Dia duduk di sebelah Rengganis di kursi penumpang mobil Audi yang dikendarai sopirnya. Tangan mereka saling bertautan, tidak terpisahkan semenjak keluar dari restoran.Tangan Rengganis terasa pas dalam genggamannya; lembut, hangat dan membuatnya melambung bahagia.Mahesa, lelaki metropolitan yang jarang menampakkan sisi emosionalnya kini terlihat menebar senyum kemana-mana.Kata orang, senyum mengundang senyum yang lainnya. Maka tidak heran Rengganis juga kelihatan bahagia di sebelahnya.“Pulang ke kontrakan?” tanya Mahesa ketika mobil bergerak meninggalkan pelataran hotel.Rengganis menggeleng, “Tadi sore Mama minta aku pulang ke rumah. Besok Papa ulang tahun, jadi kami mau ngadain acara kecil-kecilan.&rdq
SUAMI WARISAN95 – KasmaranPapa Rengganis sedang ngaso di teras karena di dalam terlalu panas.Ditangannya ada sebuah hihid; sebuah kipas segiempat yang terbuat dari anyaman bambu, biasanya dipakai untuk mengipasi nasi yang baru saja ditanak atau mengipasi sate yang sedang dibakar. Tapi kali ini, kipas tradisional itu bergoyang-goyang pelan di tangannya.Sepoi-sepoi angin terasa lembut menerpa wajahnya. Siulan pelan terdengar di antara alunan lagu ‘Wind of Change’ favoritnya. Lagu yang diputar dari ponselnya itu menemani Papa menikmati malam di teras depan, sementara istrinya dan Maya asyik nonton sinetron di ruang tengah.Biasanya Rengganis suka duduk menemaninya dengan buku sketsa di tangannya. Walaupun anak gadisnya itu tidak banyak bicara, Papa tetap merasa senang karena ditemani. Sayangnya sudah beberapa tahun, semenjak Rengganis diterima di sebuah rumah mode terkenal, anaknya itu tidak pernah lagi men
SUAMI WARISAN96 – ArkaisSeharusnya dia tidak ceroboh.Narendra tau bahwa dia tidak seharusnya pergi mencari Siluman Air yang mencuri Merah Delima milik Rengganis tanpa persiapan.Namun, dia terbawa emosi hingga tidak berpikir dua kali.Sepeninggal Rengganis yang pulang ke Jakarta, Narendra mengantarkan Ipah ke rumah kerabatnya dengan janji akan menjemputnya jika urusannya sudah selesai.Kemudian dia langsung melompat ke dalam danau dan pergi melewati terowongan waktu, kembali pada masa di mana dia berpapasan dengan Siluman Air sialan itu.Kali ini Narendra memilih untuk mencari di sekitaran hutan dan gunung, dia tidak ingin mengambil risiko dilihat oleh orang-orang yang mengenalinya. Perasaannya mengatakan bahwa Siluman Air tidak mungkin berani masuk ke desa.Siluman itu terlalu pengecut untuk berbaur dengan manusia.Narendra berjalan menyusuri setiap jengkal hutan. Namun tidak ditemukan jejak si Si
SUAMI WARISAN97 – CerobohSekali lagi, dia membuat kecerobohan.Narendra berlari sekuat tenaga menuju portal yang berada di cerukan. Kakinya bergerak namun tidak secepat biasanya.Sesekali Narendra tersandung oleh akar-akar pohon, napasnya terengah-engah ketika dia merasakan tubuhnya melemah.Oh, tidak.Dia harus segera pergi dari masa ini.Narendra memacu kakinya lebih cepat lagi. Paru-parunya hampir saja meledak.Ayo, ayo. Bisa. Bisa sampai. Bisiknya dalam hati. Huh. Huh. Huh. Mulutnya setengah terbuka beriringan dengan tarikan napas dan langkah kakinya.Bandul merah delima memantul-mantul di lehernya, cahayany mulai meredup.Narendra mendapatkan perasaan bahwa dia harus segera pulang, atau dia berada dalam bahaya.Diterobosnya pepohonan, semak belukar dan tumpukan dedaunan. Kulit kakinya terasa perih terkena duri namun Narendra tidak mau ambil risiko sedetik pun untuk berhenti.
SUAMI WARISAN98 – (Bukan) PerawanOh yeah.Maksud Rengganis ‘menginap di apartemen’ adalah ajakan untuk berhubungan seks.Mahesa paham sekarang. Senyumnya merekah tanpa bisa dia cegah.“Pak Mahesa?”Buru-buru dia menetralkan kembali wajahnya dan mendongak dari tabletnya yang dicoret-coretnya sembarangan dengan stylus “Ya?”“Jadi setuju, Pak?”“Ya!” ya, dia setuju untuk melakukan seks dengan Rengganis malam ini.YES! Dia harus mengingatkan dirinya untuk mampir ke Apotek membeli kondom. Persediaannya sudah menipis.What kind of flavour does she likes?Para pegawainya yang sore itu terlibat dalam meeting yang membahas hal yang cukup krusial bagi perusahaan saling melempar pandang heran melihat sikap bos mereka yang senyum-senyum sendiri.“Biasa, lagi kasmaran.” bisik Desi pada seorang perempuan yang duduk di seb
SUAMI WARISAN99 – Gelora AsmaraMahesa ingin membuat Rengganis keluar duluan.Maka, dengan mengerahkan segenap keahliannya dalam oral seks, Mahesa membuat Rengganis menggelinjang, merintih dan mendesah. Desahan seksinya menggema di kamarnya, Mahesa tidak akan melupakan bunyi terindah itu.Ekspresi sensual yang dibuat Rengganis membuatnya makin tinggi juga. Mulutnya penuh dengan lidahnya yang sibuk menyentuh titik panas Rengganis.“Mahesa,” rintih Rengganis lagi, dia meraih tangan Mahesa dan menggenggamnya. Meremasnya ketika orgasme mulai menumpuk dalam dirinya, “sebentar lagi…”Mahesa melepaskan mulutnya dan menggantinya dengan jarinya, “Cum for me, Honey.” Bisiknya, dia mengubah posisinya. Menarik Rengganis berada di pelukannya sementara sebelah tangannya keluar masuk di antara paha perempuan itu.Mahesa merengkuh Rengganis, memeluknya erat sementara dia berkonsentrasi m
SUAMI WARISAN100 – Kembalinya Sang PatihThey’re like the beasts in bed.Mahesa dan Rengganis tidak perlu waktu lama untuk memulai ronde kedua. Mereka kembali bergumulan di atas ranjang.Kali ini Mahesa memasukinya dari belakang sementara Rengganis meremas sprei dan menjerit di atas bantal. Kepalanya terasa ringan, efek memabukkan dari percintaannya dengan Mahesa membuatnya melayang dan menginginkan lebih, lebih dan lebih.Sexual tension yang selama ini ditahannya kini punya tempat untuk dilepaskan.Rengganis tidak peduli jika sikapnya saat ini seperti binatang, melampiaskan rasa frustrasinya karena tubuhnya cukup lama tidak dijamah lelaki. Energinya yang berlebihan memaksa untuk dikeluarkan, namun dia terlalu malu untuk menyentuh tubuhnya sendiri.Pilihannya adalah mencari pasangan atau memuaskan nafsunya dengan jarinya sendiri – atau dengan alat yang dibelinya di toko online.Tapi tidak, Rengg
KEKASIH AKHIR PEKAN Sekuel of Suami Warisan by Serafina Di umurnya yang telah menginjak angka 25 tahun, Sasikirana belum pernah pacaran. Dulu dia bersekolah di rumah karena sering berpindah-pindah hingga membuatnya kesulitan untuk bersosialisasi. Namun sekarang, Sasi seorang kurator galeri seni yang andal. Suatu hari, Sasi diminta Direktur Galeri untuk membuat pameran seorang pelukis misterius. Sasi berhasil menemukan alamatnya di pedesaan yang terpencil. Di sana dia bertemu sang pelukis. Tak disangka, di pertemuan pertama mereka, lelaki itu malah menawarinya untuk jadi kekasihnya setiap akhir pekan. Apakah Sasi menerima tawarannya? “Aku tau kamu kesepian, aku juga. Jadi maukah kamu jadi kekasihku setiap akhir pekan?” -SNIPPET KEKASIH AKHIR PEKAN- “Aku tau kamu kesepian, aku juga. Jadi maukah kamu menjadi kekasihku setiap akhir pekan?” Sasi memandang lelaki yang berdiri di ha
SUAMI WARISAN 175 – Sailendra [TAMAT] -EMPAT TAHUN KEMUDIAN- Diri kita bisa pulih sekaligus merasa hancur di waktu yang bersamaan. Pulih adalah perjalanan yang melibatkan penerimaan atas diri selagi kita hancur, berbenah kemudian membangun kembali diri kita. Waktu menjadi satu-satunya obat bagi Rengganis. Menit berganti jam, kemudian hari berubah jadi minggu sampai tak terasa tiga tahun sudah berlalu. Bayi mungil itu kini tumbuh menjadi balita yang menggemaskan. Celotehannya menceriakan ruangan, derap langkah kakinya menggemakan keriuhan yang hanya berjeda ketika dia memejamkan mata. “Gimana kabarnya?” pertanyaan itu tidak pernah alpa ditanyakan Mahesa setiap kali dia menelepon Rengganis. “Baik.” Rengganis tersenyum sambil melirik lelaki kecilnya yang berlarian di sekeliling ruangan “makasih kadonya, ya. Dia seneng banget…” Terdengar tawa Mahesa di seberang telepon, “Ya, begitu liha
SUAMI WARISAN 174 – Lembaran Baru Gemuruh guntur terdengar di kejauhan. Kilatan cahaya memantul di atas kaca jendela. Rengganis buru-buru menutup tirai jendela, udara terasa pengap ketika awan hitam menggumpal di atas langit Jakarta. Bayinya terbangun, matanya yang bulat mengerjap-ngerjap sementara badannya bergerak-gerak gelisah. Rengganis tersenyum kemudian mengangkat bayinya dari boks “Cup, cup, Sayang …. Kaget, ya?” Bayinya tak banyak menangis. Hanya sesekali gelisah dan merengek ketika popoknya basah. Dia begitu tenang, begitu mirip dengan ayahnya. Rengganis menimang-nimang bayinya, matanya lekat memandangi setiap inci wajah bayi lelaki yang paling tampan itu. Semakin dilihat, semakin terlihat jelas kemiripan antara buah hatinya dan Narendra. Hidungnya …. Matanya …. Caranya menatap mengingatkannya pada lelaki itu. Bayi yang baru berusia beberapa bulan itu bagaikan pinang dibelah dua dengan lelaki yan
SUAMI WARISAN173 – Terputus KutukanMak Saadah yang sudah renta masih mampu naik ke gunung untuk mencari kayu bakar. Tubuhnya yang kurus terbakar matahari tidak pernah meninggalkan gunung yang selama ini menjadi sumber penghidupannya.Walaupun anak-anaknya kerap kali mengingatkan untuk berhenti mencari kayu bakar karena di rumah sudah ada kompor gas, namun Mak Saadah tidak menghiraukan omongan anak-anaknya. Ada kesenangan sendiri berada di hutan gunung.Hidup di desa yang berubah sangat cepat membuat Mak Saadah kewalahan. Cucu-cucunya tidak mau diajak ke kebun apalagi ke hutan, mereka lebih senang diam di rumah dengan hapenya, bermain game dan marah-marah jika kuotanya habis.Daripada pusing mendengar cucu dan menantunya bertengkar soal kuota internet yang tak dimengerti olehnya, Mak Saadah memilih pergi ke hutan. Perasaannya mengatakan bahwa di sana ada sesuatu yang sedang menunggunya.“Mau kemana, Mak?” tan
SUAMI WARISAN 172 – Perpisahan & Kebenaran Tak pernah sekalipun terlintas dalam benak Rengganis – begitu pun dengan orang tuanya – bahwa dia akan bercerai secepat ini, padahal pernikahan mereka masih seumur jagung. “Tapi masih mending lu, Kak. Daripada Kim Kardashian yang cuma nikah 72 hari.” Maya berusaha membesarkan hati Rengganis, namun tidak mempan. Rengganis masih mellow. Dulu dia memang berniat untuk menceraikan Mahesa dan memilih Narendra, namun sekarang Narendra tak tentu rimbanya. Dia ingin marah, namun tidak tau diarahkan kemana amarahnya itu. Sejak kepulangannya dari RS, kemudian tinggal kembali di kamarnya, tak sehari pun Rengganis melewatkan sehari tanpa menangis. Papa dan Mama jadi serba salah. Mereka sudah berusaha menghibur Rengganis, namun masih suka mendengar isak lirih anaknya itu di malam hari. Walau pada pagi dan siang harinya Rengganis bisa menutupi kesedihannya, tapi di malam ya
SUAMI WARISAN171 – Binasa-FLASHBACK-Mobil yang dikendarai Narendra seolah tidak punya rem. Lelaki itu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, terburu-buru seperti dikejar setan.Dia keluar dari rumah sakit, terus masuk ke tol kemudian ngebut menuju hutan. Menurunkan kecepatan jika lalu lintas padat, namun setiap ada kesempatan, Narendra terus menginjak gas.Sang Akang baru berhenti ketika sampai di depan rumah warisan.Lelaki itu masuk ke dalam rumah, menaruh beberapa barang di kamarnya, kemudian kembali melanjutkan perjalanan.Kali ini dia pergi menuju hutan. Masuk ke dalam, terus ke tengah, meleburkan diri di antara rapatnya pepohonan. Tanpa bekal, tanpa persiapan. Hanya baju yang melekat di badan.Ingatannya yang masih segar menjadi modalnya untuk menyusuri jalan setapak yang dahulu mudah dia susuri. Sekarang, setelah kekuatannya menghilang, Narendra hampir kehabisan napas untuk mencapai tujuan.
SUAMI WARISAN170 – Hiduplah, Berbahagialah Beberapa saat yang lalu, di ruang operasi ….Sekelompok orang yang terdiri dari dokter utama, dokter anestesi, asisten dan perawat mengelilingi meja operasi.Tubuh Rengganis tergolek di atasnya. Tak sadarkan diri namun sedang berjuang untuk melahirkan bayinya.Sementara itu di balik kaca jendela, berdesakan dokter-dokter muda yang menonton proses kelahiran. Mereka mengamati setiap tindakan dengan cermat, tak lupa mencatat untuk laporan.Semua orang gugup, juga bersemangat.“Coba perhatikan tekanan darahnya, kelihatannya normal, kaya orang tidur gitu, ya?” bisik seorang calon dokter spesialis, dia menyenggol temannya agar melihat angka yang menunjukkan tekanan darah Rengganis.“Iya, luar biasa. Kekuatan seorang perempuan yang melewati masa kritis kemudian melahirkan dalam keadaan koma. Ini jarang banget di Indonesia!”&ld
SUAMI WARISAN 169 – Kelahiran -Beberapa Bulan Kemudian- “Pa, uangnya masih ada untuk biaya lahiran Rengganis?” tanya Mama dengan suara khawatir. Papa yang baru saja masuk ke kamar dengan handuk terlilit di pinggangnya mengangguk, “Masih banyak. Cukup untuk biaya Rengganis lahiran dan biaya hidup mereka.” Terdengar helaan napas lega dari Mama yang duduk di atas ranjang. Di sekitarnya tersebar tagihan rumah sakit, laptop dan kalkulator. Mama sedang sibuk menghitung biaya rumah sakit Rengganis dan biaya hidup mereka. “Untung saja si Narendra ini ngasih uang ya, Pa. Kalau enggak, aduh… Mama enggak tau apa jadinya nasib Rengganis sama bayinya.” Mama membetulkan letak kacamatanya kemudian menyipit memandang layar monitor laptop “ini gimana sih bikin rumusnya?” Papa membuka pintu lemari untuk mengambil baju. Pikirannya melayang kembali pada peristiwa sepeninggal Narendra. Kondisi Rengganis
SUAMI WARISAN 168 – Satu Menit Saja Sepeninggal Papa, Narendra menunggu dengan jantung berdebar sampai waktu bezuk tiba. Dia duduk di kursi panjang, terpisah dari orang-orang yang juga menunggui anggota keluarga mereka yang dirawat di ICU. Lelaki itu tertunduk memandang kedua tangannya di atas lutut. Matanya terpejam sementara bibirnya komat-komit. Pak Wawan yang penasaran dengan sosok lelaki yang terasa familiar itu tidak bisa lepas memandangi Narendra. Lelaki paruh baya yang mendengar cerita mengenai keributan tempo hari yang melibatkan keluarga Rengganis dan Narendra, tidak habis pikir kenapa lelaki yang bukan suami wanita yang terbaring koma di ICU itu bertahan terus di RS sementara lelaki yang katanya suaminya malah datang dan pergi dengan penampilan perlente. Seakan tenang-tenang saja dengan keadaan istrinya yang sedang koma. “Sepertinya cerita mereka lebih daripada perselingkuhan biasa…” gumam Pak Wawan tanpa sada