SUAMI WARISAN
96 – Arkais
Seharusnya dia tidak ceroboh.
Narendra tau bahwa dia tidak seharusnya pergi mencari Siluman Air yang mencuri Merah Delima milik Rengganis tanpa persiapan.
Namun, dia terbawa emosi hingga tidak berpikir dua kali.
Sepeninggal Rengganis yang pulang ke Jakarta, Narendra mengantarkan Ipah ke rumah kerabatnya dengan janji akan menjemputnya jika urusannya sudah selesai.
Kemudian dia langsung melompat ke dalam danau dan pergi melewati terowongan waktu, kembali pada masa di mana dia berpapasan dengan Siluman Air sialan itu.
Kali ini Narendra memilih untuk mencari di sekitaran hutan dan gunung, dia tidak ingin mengambil risiko dilihat oleh orang-orang yang mengenalinya. Perasaannya mengatakan bahwa Siluman Air tidak mungkin berani masuk ke desa.
Siluman itu terlalu pengecut untuk berbaur dengan manusia.
Narendra berjalan menyusuri setiap jengkal hutan. Namun tidak ditemukan jejak si Si
SUAMI WARISAN97 – CerobohSekali lagi, dia membuat kecerobohan.Narendra berlari sekuat tenaga menuju portal yang berada di cerukan. Kakinya bergerak namun tidak secepat biasanya.Sesekali Narendra tersandung oleh akar-akar pohon, napasnya terengah-engah ketika dia merasakan tubuhnya melemah.Oh, tidak.Dia harus segera pergi dari masa ini.Narendra memacu kakinya lebih cepat lagi. Paru-parunya hampir saja meledak.Ayo, ayo. Bisa. Bisa sampai. Bisiknya dalam hati. Huh. Huh. Huh. Mulutnya setengah terbuka beriringan dengan tarikan napas dan langkah kakinya.Bandul merah delima memantul-mantul di lehernya, cahayany mulai meredup.Narendra mendapatkan perasaan bahwa dia harus segera pulang, atau dia berada dalam bahaya.Diterobosnya pepohonan, semak belukar dan tumpukan dedaunan. Kulit kakinya terasa perih terkena duri namun Narendra tidak mau ambil risiko sedetik pun untuk berhenti.
SUAMI WARISAN98 – (Bukan) PerawanOh yeah.Maksud Rengganis ‘menginap di apartemen’ adalah ajakan untuk berhubungan seks.Mahesa paham sekarang. Senyumnya merekah tanpa bisa dia cegah.“Pak Mahesa?”Buru-buru dia menetralkan kembali wajahnya dan mendongak dari tabletnya yang dicoret-coretnya sembarangan dengan stylus “Ya?”“Jadi setuju, Pak?”“Ya!” ya, dia setuju untuk melakukan seks dengan Rengganis malam ini.YES! Dia harus mengingatkan dirinya untuk mampir ke Apotek membeli kondom. Persediaannya sudah menipis.What kind of flavour does she likes?Para pegawainya yang sore itu terlibat dalam meeting yang membahas hal yang cukup krusial bagi perusahaan saling melempar pandang heran melihat sikap bos mereka yang senyum-senyum sendiri.“Biasa, lagi kasmaran.” bisik Desi pada seorang perempuan yang duduk di seb
SUAMI WARISAN99 – Gelora AsmaraMahesa ingin membuat Rengganis keluar duluan.Maka, dengan mengerahkan segenap keahliannya dalam oral seks, Mahesa membuat Rengganis menggelinjang, merintih dan mendesah. Desahan seksinya menggema di kamarnya, Mahesa tidak akan melupakan bunyi terindah itu.Ekspresi sensual yang dibuat Rengganis membuatnya makin tinggi juga. Mulutnya penuh dengan lidahnya yang sibuk menyentuh titik panas Rengganis.“Mahesa,” rintih Rengganis lagi, dia meraih tangan Mahesa dan menggenggamnya. Meremasnya ketika orgasme mulai menumpuk dalam dirinya, “sebentar lagi…”Mahesa melepaskan mulutnya dan menggantinya dengan jarinya, “Cum for me, Honey.” Bisiknya, dia mengubah posisinya. Menarik Rengganis berada di pelukannya sementara sebelah tangannya keluar masuk di antara paha perempuan itu.Mahesa merengkuh Rengganis, memeluknya erat sementara dia berkonsentrasi m
SUAMI WARISAN100 – Kembalinya Sang PatihThey’re like the beasts in bed.Mahesa dan Rengganis tidak perlu waktu lama untuk memulai ronde kedua. Mereka kembali bergumulan di atas ranjang.Kali ini Mahesa memasukinya dari belakang sementara Rengganis meremas sprei dan menjerit di atas bantal. Kepalanya terasa ringan, efek memabukkan dari percintaannya dengan Mahesa membuatnya melayang dan menginginkan lebih, lebih dan lebih.Sexual tension yang selama ini ditahannya kini punya tempat untuk dilepaskan.Rengganis tidak peduli jika sikapnya saat ini seperti binatang, melampiaskan rasa frustrasinya karena tubuhnya cukup lama tidak dijamah lelaki. Energinya yang berlebihan memaksa untuk dikeluarkan, namun dia terlalu malu untuk menyentuh tubuhnya sendiri.Pilihannya adalah mencari pasangan atau memuaskan nafsunya dengan jarinya sendiri – atau dengan alat yang dibelinya di toko online.Tapi tidak, Rengg
SUAMI WARISAN101 – Pergeseran Waktu-Seminggu Kemudian-Wajah putih, pucat pasi dengan tatapan mata yang menyiratkan luka di hati memandangnya tanpa berkedip.Senyum Rengganis bergetar di bibirnya, “Narendra?” panggilnya dengan suara sarat emosi.Mata Narendra mengerjap namun dia tidak menjawab.Rengganis menoleh pada dokter yang kini terlihat tertarik dengan sikap pasiennya. Dokter mendekat dan bertanya, “Hai, Tuan Narendra, Anda bisa dengar saya?”Narendra memalingkan wajahnya ke arah dokter.Dokter mengacungkan dua jarinya, “Ini berapa, Tuan Narendra?”Narendra tidak bergeming, dia hanya menatap kosong ruang hampa di hadapannya.“Dok?” Rengganis sekuat tenaga menahan emosinya, dia berpegangan pada Ipah yang berdiri di sampingnya.Mereka baru saja girang mengetahui Narendra sudah sadar, namun kembali terguncang dengan keada
SUAMI WARISAN102 – Hari Bersamanya“Jangan bercanda, Naren.”“Saya tidak bercanda.”Rengganis menatap Narendra, pandangan keduanya beradu; satu dengan maksud tertentu dan yang satunya lagi tidak memercayai maksud yang lainnya.“Maksud kamu apa? Kita memang sudah menikah, ‘kan?” tanya Rengganis, memberi tanda kutip pada kata ‘menikah’ “Ingat perjanjian kita dulu. Aku akan memberimu energi, asal kamu mengabulkan 3 permintaanku. Dan sekarang, kamu sudah mengabulkannya. Terima kasih.”“Apa itu artinya Nyai akan menikahi Mahesa?” tanya Narendra sambil mendongak pada Rengganis.“Bukankah itu artinya jodoh?” balas Rengganis.“Jodoh ada masa kedaluwarsanya.”“Haha. Kamu itu ngomong apa, Naren? Udah, mendingan tidur aja lagi. Kamu mulai ngingo, nih.” Rengganis berusaha mengalihkan pembicaraan deng
SUAMI WARISAN103 – Sayangku“Naren…”Panggilan Rengganis kembali menariknya dari tidur. Narendra membuka matanya dan memandang sekeliling, sesaat sempat bingung dengan keadaan sekitar. Dari jendela terlihat matahari sudah tenggelam. Langit terlihat menggelap. Oh, dia ketiduran ….Rengganis berdiri di sisi ranjangnya, sehelai handuk tersampir di lengannya.“Mandi dulu, yuk?” ajak Rengganis, “kamu udah beberapa hari enggak mandi. Biasanya cuma di lap aja. Aku udah siapin air hangat.”“Nyai mau mandiin saya?” tanya Narendra heran.“Tadi suster datang mau mandiin kamu, tapi aku bilang kamu lagi tidur, terus nanti biar aku aja yang mandiin.” Rengganis kembali sibuk mengeluarkan perlengkapan mandi dari laci.Narendra menarik tubuhnya dari atas ranjang, dia memang butuh mandi, keramas dan bercukur.Rengganis membantu Nar
SUAMI WARISAN104 – Kesempatan BersamaAku bukan pelacur.Bukan pelacur.Ini bukan pengkhianatan. Ini tugas dan tanggung jawab. Ini ruwetnya punya Suami Warisan.Rengganis berjalan sepanjang lorong rumah sakit dengan linglung. Subuh-subuh itu dia keluar untuk mencari makanan. Perutnya keroncongan.Snack yang tersedia di kamar rawat tidak bisa mengatasi kelaparannya.Maka selepas subuh, Rengganis berjingkat-jingkat keluar dari kamar rawat inap untuk mencari sarapan.Semalaman dia menginap di ruangan Narendra, terlalu lelah dan tidak ingin meninggalkan lelaki itu. Walaupun Narendra kembali ngambek padanya.Rengganis memilih tetap bertahan di sana dan menunjukkan pada Narendra seperti apa sikap orang dewasa.Huh, umurnya udah bangkotan, masih aja ngambek kaya anak sekolahan! Gerutu Rengganis sebal. Dia masuk ke dalam lift yang kosong dan kembali memutar kejadian semalam.~Setelah se
KEKASIH AKHIR PEKAN Sekuel of Suami Warisan by Serafina Di umurnya yang telah menginjak angka 25 tahun, Sasikirana belum pernah pacaran. Dulu dia bersekolah di rumah karena sering berpindah-pindah hingga membuatnya kesulitan untuk bersosialisasi. Namun sekarang, Sasi seorang kurator galeri seni yang andal. Suatu hari, Sasi diminta Direktur Galeri untuk membuat pameran seorang pelukis misterius. Sasi berhasil menemukan alamatnya di pedesaan yang terpencil. Di sana dia bertemu sang pelukis. Tak disangka, di pertemuan pertama mereka, lelaki itu malah menawarinya untuk jadi kekasihnya setiap akhir pekan. Apakah Sasi menerima tawarannya? “Aku tau kamu kesepian, aku juga. Jadi maukah kamu jadi kekasihku setiap akhir pekan?” -SNIPPET KEKASIH AKHIR PEKAN- “Aku tau kamu kesepian, aku juga. Jadi maukah kamu menjadi kekasihku setiap akhir pekan?” Sasi memandang lelaki yang berdiri di ha
SUAMI WARISAN 175 – Sailendra [TAMAT] -EMPAT TAHUN KEMUDIAN- Diri kita bisa pulih sekaligus merasa hancur di waktu yang bersamaan. Pulih adalah perjalanan yang melibatkan penerimaan atas diri selagi kita hancur, berbenah kemudian membangun kembali diri kita. Waktu menjadi satu-satunya obat bagi Rengganis. Menit berganti jam, kemudian hari berubah jadi minggu sampai tak terasa tiga tahun sudah berlalu. Bayi mungil itu kini tumbuh menjadi balita yang menggemaskan. Celotehannya menceriakan ruangan, derap langkah kakinya menggemakan keriuhan yang hanya berjeda ketika dia memejamkan mata. “Gimana kabarnya?” pertanyaan itu tidak pernah alpa ditanyakan Mahesa setiap kali dia menelepon Rengganis. “Baik.” Rengganis tersenyum sambil melirik lelaki kecilnya yang berlarian di sekeliling ruangan “makasih kadonya, ya. Dia seneng banget…” Terdengar tawa Mahesa di seberang telepon, “Ya, begitu liha
SUAMI WARISAN 174 – Lembaran Baru Gemuruh guntur terdengar di kejauhan. Kilatan cahaya memantul di atas kaca jendela. Rengganis buru-buru menutup tirai jendela, udara terasa pengap ketika awan hitam menggumpal di atas langit Jakarta. Bayinya terbangun, matanya yang bulat mengerjap-ngerjap sementara badannya bergerak-gerak gelisah. Rengganis tersenyum kemudian mengangkat bayinya dari boks “Cup, cup, Sayang …. Kaget, ya?” Bayinya tak banyak menangis. Hanya sesekali gelisah dan merengek ketika popoknya basah. Dia begitu tenang, begitu mirip dengan ayahnya. Rengganis menimang-nimang bayinya, matanya lekat memandangi setiap inci wajah bayi lelaki yang paling tampan itu. Semakin dilihat, semakin terlihat jelas kemiripan antara buah hatinya dan Narendra. Hidungnya …. Matanya …. Caranya menatap mengingatkannya pada lelaki itu. Bayi yang baru berusia beberapa bulan itu bagaikan pinang dibelah dua dengan lelaki yan
SUAMI WARISAN173 – Terputus KutukanMak Saadah yang sudah renta masih mampu naik ke gunung untuk mencari kayu bakar. Tubuhnya yang kurus terbakar matahari tidak pernah meninggalkan gunung yang selama ini menjadi sumber penghidupannya.Walaupun anak-anaknya kerap kali mengingatkan untuk berhenti mencari kayu bakar karena di rumah sudah ada kompor gas, namun Mak Saadah tidak menghiraukan omongan anak-anaknya. Ada kesenangan sendiri berada di hutan gunung.Hidup di desa yang berubah sangat cepat membuat Mak Saadah kewalahan. Cucu-cucunya tidak mau diajak ke kebun apalagi ke hutan, mereka lebih senang diam di rumah dengan hapenya, bermain game dan marah-marah jika kuotanya habis.Daripada pusing mendengar cucu dan menantunya bertengkar soal kuota internet yang tak dimengerti olehnya, Mak Saadah memilih pergi ke hutan. Perasaannya mengatakan bahwa di sana ada sesuatu yang sedang menunggunya.“Mau kemana, Mak?” tan
SUAMI WARISAN 172 – Perpisahan & Kebenaran Tak pernah sekalipun terlintas dalam benak Rengganis – begitu pun dengan orang tuanya – bahwa dia akan bercerai secepat ini, padahal pernikahan mereka masih seumur jagung. “Tapi masih mending lu, Kak. Daripada Kim Kardashian yang cuma nikah 72 hari.” Maya berusaha membesarkan hati Rengganis, namun tidak mempan. Rengganis masih mellow. Dulu dia memang berniat untuk menceraikan Mahesa dan memilih Narendra, namun sekarang Narendra tak tentu rimbanya. Dia ingin marah, namun tidak tau diarahkan kemana amarahnya itu. Sejak kepulangannya dari RS, kemudian tinggal kembali di kamarnya, tak sehari pun Rengganis melewatkan sehari tanpa menangis. Papa dan Mama jadi serba salah. Mereka sudah berusaha menghibur Rengganis, namun masih suka mendengar isak lirih anaknya itu di malam hari. Walau pada pagi dan siang harinya Rengganis bisa menutupi kesedihannya, tapi di malam ya
SUAMI WARISAN171 – Binasa-FLASHBACK-Mobil yang dikendarai Narendra seolah tidak punya rem. Lelaki itu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, terburu-buru seperti dikejar setan.Dia keluar dari rumah sakit, terus masuk ke tol kemudian ngebut menuju hutan. Menurunkan kecepatan jika lalu lintas padat, namun setiap ada kesempatan, Narendra terus menginjak gas.Sang Akang baru berhenti ketika sampai di depan rumah warisan.Lelaki itu masuk ke dalam rumah, menaruh beberapa barang di kamarnya, kemudian kembali melanjutkan perjalanan.Kali ini dia pergi menuju hutan. Masuk ke dalam, terus ke tengah, meleburkan diri di antara rapatnya pepohonan. Tanpa bekal, tanpa persiapan. Hanya baju yang melekat di badan.Ingatannya yang masih segar menjadi modalnya untuk menyusuri jalan setapak yang dahulu mudah dia susuri. Sekarang, setelah kekuatannya menghilang, Narendra hampir kehabisan napas untuk mencapai tujuan.
SUAMI WARISAN170 – Hiduplah, Berbahagialah Beberapa saat yang lalu, di ruang operasi ….Sekelompok orang yang terdiri dari dokter utama, dokter anestesi, asisten dan perawat mengelilingi meja operasi.Tubuh Rengganis tergolek di atasnya. Tak sadarkan diri namun sedang berjuang untuk melahirkan bayinya.Sementara itu di balik kaca jendela, berdesakan dokter-dokter muda yang menonton proses kelahiran. Mereka mengamati setiap tindakan dengan cermat, tak lupa mencatat untuk laporan.Semua orang gugup, juga bersemangat.“Coba perhatikan tekanan darahnya, kelihatannya normal, kaya orang tidur gitu, ya?” bisik seorang calon dokter spesialis, dia menyenggol temannya agar melihat angka yang menunjukkan tekanan darah Rengganis.“Iya, luar biasa. Kekuatan seorang perempuan yang melewati masa kritis kemudian melahirkan dalam keadaan koma. Ini jarang banget di Indonesia!”&ld
SUAMI WARISAN 169 – Kelahiran -Beberapa Bulan Kemudian- “Pa, uangnya masih ada untuk biaya lahiran Rengganis?” tanya Mama dengan suara khawatir. Papa yang baru saja masuk ke kamar dengan handuk terlilit di pinggangnya mengangguk, “Masih banyak. Cukup untuk biaya Rengganis lahiran dan biaya hidup mereka.” Terdengar helaan napas lega dari Mama yang duduk di atas ranjang. Di sekitarnya tersebar tagihan rumah sakit, laptop dan kalkulator. Mama sedang sibuk menghitung biaya rumah sakit Rengganis dan biaya hidup mereka. “Untung saja si Narendra ini ngasih uang ya, Pa. Kalau enggak, aduh… Mama enggak tau apa jadinya nasib Rengganis sama bayinya.” Mama membetulkan letak kacamatanya kemudian menyipit memandang layar monitor laptop “ini gimana sih bikin rumusnya?” Papa membuka pintu lemari untuk mengambil baju. Pikirannya melayang kembali pada peristiwa sepeninggal Narendra. Kondisi Rengganis
SUAMI WARISAN 168 – Satu Menit Saja Sepeninggal Papa, Narendra menunggu dengan jantung berdebar sampai waktu bezuk tiba. Dia duduk di kursi panjang, terpisah dari orang-orang yang juga menunggui anggota keluarga mereka yang dirawat di ICU. Lelaki itu tertunduk memandang kedua tangannya di atas lutut. Matanya terpejam sementara bibirnya komat-komit. Pak Wawan yang penasaran dengan sosok lelaki yang terasa familiar itu tidak bisa lepas memandangi Narendra. Lelaki paruh baya yang mendengar cerita mengenai keributan tempo hari yang melibatkan keluarga Rengganis dan Narendra, tidak habis pikir kenapa lelaki yang bukan suami wanita yang terbaring koma di ICU itu bertahan terus di RS sementara lelaki yang katanya suaminya malah datang dan pergi dengan penampilan perlente. Seakan tenang-tenang saja dengan keadaan istrinya yang sedang koma. “Sepertinya cerita mereka lebih daripada perselingkuhan biasa…” gumam Pak Wawan tanpa sada