Beranda / Romansa / Suami Warisan / 85 - Di Antara Dua Takdir

Share

85 - Di Antara Dua Takdir

Penulis: Serafina
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

SUAMI WARISAN

85 – Di Antara Dua Takdir

Semoga saja dia belum terlambat.

Semoga saja Rengganis menerima kedatangannya walau pun ini sudah tengah malam.

Benar perkataan pemuda rambut jagung itu. Jalan menuju ke vila rusak parah. Terjal dan seringkali mobil sedan mahal Mahesa hampir selip.

Mahesa mencatat dalam hati agar membawa mobil off -road jika hendak kemari lagi. Rubicon yang biasanya nangkring di garasinya mungkin bisa menaklukkan jalanan yang keras ini.

Dua buah motor meliuk-liuk di depannya menghindari lubang dan bebatuan yang terjal, sementara mobilnya terpaksa menerima apa adanya. Untung saja suspensi mobilnya masih bagus, lonjakan-lonjakan itu bisa teredam cukup baik, namun tetap saja Mahesa sering meringis mengingat tragisnya perjuangan dia untuk bertemu dengan Rengganis.

Siapa sih Rengganis?

Pastinya banyak orang bertanya kenapa seorang Mahesa, lelaki yang biasanya tidak peduli dengan keadaan ses

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Iis Nur Asih
narend atu udh cocok na,
goodnovel comment avatar
Herni Widjaya
#timnarend...️
goodnovel comment avatar
Rika Fatmawati
jangan lepasin ganis nareen.. hiduup nareeeen hahaha
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suami Warisan   86 - Menantang Supremasi

    SUAMI WARISAN86 – Menantang SupremasiManners maketh man.Itu salah satu motto hidup Mahesa, bukan karena itu quote dari film favoritnya ‘Kingsman’ namun karena Mahesa dibesarkan oleh orang tua yang cukup tegas; terutama ibunya.Sikap itu sudah mendarah daging pada dirinya hingga di saat genting seperti ini, dia bisa tetap terlihat tenang.“Bawa, cepat!” seru Mahesa sambil menarik Rengganis.Narendra tidak sempat untuk membantah. Kedua lelaki itu berenang menggiring tubuh Rengganis ke tepian, di mana Ipah sudah menunggu dengan wajah panik.Mahesa naik ke daratan lebih dulu, namun ketika dia hendak menarik Rengganis, Narendra sudah menggotong perempuan itu dalam gendongannya. Lelaki itu berdiri gagah berani dengan tubuh polos tanpa pakaian sehelai pun.Mahesa ternganga, “Kamu ….” Giginya gemeletukan bersamaan dengan hawa dingin yang merayapi tulang belakangnya.

  • Suami Warisan   87 - Terjebak Cemburu

    SUAMI WARISAN87 – Terjebak CemburuRengganis terguncang menyadari bahwa ada dua orang lelaki di dalam kamarnya saat ini.“Saya yang salah. Saya telah lalai menjaga Rengganis.”Rengganis melarikan pandangannya ke lantai, detak jantungnya makin tidak karuan.“Baguslah kalau kamu mengakuinya, Narendra.” suara Mahesa yang biasanya hangat kini terdengar kaku dan dingin. Dia bahkan tidak menoleh pada Narendra yang berdiri di belakangnya, tatapannya lurus pada Rengganis yang tertunduk di hadapannya.“Ya.” nada Narendra juga mengambang. Pandangannya juga tertuju pada Rengganis yang bersembunyi di balik tirai rambutnya yang basah. Dia bisa merasakan kegelisahan dari istrinya itu kemudian berdeham “Ini sudah larut malam. Ny—Rengganis harus istirahat. Anda boleh menggunakan salah satu kamar tamu, Pak Mahesa.”“Oh, terima kasih.” Mahesa akhirnya menoleh pada Na

  • Suami Warisan   88 - Pamungkas

    SUAMI WARISAN88 – PamungkasBodoh.Bodoh. Bodoh. Bodoh.Narendra mengutuki dirinya sendiri karena lengah. Sedangkan Rengganis tersenyum menang. Perempuan itu mendorongnya menjauh dan memakai pakaiannya, menjaga jarak darinya.“Cukup sampai di sini, Narendra.” ujar Rengganis. Dia menatap lelaki yang duduk di atas ranjang bersamanya dengan tegas, “kita enggak bisa selamanya begini, ya ‘kan?”“Maksud Nyai?”“Mahesa ada di sini sekarang. Itu berarti sesuatu bukan?” tanya Rengganis, dia menatap Narendra dan bertanya satu pertanyaan yang membuat Narendra terdiam seribu bahasa, “dia memang jodohku, ‘kan?”Narendra memalingkan wajahnya. Rahangnya terlihat mengeras.“Naren,” panggil Rengganis lagi, “perasaanku ini bukan bohongan, ‘kan? Perasaan ini bukan sekadar kagum atau suka saja, benar? Aku pernah bilang padamu

  • Suami Warisan   89 - Menentukan Pilihan

    SUAMI WARISAN89 – Menentukan Pilihan“Nyonya, bangun, Nyonya.”Ipah menggoyang-goyangkan badan Rengganis yang baru bisa tidur menjelang subuh. Majikannya itu hanya bergumam pelan namun matanya masih terpejam.“Nyah…” panggil Ipah lagi, matanya melirik ke jendela kamar Rengganis. Di luar, dia bisa melihat dua orang lelaki sedang berdiri berhadapan, di antara mereka ada meja yang biasa Rengganis gunakan untuk bekerja.Mata Ipah memandang dua orang lelaki itu dengan waspada.“Nyonya! Bangun, ih!” akhirnya Ipah jadi panik sendiri, dia menggoyang-goyangkan lengan Rengganis lebih keras.Akhirnya Rengganis membuka matanya dan bergumam pelan, “Hmmmm…. Kenapa, Pah?”“Bangun, Nyah. Udah pada nungguin, tuh.”Rengganis mengucek matanya, “Nungguin? Siapa…?” dia menarik punggungnya dari kehangatan ranjang dan duduk.

  • Suami Warisan   90 - Jangan Jatuh Cinta

    SUAMI WARISAN90 – Jangan Jatuh CintaPonsel yang berada di tangan Rengganis tiba-tiba saja menerima sinyal dan berbunyi. Nama yang tertera di layar adalah Sarah.Rengganis buru-buru mengangkat panggilannya.Fiuh, saved by the bell!“Halo?”“Hey, I tau kemarin bilang enggak akan ganggu liburan you, but I need you now, Ganis. Can you come over the office today?”(Bisa kamu datang ke kantor hari ini?)Sarah tidak membuang waktu, dia langsung pada pokok masalah alasannya menelepon Rengganis.“Ada apa?”“It’s …. Urgent.”“Ada apa, Bos?”Terdengar helaan napas panjang kemudian suara Sarah terdengar pelan, dia menangkupkan telapak tangannya di depan speaker HP dan berbisik, “Something came up. And I need to talk to you about that.”(Sesuatu terjadi. Dan aku perlu membicarakannya denganmu.)

  • Suami Warisan   91 - Pesona Mahesa

    SUAMI WARISAN91 – Pesona MahesaPerjalanan pulang ternyata tidak menyeramkan ketika pertama kali dia datang. Berkat Rengganis yang tau jalan, Mahesa tidak tersesat lagi.“Ternyata kalau pulangnya kerasa lebih cepat, ya?” komentar Mahesa ketika akhirnya mobil keluar dari hutan dan kini menyusuri jalan desa yang cukup ramai.Rengganis mengangguk, “Kalau sudah tau jalan lebih cepat sampai.”“Ya, tapi penuh tantangan.” balas Mahesa lagi, mobil bergoyang-goyang melewati jalan berlubang, “lain kali ingatkan aku untuk pakai SUV bukannya sedan.”Rengganis tertawa, “Apa nanti bakal ada lain kali?”Mahesa terkekeh, “Honestly, I like your villa. It’s stunning. Aku jadi kepikiran untuk membangun rumah di tengah hutan. Ngomong-ngomong gimana caranya membangun rumah di sana? Bukannya ini lahan konservasi alam? Ada izin pembangunannya?”Sesunggu

  • Suami Warisan   92 - Ada Cinta

    SUAMI WARISAN92 – Ada Cinta“Kamu mau diantar ke mana?”Rengganis menoleh pada Mahesa yang menyetir. Mood lelaki itu terlihat naik level daripada sebelumnya, “Maksud kamu?”“Kamu mau langsung pergi ke kantor atau pulang dulu?”“Pulang?”Mahesa memandangnya seakan tumbuh tanduk di kepala Rengganis, “Sudah jelas kemarin Papa kamu kelihatan khawatir karena anaknya enggak ada kabar. Bukankah sebaiknya kamu pulang dulu ke rumah supaya keluargamu enggak khawatir?”“Oh.” Dia tidak pernah merasa perlu memberi kabar pada keluarganya. Rengganis sudah terbiasa tidak memberi kabar selama berbulan-bulan sebelumnya, dan mereka tidak pernah keberatan dengan sikapnya itu.“Mau aku antar ke rumah?”“Kamu tau jalannya?”Mahesa tersenyum, “Aku punya ingatan yang bagus.”“Hm, kalau gitu &hellip

  • Suami Warisan   93 - Tambatan Hati

    SUAMI WARISAN93 – Tambatan HatiTidak seperti biasanya Mahesa datang terlambat ke kantor.Desi, sekretarisnya bergegas menyongsongnya begitu Mahesa muncul di lorong, “Pak!” panggilnya. Perempuan yang sudah bekerja cukup lama dengan Mahesa itu heran melihat senyum lebar dan siulan nyaring dari mulut Bosnya itu.“Pak, Bapak enggak datang ke dua meeting pagi ini; breakfast meeting sama weekly meeting. Jadinya saya bilang—”“Bilang kalau saya ngilang?” tanya Mahesa sambil mengulum senyum. Ada pegas di langkahnya hingga rasanya dia sedang berjalan di atas awan.Desi tergopoh-gopoh mengikuti langkah Mahesa, hampir saja tersandung kakinya sendiri. Dia heran melihat sikap Bosnya yang terlihat riang gembira.Biasanya Mahesa tidak pernah terlambat, dia selalu menepati janji meeting yang sudah diatur oleh Desi, jikapun berhalangan hadir, Mahesa pasti mengabarkannya dan memberikan ala

Bab terbaru

  • Suami Warisan   SEKUEL SUAMI WARISAN

    KEKASIH AKHIR PEKAN Sekuel of Suami Warisan by Serafina Di umurnya yang telah menginjak angka 25 tahun, Sasikirana belum pernah pacaran. Dulu dia bersekolah di rumah karena sering berpindah-pindah hingga membuatnya kesulitan untuk bersosialisasi. Namun sekarang, Sasi seorang kurator galeri seni yang andal. Suatu hari, Sasi diminta Direktur Galeri untuk membuat pameran seorang pelukis misterius. Sasi berhasil menemukan alamatnya di pedesaan yang terpencil. Di sana dia bertemu sang pelukis. Tak disangka, di pertemuan pertama mereka, lelaki itu malah menawarinya untuk jadi kekasihnya setiap akhir pekan. Apakah Sasi menerima tawarannya? “Aku tau kamu kesepian, aku juga. Jadi maukah kamu jadi kekasihku setiap akhir pekan?” -SNIPPET KEKASIH AKHIR PEKAN- “Aku tau kamu kesepian, aku juga. Jadi maukah kamu menjadi kekasihku setiap akhir pekan?” Sasi memandang lelaki yang berdiri di ha

  • Suami Warisan   175 - Sailendra [TAMAT]

    SUAMI WARISAN 175 – Sailendra [TAMAT] -EMPAT TAHUN KEMUDIAN- Diri kita bisa pulih sekaligus merasa hancur di waktu yang bersamaan. Pulih adalah perjalanan yang melibatkan penerimaan atas diri selagi kita hancur, berbenah kemudian membangun kembali diri kita. Waktu menjadi satu-satunya obat bagi Rengganis. Menit berganti jam, kemudian hari berubah jadi minggu sampai tak terasa tiga tahun sudah berlalu. Bayi mungil itu kini tumbuh menjadi balita yang menggemaskan. Celotehannya menceriakan ruangan, derap langkah kakinya menggemakan keriuhan yang hanya berjeda ketika dia memejamkan mata. “Gimana kabarnya?” pertanyaan itu tidak pernah alpa ditanyakan Mahesa setiap kali dia menelepon Rengganis. “Baik.” Rengganis tersenyum sambil melirik lelaki kecilnya yang berlarian di sekeliling ruangan “makasih kadonya, ya. Dia seneng banget…” Terdengar tawa Mahesa di seberang telepon, “Ya, begitu liha

  • Suami Warisan   174 - Lembaran Baru

    SUAMI WARISAN 174 – Lembaran Baru Gemuruh guntur terdengar di kejauhan. Kilatan cahaya memantul di atas kaca jendela. Rengganis buru-buru menutup tirai jendela, udara terasa pengap ketika awan hitam menggumpal di atas langit Jakarta. Bayinya terbangun, matanya yang bulat mengerjap-ngerjap sementara badannya bergerak-gerak gelisah. Rengganis tersenyum kemudian mengangkat bayinya dari boks “Cup, cup, Sayang …. Kaget, ya?” Bayinya tak banyak menangis. Hanya sesekali gelisah dan merengek ketika popoknya basah. Dia begitu tenang, begitu mirip dengan ayahnya. Rengganis menimang-nimang bayinya, matanya lekat memandangi setiap inci wajah bayi lelaki yang paling tampan itu. Semakin dilihat, semakin terlihat jelas kemiripan antara buah hatinya dan Narendra. Hidungnya …. Matanya …. Caranya menatap mengingatkannya pada lelaki itu. Bayi yang baru berusia beberapa bulan itu bagaikan pinang dibelah dua dengan lelaki yan

  • Suami Warisan   173 - Terputus Kutukan

    SUAMI WARISAN173 – Terputus KutukanMak Saadah yang sudah renta masih mampu naik ke gunung untuk mencari kayu bakar. Tubuhnya yang kurus terbakar matahari tidak pernah meninggalkan gunung yang selama ini menjadi sumber penghidupannya.Walaupun anak-anaknya kerap kali mengingatkan untuk berhenti mencari kayu bakar karena di rumah sudah ada kompor gas, namun Mak Saadah tidak menghiraukan omongan anak-anaknya. Ada kesenangan sendiri berada di hutan gunung.Hidup di desa yang berubah sangat cepat membuat Mak Saadah kewalahan. Cucu-cucunya tidak mau diajak ke kebun apalagi ke hutan, mereka lebih senang diam di rumah dengan hapenya, bermain game dan marah-marah jika kuotanya habis.Daripada pusing mendengar cucu dan menantunya bertengkar soal kuota internet yang tak dimengerti olehnya, Mak Saadah memilih pergi ke hutan. Perasaannya mengatakan bahwa di sana ada sesuatu yang sedang menunggunya.“Mau kemana, Mak?” tan

  • Suami Warisan   172 - Perpisahan dan Kebenaran

    SUAMI WARISAN 172 – Perpisahan & Kebenaran Tak pernah sekalipun terlintas dalam benak Rengganis – begitu pun dengan orang tuanya – bahwa dia akan bercerai secepat ini, padahal pernikahan mereka masih seumur jagung. “Tapi masih mending lu, Kak. Daripada Kim Kardashian yang cuma nikah 72 hari.” Maya berusaha membesarkan hati Rengganis, namun tidak mempan. Rengganis masih mellow. Dulu dia memang berniat untuk menceraikan Mahesa dan memilih Narendra, namun sekarang Narendra tak tentu rimbanya. Dia ingin marah, namun tidak tau diarahkan kemana amarahnya itu. Sejak kepulangannya dari RS, kemudian tinggal kembali di kamarnya, tak sehari pun Rengganis melewatkan sehari tanpa menangis. Papa dan Mama jadi serba salah. Mereka sudah berusaha menghibur Rengganis, namun masih suka mendengar isak lirih anaknya itu di malam hari. Walau pada pagi dan siang harinya Rengganis bisa menutupi kesedihannya, tapi di malam ya

  • Suami Warisan   171 - Binasa

    SUAMI WARISAN171 – Binasa-FLASHBACK-Mobil yang dikendarai Narendra seolah tidak punya rem. Lelaki itu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, terburu-buru seperti dikejar setan.Dia keluar dari rumah sakit, terus masuk ke tol kemudian ngebut menuju hutan. Menurunkan kecepatan jika lalu lintas padat, namun setiap ada kesempatan, Narendra terus menginjak gas.Sang Akang baru berhenti ketika sampai di depan rumah warisan.Lelaki itu masuk ke dalam rumah, menaruh beberapa barang di kamarnya, kemudian kembali melanjutkan perjalanan.Kali ini dia pergi menuju hutan. Masuk ke dalam, terus ke tengah, meleburkan diri di antara rapatnya pepohonan. Tanpa bekal, tanpa persiapan. Hanya baju yang melekat di badan.Ingatannya yang masih segar menjadi modalnya untuk menyusuri jalan setapak yang dahulu mudah dia susuri. Sekarang, setelah kekuatannya menghilang, Narendra hampir kehabisan napas untuk mencapai tujuan.

  • Suami Warisan   170 - Hiduplah, Berbahagialah

    SUAMI WARISAN170 – Hiduplah, Berbahagialah Beberapa saat yang lalu, di ruang operasi ….Sekelompok orang yang terdiri dari dokter utama, dokter anestesi, asisten dan perawat mengelilingi meja operasi.Tubuh Rengganis tergolek di atasnya. Tak sadarkan diri namun sedang berjuang untuk melahirkan bayinya.Sementara itu di balik kaca jendela, berdesakan dokter-dokter muda yang menonton proses kelahiran. Mereka mengamati setiap tindakan dengan cermat, tak lupa mencatat untuk laporan.Semua orang gugup, juga bersemangat.“Coba perhatikan tekanan darahnya, kelihatannya normal, kaya orang tidur gitu, ya?” bisik seorang calon dokter spesialis, dia menyenggol temannya agar melihat angka yang menunjukkan tekanan darah Rengganis.“Iya, luar biasa. Kekuatan seorang perempuan yang melewati masa kritis kemudian melahirkan dalam keadaan koma. Ini jarang banget di Indonesia!”&ld

  • Suami Warisan   169 - Kelahiran

    SUAMI WARISAN 169 – Kelahiran -Beberapa Bulan Kemudian- “Pa, uangnya masih ada untuk biaya lahiran Rengganis?” tanya Mama dengan suara khawatir. Papa yang baru saja masuk ke kamar dengan handuk terlilit di pinggangnya mengangguk, “Masih banyak. Cukup untuk biaya Rengganis lahiran dan biaya hidup mereka.” Terdengar helaan napas lega dari Mama yang duduk di atas ranjang. Di sekitarnya tersebar tagihan rumah sakit, laptop dan kalkulator. Mama sedang sibuk menghitung biaya rumah sakit Rengganis dan biaya hidup mereka. “Untung saja si Narendra ini ngasih uang ya, Pa. Kalau enggak, aduh… Mama enggak tau apa jadinya nasib Rengganis sama bayinya.” Mama membetulkan letak kacamatanya kemudian menyipit memandang layar monitor laptop “ini gimana sih bikin rumusnya?” Papa membuka pintu lemari untuk mengambil baju. Pikirannya melayang kembali pada peristiwa sepeninggal Narendra. Kondisi Rengganis

  • Suami Warisan   168 - Satu Menit Saja

    SUAMI WARISAN 168 – Satu Menit Saja Sepeninggal Papa, Narendra menunggu dengan jantung berdebar sampai waktu bezuk tiba. Dia duduk di kursi panjang, terpisah dari orang-orang yang juga menunggui anggota keluarga mereka yang dirawat di ICU. Lelaki itu tertunduk memandang kedua tangannya di atas lutut. Matanya terpejam sementara bibirnya komat-komit. Pak Wawan yang penasaran dengan sosok lelaki yang terasa familiar itu tidak bisa lepas memandangi Narendra. Lelaki paruh baya yang mendengar cerita mengenai keributan tempo hari yang melibatkan keluarga Rengganis dan Narendra, tidak habis pikir kenapa lelaki yang bukan suami wanita yang terbaring koma di ICU itu bertahan terus di RS sementara lelaki yang katanya suaminya malah datang dan pergi dengan penampilan perlente. Seakan tenang-tenang saja dengan keadaan istrinya yang sedang koma. “Sepertinya cerita mereka lebih daripada perselingkuhan biasa…” gumam Pak Wawan tanpa sada

DMCA.com Protection Status