SUAMI WARISAN
42 – Pengalaman Pertama
Banyak premis cerita yang muncul dari dua kata: terpaksa dan dipaksa.
Seolah sang tokoh tak punya pilihan selain menerima, padahal hidup ini terdiri dari pilihan. Selalu memberi pilihan.
Bagi manusia yang merasa dia melakukan segalanya karena ‘dipaksa’ oleh keadaan, itu hanya pembelaan diri yang tanpa sadar menyalahkan semesta. Perasaan terpaksa itu menyakitkan, seperti sebilah pisau yang ditusukkan ke dalam jantung, kemudian memuntirnya hingga darah mengalir tak terkendali, namun manusia terus berusaha mengindahkan rasa sakit itu dan menerimanya.
Menerima terus berdarah, padahal dia punya pilihan untuk mencabut pisau itu dan membuangnya.
Tidak, manusia memilih untuk berdarah-darah dan mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Senyum penuh kebohongan yang menyertai tetes darah hingga penghabisan. Dia akan menyesalinya saat rohnya berada di ujung napas.
Menyesali mengapa
SUAMI WARISAN43 – Harmoni TubuhPengalaman pertama biasanya canggung, berantakan dan seringkali memalukan.Namun, Narendra bertekad untuk menghapus itu dalam kamus pengalaman Rengganis. Dia tidak akan membuat istrinya menyesali malam pertama mereka.Tidak, dia akan membuat Rengganis mengenang malam pertama mereka menjadi sesuatu yang tak terlupakan dan menggairahkan.Temaram cahaya memantul di cermin setinggi badan. Narendra memandangi tubuh polosnya. Tak ada cela. Semuanya sempurna. Terutama senjatanya yang siap dengan kekuatan prima.Narendra berkacak pinggang, seulas senyum bangga menghiasi wajahnya saat matanya mengamati miliknya yang menggantung di antara kedua kakinya.Tidak jelek, malah dia berani adu jantan dengan lelaki mana pun.Umur boleh tua, namun vitalitasnya sama dengan remaja yang kelebihan hormon. Nafsunya meletup-letup, siap untuk beraksi kapan saja, di mana saja.Bunyi pintu terbuk
SUAMI WARISAN44 – Belenggu GairahKata orang, uang warisan itu panas.Tapi ternyata ada yang lebih panas dari pada uang warisan.Suami warisan.Karena tubuhnya yang penuh lemak, Rengganis mudah berkeringat, apalagi jika berdiri terlalu lama di bawah terik matahari yang menyengat, bajunya langsung banjir keringat.Tapi sekarang, situasinya berbeda. Di sini ada angin sepoi-sepoi, suhunya pun tidak lebih dari 20° Celsius. Praktis, Rengganis pakai sweater dan jaket untuk menghangatkan tubuhnya. Di suhu dingin ini, tidak mungkin dia kepanasan.Seharusnya seperti itu.Tapi sebaliknya, Rengganis malah kipas-kipas setiap kali melihat penampakan lelaki itu.Narendra yang sedang memotong kayu di halaman terlihat bekerja keras. Dia melepaskan kausnya, membiarkan Rengganis menikmati pemandangan keindahan tubuhnya; dadanya yang bidang dan otot-ototnya yang liat. Keringat mengalir dari keningnya, meluncur ke u
SUAMI WARISAN45 – Mantra PanggilHari-hari berikutnya diisi oleh rutinitas, Rengganis mengawali paginya dengan mandi – karena hampir setiap malam Narendra masuk ke kamarnya untuk bercinta, kemudian sarapan, dilanjut mendesain sampai tengah hari.Itu juga kalau tidak diganggu oleh sang Patih yang tidak punya kerjaan selain menganggu Rengganis.Namun hari ini, Rengganis bertekad untuk menghabiskan waktunya seharian untuk bekerja. Tenggat waktu semakin dekat dan dia perlu segera menyelesaikan rancangannya.Rengganis kini mengubah kantor lama Nirmala menjadi sebuah studio fashion. Di antara rak-rak buku tua, di tengah-tengah ruangan terdapat manekin-manekin setengah jadi. Meja besar yang biasanya diisi oleh buku-buku, dokumen dan komputer, kini berganti dengan mesin jahit, laptop dan peralatan menjahit.Pagi itu, Rengganis sarapan dengan cepat, bahkan dia mengunyah tanpa mencecap rasanya. Roti lapis keju yang dibuatkan
SUAMI WARISAN46 – Jalan Kenangan“Apa maksud kamu ini pertama kalinya? Apa Mantra Panggil?”“Saya juga baru tau kalau ternyata saya bisa melakukan panggilan teleportasi pada Nyai.”“Ha? Bukannya waktu itu kamu pergi dari rumahku dengan teleport?”“Iya, sejak dulu saya bisa teleportasi jika kekuatan saya cukup, tapi saya hanya bisa melakukannya seorang diri. Tidak pernah bisa membawa orang.”“O’ya?”“Ya.” sahut Narendra yakin.“Kira-kira kenapa sekarang bisa?” tanya Rengganis lagi, tanpa sadar mereka berjalan menuju lapangan parkir.“Tidak tau. Saya juga penasaran kenapa bisa begitu.” Narendra menghentikan langkah di depan sebuah SUV hitam dengan kaca gelap. “Ada satu kemungkinan yang saya pikirkan saat ini, tapi sebaiknya kita pulang dulu saja.”Rengganis tersadar saat Narendra mem
SUAMI WARISAN47 – Hasrat Sang Pecinta“Heh! Kamu gila, ya?!” Rengganis hendak menahan tangan Narendra yang sedang membuka celananya, saking paniknya tangannya malah mendarat di atas juniornya Narendra.Ups! Sontak Rengganis menarik tangannya.Narendra malah menarik kembali tangan Rengganis, menaruhnya tepat di atas gundukan di antara pahanya, memberitahu perempuan itu bahwa dia sudah mulai bergairah, “Ini tempat kita, kita yang membuat aturan, Nyai. Dan sekarang, tak ada aturan yang melarang kita untuk melakukan hubungan di sini.”“Kamu tau enggak sih, pamali tau ngeseks di hutan, di gunung, di alam…! Kita bisa kualat!” seru Rengganis panik, dia berusaha mengenyahkan pikiran yang mulai menggodanya.Tidak, tidak, mereka tidak boleh melakukannya di sini.Narendra tergelak, “Siapa yang kualat? ‘Kan saya penunggu gunung dan hutan ini, Nyai.”Oh, iya.
SUAMI WARISAN48 – Pemeran UtamaRengganis terlihat tenang di luar, namun cemas di dalam.Setelah menghabiskan makan malamnya bersama Ipah, Rengganis masuk ke dalam kamarnya untuk mandi.Selesai mandi, bukannya berpakaian, dia malah bengong di depan cermin setinggi badan. Matanya menatap cermin dengan pandangan menilai.Hmmm …. Memang kalau dilihat-lihat aku agak kurusan, sih …. Pikirnya sambil mematut-matut badannya di depan cermin.Pipinya agak lebih tirus, pinggangnya lebih berbentuk, lipatan lemaknya berkurang, namun payudara dan bokongnya masih montok.Rengganis menyingkapkan handuk di atas bokongnya dan memeriksanya lewat kaca. Hhmmm …. Stretch marksnya berkurang tanpa dia perlu mengoleskan salep atau berolahraga. Ternyata si Patih tua bangkotan tapi gantengnya kebangetan itu ada benarnya juga.Tanpa dia sadari, bentuk tubuhnya sudah berubah.Rengganis pernah membac
SUAMI WARISAN49 – Pergumulan Batin“Meng—menghidupkan yang telah mati…?” tanya Rengganis heran.Narendra mengangguk, “Ya, ada sesuatu dalam diri saya yang telah mati selama ini, Nyai. Dan saya ingin menghidupkannya kembali.”“Ke-kenapa bisa mati?” tanya Rengganis, matanya jelalatan memerhatikan setiap jengkal tubuh Narendra, mencari-cari apa yang kiranya sudah mati itu “kamu itu bukan zombie, ‘kan?!”Narendra tersenyum, seperti biasa Rengganis selalu bisa menyisipkan humor dalam situasi seperti ini “Saya mirip zombie, ya?”“Kamu tau zombie?”“Pernah nonton filmnya dulu, tidak suka. Aneh. Terlalu mengada-ada ….”Rengganis tertawa, “Namanya juga film. O’ya, jadi selama ini kamu merasa ada yang mati dalam dirimu dan sekarang kamu ingin menghidupkannya kembali?”“Ya.&rdquo
SUAMI WARISAN50 – Kuasa NafsuBeberapa hari berikutnya, menjelang hari Rabu, Rengganis dan Narendra bekerja keras.Siang harinya, Rengganis berjibaku dengan rancangannya; Ipah dan Narendra menjadi asistennya agar Rengganis bisa menyelesaikan rancangannya tepat waktu. Malam harinya, Narendra dan Rengganis berhubungan seks hingga menjelang pagi.Benar-benar seperti binatang.Rengganis kurang tidur namun anehnya energinya tidak berkurang, dia merasa kuat meladeni nafsu besar Narendra. Kini dia terobsesi dengan cermin. Hampir setiap jam dia pergi ke kamarnya, melucuti pakaiannya dan berdiri polos di depan cermin, memeriksa sejauh mana dia sudah berkurang berat badan.Di samping lemari ada sebuah timbangan, Rengganis terus menaikinya dan mencatat setiap progressnya.Bagi orang awam, menurunkan berat badan dalam waktu seminggu itu mustahil, namun tidak bagi Rengganis.Pada hari Minggu, dia sudah menurunkan sepulu