SUAMI WARISAN
34 – Ritual Mandi Cahaya Bulan
“Kenapa dengan mata Nyai?” Narendra pura-pura bego.
Rengganis mengerang, dia menyandarkan punggungnya di sofa sambil mengentakkan kakinya seperti anak kecil “Aku enggak suka! Sama sekali ENGGAK SUKA!”
Bibir Narendra bergetar menahan tawanya, “Ada yang terjadi?”
Rengganis membelalak, dia berseru kencang, “YA!”
“Oh, ya?”
“Aku ngeliat banyak! Mahluk-mahluk yang …. Oh, My God! Sumpah beneran, itu film-film horor Indonesia yang suka bikin enggak bisa tidur tiga hari tiga malam enggak ada apa-apanya dibanding apa yang aku lihat tadi!”
Narendra berdeham, pura-pura batuk untuk menutupi tawanya yang hampir saja lepas. Dia menatap gadis gendut yang cemberut di hadapannya “Jadi mau dikembalikan lagi?”
“Ya!” jawab Rengganis mantap.
“Yakin?”
SUAMI WARISAN35 – Mustika Merah Delima“NYAI!!”Suara Narendra bagaikan petir yang menyambar di siang bolong. Ipah terpaku, sebelah tangannya memegang kayu Gaharu yang baru saja dia nyalakan.Kabut tipis tercipta dari asap putih beraroma yang diciptakan oleh kayu yang berharga itu. Bola matanya membesar saat dia menjadi saksi mata atas hilangnya Rengganis yang tertarik oleh kekuatan misterius dari dalam danau.Pusaran air tercipta di tempat majikannya lenyap.Narendra bergegas menyelam, dia berenang ke dalam danau. Menembus pusaran air yang mengerucut ke dasar danau yang misterius dan gelap.Cahaya bulan tak mampu menembus dalamnya danau. Narendra celingukan di dalam air, sekuat tenaga dia membuka matanya lebar-lebar dan menahan napasnya.Bagaimana pun caranya dia harus menemukan Rengganis.Mahluk air sialan!“Kembalikan istriku…!” seru Narendra di dalam dadanya,
SUAMI WARISAN36 – Tarikan HasratSecepat kilat, Narendra membawa Rengganis masuk ke dalam rumah. Langkahnya tergesa dan dia menendang pintu kamar hingga terbuka.Narendra mendudukkan Rengganis di atas kasurnya, kemudian dia duduk di sisi ranjang, menatap perempuan yang mulai menggigil itu.“Nyai, tidak apa-apa?” tanyanya, suaranya yang beberapa saat lalu kasar menghardik Siluman Air kini terdengar lembut. Tangannya terulur mengusap rambut Rengganis yang basah.“Ta-tadi itu apa?” tanya Rengganis yang masih shock.Narendra menangkup pipi Rengganis dan menjawab, “Maaf, saya tidak menyangka akan seperti ini jadinya. Tadi itu Siluman Air, dia penunggu danau sejak dahulu kala. Sepertinya dia tidak suka jika Nyai menutup kembali mata batin yang sudah terbuka.”“Kenapa?”Alis Narendra sedikit berkedut saat dia mengingat kembali alasan Siluman Air tadi.Dia
SUAMI WARISAN37 – Teman SerumahKicau burung ramai bersahut-sahutan pagi itu, namun tak ada tanda-tanda kehidupan di dalam rumah.Para penghuni rumah di tengah hutan itu sama sekali belum bangun dari lelap tidur mereka. Terutama Rengganis yang masih mengorok di dalam kamar.Kelelahan oleh peristiwa semalam menuntut tubuhnya untuk beristirahat lebih lama dari pada biasanya. Rengganis masih larut dalam mimpinya.Bunga tidur yang tidak pernah mampir di malam-malam sebelumnya.~Rengganis berjalan bertelanjang kaki di atas tanah beralaskan rumput hijau yang dipotong rapi. Empuk dan lembut. Dia tidak pernah merasakan betapa empuk dan lembutnya rumput, layaknya karpet Persia mahal terhampar sejauh mata memandang.Angin sepoi-sepoi bertiup menerpa wajahnya, membelai kulitnya, udara yang bergerak menyentuhnya terasa hangat. Dia juga bisa menghirup aroma manis yang membuatnya penasaran ingin mengecapnya. Rengganis m
SUAMI WARISAN 38 – Jerat Janji “Maksud kamu apa ‘berlaku layaknya suami-istri?!’” suara Rengganis meninggi. “Ya, tinggal bersama, melakukan banyak hal bersama, makan bersama, tidur di ranjang yang sama, bercinta—” BRAKK! Rengganis menggebrak meja. Untung saja saat ini dia tidak sedang mengunyah daging, bisa-bisa dia tersedak mendengar Narendra mengucapkan kata sakral ‘bercinta’ dengan santainya. Wajahnya memerah bagai tomat saat dia melotot memandang Narendra. “Ada apa?” tanya Narendra polos, dia tidak menyadari kalau topik mengenai seksualitas tabu bagi Rengganis. Dia menyipitkan matanya saat mencoba mengintip isi kepala perempuan itu. Ruwet. Narendra terperangah, ini pertama kalinya dia melihat pikiran Rengganis yang berantakan, tak beraturan, tumpang tindih, kacau. “Nyai, ada apa?” tanya Narendra, kali ini khawatir Rengganis bukan hanya shock. “Ka-kamu ….” Rengganis menunjuk Nar
SUAMI WARISAN39 – Simbiosis Mutualisme“Perempuan itu keras kepala. Paling keras kepala di antara semuanya!”Prabu menahan senyumnya mendengarkan Narendra menumpahkan kekesalannya. Patih yang selama ini tidak pernah memperlihatkan keresahannya, kini uring-uringan di hadapannya.Harimau Putih menggeram di sebelahnya, Narendra telah menganggu tidur siangnya. Tangan Prabu menepuk puncak kepalanya, hangat telapaknya membuat mahluk astral yang setia dengannya itu kembali tenang, matanya terpejam kembali.Kucing besar itu merebahkan kepalanya di atas kedua kaki depannya, terlihat nyaman berada di atas batu dan di samping majikannya.Narendra menoleh, dia terkejut oleh geraman Harimau Putih kemudian tersadar bahwa sikapnya tidak sopan. Dia menunduk, sebelah tangannya menempel di dadanya dengan sikap takzim, “Hapunten, Prabu, saya datang ke sini untuk mendapatkan nasihat, namun saya tidak tahan lagi &h
SUAMI WARISAN40 – Bujuk RayuSarah Tanuwijaya memang menjadikan pekerjaan sebagai desainer sebagai sesuatu untuk mengisi waktu luangnya. Well, itu memang pernah menjadi mottonya.Sebagai seorang pewaris, Sarah tidak butuh uang, dia butuh sesuatu untuk mengusir kebosanan. Namun, seiring berjalannya waktu dan kerja keras dari tim yang dibentuknya, rumah mode ‘Designs by Sarah’ menjadi salah satu rumah mode terkenal di Asia Tenggara.Kini, setelah berbagai kesuksesan berhasil digenggamnya, Sarah mulai mengembangkan bisnisnya. Selayaknya seorang manusia yang tidak pernah puas, Sarah mulai terobsesi untuk menjadi seorang desainer terkenal dari Indonesia.Dia tidak akan berhenti sampai sini, sudah waktunya dia menaklukkan pergelaran fashion di Eropa.Sarah berdiri memandangi papan-papan yang penuh dengan draft rancangan anak buahnya, ya, semua desain bukan dia yang menggambar, dia punya visi, namun tidak p
SUAMI WARISAN41 – Gejolak RasaBujuk rayu Narendra tidak sampai di sini. Tanpa lelah, lelaki itu terus melancarkan serangan-serangan mautnya pada Rengganis yang mulai kewalahan.Namun, perempuan itu tidak pernah mau menunjukkan bahwa dia telah takluk pada Narendra.“Sedang terjadi perang dalam dirinya.” Suara Prabu bergema dalam pikiran Narendra yang sore itu masih asyik memotong rumput.Selain sepetak tanah di sisi danau, kini dia sudah merambah ke tempat lainnya. Dalam beberapa jam dia sudah memotong rumput hampir seluas 1 hektar. Keringat memang membanjiri tubuhnya, namun dia sama sekali tidak merasa lelah.Narendra menahan senyumnya sementara tangannya sibuk melayangkan arit pada rumput-rumput yang tumbuh liar.Ya, saya bisa merasakannya. Mulutnya mengatakan tidak, namun tubuhnya sebaliknya. Dasar perempuan…!“Terus lakukan sesuai strategi yang sudah kamu buat, Adi. Seb
SUAMI WARISAN42 – Pengalaman PertamaBanyak premis cerita yang muncul dari dua kata: terpaksa dan dipaksa.Seolah sang tokoh tak punya pilihan selain menerima, padahal hidup ini terdiri dari pilihan. Selalu memberi pilihan.Bagi manusia yang merasa dia melakukan segalanya karena ‘dipaksa’ oleh keadaan, itu hanya pembelaan diri yang tanpa sadar menyalahkan semesta. Perasaan terpaksa itu menyakitkan, seperti sebilah pisau yang ditusukkan ke dalam jantung, kemudian memuntirnya hingga darah mengalir tak terkendali, namun manusia terus berusaha mengindahkan rasa sakit itu dan menerimanya.Menerima terus berdarah, padahal dia punya pilihan untuk mencabut pisau itu dan membuangnya.Tidak, manusia memilih untuk berdarah-darah dan mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Senyum penuh kebohongan yang menyertai tetes darah hingga penghabisan. Dia akan menyesalinya saat rohnya berada di ujung napas.Menyesali mengapa
KEKASIH AKHIR PEKAN Sekuel of Suami Warisan by Serafina Di umurnya yang telah menginjak angka 25 tahun, Sasikirana belum pernah pacaran. Dulu dia bersekolah di rumah karena sering berpindah-pindah hingga membuatnya kesulitan untuk bersosialisasi. Namun sekarang, Sasi seorang kurator galeri seni yang andal. Suatu hari, Sasi diminta Direktur Galeri untuk membuat pameran seorang pelukis misterius. Sasi berhasil menemukan alamatnya di pedesaan yang terpencil. Di sana dia bertemu sang pelukis. Tak disangka, di pertemuan pertama mereka, lelaki itu malah menawarinya untuk jadi kekasihnya setiap akhir pekan. Apakah Sasi menerima tawarannya? “Aku tau kamu kesepian, aku juga. Jadi maukah kamu jadi kekasihku setiap akhir pekan?” -SNIPPET KEKASIH AKHIR PEKAN- “Aku tau kamu kesepian, aku juga. Jadi maukah kamu menjadi kekasihku setiap akhir pekan?” Sasi memandang lelaki yang berdiri di ha
SUAMI WARISAN 175 – Sailendra [TAMAT] -EMPAT TAHUN KEMUDIAN- Diri kita bisa pulih sekaligus merasa hancur di waktu yang bersamaan. Pulih adalah perjalanan yang melibatkan penerimaan atas diri selagi kita hancur, berbenah kemudian membangun kembali diri kita. Waktu menjadi satu-satunya obat bagi Rengganis. Menit berganti jam, kemudian hari berubah jadi minggu sampai tak terasa tiga tahun sudah berlalu. Bayi mungil itu kini tumbuh menjadi balita yang menggemaskan. Celotehannya menceriakan ruangan, derap langkah kakinya menggemakan keriuhan yang hanya berjeda ketika dia memejamkan mata. “Gimana kabarnya?” pertanyaan itu tidak pernah alpa ditanyakan Mahesa setiap kali dia menelepon Rengganis. “Baik.” Rengganis tersenyum sambil melirik lelaki kecilnya yang berlarian di sekeliling ruangan “makasih kadonya, ya. Dia seneng banget…” Terdengar tawa Mahesa di seberang telepon, “Ya, begitu liha
SUAMI WARISAN 174 – Lembaran Baru Gemuruh guntur terdengar di kejauhan. Kilatan cahaya memantul di atas kaca jendela. Rengganis buru-buru menutup tirai jendela, udara terasa pengap ketika awan hitam menggumpal di atas langit Jakarta. Bayinya terbangun, matanya yang bulat mengerjap-ngerjap sementara badannya bergerak-gerak gelisah. Rengganis tersenyum kemudian mengangkat bayinya dari boks “Cup, cup, Sayang …. Kaget, ya?” Bayinya tak banyak menangis. Hanya sesekali gelisah dan merengek ketika popoknya basah. Dia begitu tenang, begitu mirip dengan ayahnya. Rengganis menimang-nimang bayinya, matanya lekat memandangi setiap inci wajah bayi lelaki yang paling tampan itu. Semakin dilihat, semakin terlihat jelas kemiripan antara buah hatinya dan Narendra. Hidungnya …. Matanya …. Caranya menatap mengingatkannya pada lelaki itu. Bayi yang baru berusia beberapa bulan itu bagaikan pinang dibelah dua dengan lelaki yan
SUAMI WARISAN173 – Terputus KutukanMak Saadah yang sudah renta masih mampu naik ke gunung untuk mencari kayu bakar. Tubuhnya yang kurus terbakar matahari tidak pernah meninggalkan gunung yang selama ini menjadi sumber penghidupannya.Walaupun anak-anaknya kerap kali mengingatkan untuk berhenti mencari kayu bakar karena di rumah sudah ada kompor gas, namun Mak Saadah tidak menghiraukan omongan anak-anaknya. Ada kesenangan sendiri berada di hutan gunung.Hidup di desa yang berubah sangat cepat membuat Mak Saadah kewalahan. Cucu-cucunya tidak mau diajak ke kebun apalagi ke hutan, mereka lebih senang diam di rumah dengan hapenya, bermain game dan marah-marah jika kuotanya habis.Daripada pusing mendengar cucu dan menantunya bertengkar soal kuota internet yang tak dimengerti olehnya, Mak Saadah memilih pergi ke hutan. Perasaannya mengatakan bahwa di sana ada sesuatu yang sedang menunggunya.“Mau kemana, Mak?” tan
SUAMI WARISAN 172 – Perpisahan & Kebenaran Tak pernah sekalipun terlintas dalam benak Rengganis – begitu pun dengan orang tuanya – bahwa dia akan bercerai secepat ini, padahal pernikahan mereka masih seumur jagung. “Tapi masih mending lu, Kak. Daripada Kim Kardashian yang cuma nikah 72 hari.” Maya berusaha membesarkan hati Rengganis, namun tidak mempan. Rengganis masih mellow. Dulu dia memang berniat untuk menceraikan Mahesa dan memilih Narendra, namun sekarang Narendra tak tentu rimbanya. Dia ingin marah, namun tidak tau diarahkan kemana amarahnya itu. Sejak kepulangannya dari RS, kemudian tinggal kembali di kamarnya, tak sehari pun Rengganis melewatkan sehari tanpa menangis. Papa dan Mama jadi serba salah. Mereka sudah berusaha menghibur Rengganis, namun masih suka mendengar isak lirih anaknya itu di malam hari. Walau pada pagi dan siang harinya Rengganis bisa menutupi kesedihannya, tapi di malam ya
SUAMI WARISAN171 – Binasa-FLASHBACK-Mobil yang dikendarai Narendra seolah tidak punya rem. Lelaki itu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, terburu-buru seperti dikejar setan.Dia keluar dari rumah sakit, terus masuk ke tol kemudian ngebut menuju hutan. Menurunkan kecepatan jika lalu lintas padat, namun setiap ada kesempatan, Narendra terus menginjak gas.Sang Akang baru berhenti ketika sampai di depan rumah warisan.Lelaki itu masuk ke dalam rumah, menaruh beberapa barang di kamarnya, kemudian kembali melanjutkan perjalanan.Kali ini dia pergi menuju hutan. Masuk ke dalam, terus ke tengah, meleburkan diri di antara rapatnya pepohonan. Tanpa bekal, tanpa persiapan. Hanya baju yang melekat di badan.Ingatannya yang masih segar menjadi modalnya untuk menyusuri jalan setapak yang dahulu mudah dia susuri. Sekarang, setelah kekuatannya menghilang, Narendra hampir kehabisan napas untuk mencapai tujuan.
SUAMI WARISAN170 – Hiduplah, Berbahagialah Beberapa saat yang lalu, di ruang operasi ….Sekelompok orang yang terdiri dari dokter utama, dokter anestesi, asisten dan perawat mengelilingi meja operasi.Tubuh Rengganis tergolek di atasnya. Tak sadarkan diri namun sedang berjuang untuk melahirkan bayinya.Sementara itu di balik kaca jendela, berdesakan dokter-dokter muda yang menonton proses kelahiran. Mereka mengamati setiap tindakan dengan cermat, tak lupa mencatat untuk laporan.Semua orang gugup, juga bersemangat.“Coba perhatikan tekanan darahnya, kelihatannya normal, kaya orang tidur gitu, ya?” bisik seorang calon dokter spesialis, dia menyenggol temannya agar melihat angka yang menunjukkan tekanan darah Rengganis.“Iya, luar biasa. Kekuatan seorang perempuan yang melewati masa kritis kemudian melahirkan dalam keadaan koma. Ini jarang banget di Indonesia!”&ld
SUAMI WARISAN 169 – Kelahiran -Beberapa Bulan Kemudian- “Pa, uangnya masih ada untuk biaya lahiran Rengganis?” tanya Mama dengan suara khawatir. Papa yang baru saja masuk ke kamar dengan handuk terlilit di pinggangnya mengangguk, “Masih banyak. Cukup untuk biaya Rengganis lahiran dan biaya hidup mereka.” Terdengar helaan napas lega dari Mama yang duduk di atas ranjang. Di sekitarnya tersebar tagihan rumah sakit, laptop dan kalkulator. Mama sedang sibuk menghitung biaya rumah sakit Rengganis dan biaya hidup mereka. “Untung saja si Narendra ini ngasih uang ya, Pa. Kalau enggak, aduh… Mama enggak tau apa jadinya nasib Rengganis sama bayinya.” Mama membetulkan letak kacamatanya kemudian menyipit memandang layar monitor laptop “ini gimana sih bikin rumusnya?” Papa membuka pintu lemari untuk mengambil baju. Pikirannya melayang kembali pada peristiwa sepeninggal Narendra. Kondisi Rengganis
SUAMI WARISAN 168 – Satu Menit Saja Sepeninggal Papa, Narendra menunggu dengan jantung berdebar sampai waktu bezuk tiba. Dia duduk di kursi panjang, terpisah dari orang-orang yang juga menunggui anggota keluarga mereka yang dirawat di ICU. Lelaki itu tertunduk memandang kedua tangannya di atas lutut. Matanya terpejam sementara bibirnya komat-komit. Pak Wawan yang penasaran dengan sosok lelaki yang terasa familiar itu tidak bisa lepas memandangi Narendra. Lelaki paruh baya yang mendengar cerita mengenai keributan tempo hari yang melibatkan keluarga Rengganis dan Narendra, tidak habis pikir kenapa lelaki yang bukan suami wanita yang terbaring koma di ICU itu bertahan terus di RS sementara lelaki yang katanya suaminya malah datang dan pergi dengan penampilan perlente. Seakan tenang-tenang saja dengan keadaan istrinya yang sedang koma. “Sepertinya cerita mereka lebih daripada perselingkuhan biasa…” gumam Pak Wawan tanpa sada