Home / Romansa / Suami Warisan / 23 - Suami yang Terlupakan

Share

23 - Suami yang Terlupakan

Author: Serafina
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

SUAMI WARISAN

23 – Suami yang Terlupakan

Waktu melayang bagaikan bulu yang terbang dibawa angin.

Tak terasa sudah lewat dari tiga hari dari waktu yang dijanjikan oleh Rengganis.

Narendra tergolek di atas tempat tidurnya, matanya nyalang memandang langit-langit kamar. Suara menggeram terdengar menggema di kamar yang sunyi ini. Tangannya terangkat mengusap perutnya yang rata, dia bisa merasakan otot-otot perutnya menegang.

Kali ini suara itu bukan hanya menggeram, tapi juga berkeriuk-keriuk. Lambung di dalam sana bergejolak minta segera diisi.

Narendra menghembuskan napasnya perlahan-lahan. Dia lapar.

Dirinya bukan hanya lapar ingin makan nasi. Selama ini dia sudah makan banyak nasi dan daging, bahkan kemarin dia menyembelih seekor kambing. Tapi dia lapar yang lainnya. Lapar yang dirasakan Narendra berbeda dengan rasa lapar yang dirasakan oleh kebanyakan manusia.

Ketukan pelan terdengar di pintu. Mata Narendra

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
ujian pertama si Akang Narend!
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suami Warisan   24 - Istri yang Hilang

    SUAMI WARISAN24 – Istri yang HilangKanjeng Prabu tidak kaget saat Ipah tergopoh-gopoh masuk ke dalam hutan. Perempuan yang sering dijuluki sebagai ‘Punuk Unta’ karena bentuk punggungnya yang aneh terlihat kebingungan.“Ipah ….” Panggil Prabu perlahan. Nadanya lembut seperti seorang ayah memanggil anak gadisnya.Ipah terlonjak kaget, dia memutar tubuhnya dan langsung membeku begitu berhadapan dengan lelaki yang memancarkan aura wibawa.“Ada apa datang kemari?” tanya Prabu lagi, kakinya melangkah mendekat. Kali ini beliau menghampiri seorang diri, tau dengan pasti jika Harimau Putih datang bersamanya, Ipah bisa semaput.“Eh, itu …” Ipah tergagap. Tangannya menunjuk ke belakang punggungnya, memberi isyarat ke arah rumah.Senyum Prabu yang menenangkan terbit, “Apa yang terjadi dengan Adi?”“Lemes.” Hanya itu kata yang mampu d

  • Suami Warisan   25 - Terpaksa Cuti

    SUAMI WARISAN25 – Terpaksa CutiSibuk.Waktu 24 jam rasanya tidak cukup bagi Rengganis. Kalau bisa dia ingin ada injury time bagi deadlinenya.Etos kerja yang serba cepat membuatnya ngos-ngosan bagai dikejar setan. Kerjaannya harus segera selesai, begitu selesai, lanjut pada pekerjaan berikutnya.Tak ada waktu untuk menarik napas dan bersantai, ada banyak pekerjaan yang tak berkesudahan.Bahkan untuk makan saja Rengganis terpaksa makan di meja kerjanya. Tumpukan kardus-kardus bekas makanan bertumpuk di tempat sampahnya. Kolong mejanya sudah mulai dikerubuti semut, dia harus segera membersihkan meja.Nanti, nanti aja beresin mejanya, tanggung! Setiap kali niat untuk berbenah melintas, tiap kali pula selalu ada alasan untuk menunda.Rengganis menyelipkan sebatang pensil di balik telinganya. Dikepitnya sebuah peniti di antara bibirnya sementara tangannya sibuk menata kain

  • Suami Warisan   26 - Hari Nahas

    SUAMI WARISAN26 – Hari NahasMalam menggantikan senja.Peluh Narendra membasahi bajunya sementara dia terus berjalan. Tangannya mengusap titik keringat di keningnya, dia mendongak dan melihat lampu-lampu terang benderang menggantikan matahari.Kerlipnya menghiasi langit malam Jakarta yang tak pernah tidur.Narendra menghentikan langkahnya di depan sebuah emperan toko. Dia duduk di depan toko yang tutup. Begitu kakinya diluruskan, dia mengerang karena ternyata jempolnya lecet kebanyakan berjalan.Narendra menghela napasnya. Bahunya terkulai saat dia memandang ke jalanan, lalu lalang kendaraan seakan tak ada habisnya.Dia menarik napasnya dalam-dalam. Kepalanya pusing, riuh rendah berbagai macam suara menyerbunya sekaligus; mesin kendaraan, suara orang dan ramainya pikiran mereka.Semua pikiran baik dan jahat terdengar olehnya. Narendra sempat kewalahan. Dia bisa mendengar ada orang yang berniat hendak

  • Suami Warisan   27 - Akhirnya Menemukanmu

    SUAMI WARISAN 27 – Akhirnya Menemukanmu Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Tabrakan tak dapat dihindari lagi. Bunyi decitan ban yang mengerem mendadak terdengar nyaring. Jeritan orang-orang yang menyaksikan peristiwa itu menghiasi langit kota. Seseorang terlempar ke udara, melayang sejenak kemudian terjun bebas di atas aspal yang panas. Ya Tuhan…! Rengganis terkesiap menahan napasnya. Dia menghentikan motornya ke sisi jalan dan bergegas menuju TKP, begitu juga dengan beberapa orang yang berlari untuk membantu korban kecelakaan lalu lintas. Orang-orang mulai berkerumun. “Enggak apa-apa, Pak?!” “Berdarah?” “Ada yang luka?” “Bawa ke klinik! Klinik!” “Minum, minum! Ada yang bawa minum?!” Rengganis buru-buru merogoh botol minum yang selalu dibawanya. Isinya sudah setengah, dia segera mengacungkan botol Tupperware-nya sambil menyeruak kerumunan “Ini, Pak…!”

  • Suami Warisan   28 - Tamu yang Tidak Diinginkan

    SUAMI WARISAN28 – Tamu yang Tidak DiinginkanSetelah kejadian pencurian ciuman dan penarikan energi tanpa permisi, Rengganis tidur seperti orang pingsan.Dia terbangun keesokan harinya dan menemukan Narendra berdiri di tengah ruangan sambil bersedekap. Lelaki itu kelihatan sedang menunggunya untuk bangun.Rengganis terduduk di sofa ruang tamunya. Dia menyibakkan selimut yang tersampir di tubuhnya, “Jam berapa sekarang…?” tanyanya sambil mengucek matanya.“Sepuluh.” jawab Narendra sambil bersedekap. Dia sudah menunggu istrinya itu bangun sejak subuh tadi. Matanya tajam menatap Rengganis yang berdiri linglung.“Hah?!” Mata perempuan gemuk itu berlari mencari jam dinding yang menunjukkan angka 10. Dia membelalak. Tanpa disadarinya, dirinya tidur hampir setengah hari! Dia melewatkan sore dan malam hari kemarin!Tidak bisa dipercaya! Gila…!Tanpa berbica

  • Suami Warisan   29 - Jawaban yang Tertunda

    SUAMI WARISAN 29 – Jawaban yang Tertunda Narendra tidak tahan lagi. Dia sudah sabar menunggu Rengganis seharian menjahit di dalam kamarnya, namun perempuan itu malah keasyikan. Matahari bergulir menuju senja, namun Rengganis sama sekali belum keluar kamarnya. Narendra mengintip isi kepalanya dan perempuan itu tenggelam dalam dunianya sendiri. Ini yang dia maksud sibuk. Gumam Narendra dalam hati, matanya menerawang, mengintip pikiran Rengganis yang sedang fokus. Visinya terlihat jelas, berwarna terang dan keinginannya sangat kuat. Amarah, kekesalan, kecewa dan rasa ingin membuktikan diri menjadi bensin dalam mesin balas dendamnya. Namun Narendra sudah tidak tahan. Dia benci merasa gelisah terus-menerus. Lelaki itu berdiri dan menghampiri pintu kamar Rengganis. Pintu kamar yang terkunci itu terbuka dengan sendirinya, Narendra tidak merasa perlu permisi untuk masuk ke kamar Rengganis. Dia mengeryitk

  • Suami Warisan   30 - Jaminan

    SUAMI WARISAN30 – JaminanJika kalian berpikir bahwa hubungan Narendra dan Rengganis baik-baik saja setelah Rengganis menjawab mengenai 3 permintaan yang akan dikabulkan oleh Narendra, kalian salah besar.Kedua orang itu bagaikan magnet dengan kutub yang sama. Jika dua buah magnet didekatkan pada kutub yang sama, maka kedua magnet tersebut saling tolak-menolak.Inilah yang terjadi sekarang antara Rengganis-Narendra, terjadi tawar-menawar yang alot mengenai 3 permintaan Rengganis. Narendra sempat keberatan dengan permintaan ke-tiganya, tapi Rengganis ngotot.“Deal or no deal?”“Ini bukan acara TV.”“Tumben kamu tau soal acara TV?”“Nirmala suka menontonnya dulu.”Rengganis mengendikkan bahunya dan mengulurkan tangannya, “Deal?”Narendra memandangi tangan perempuan itu, “Kenapa?”“Kenapa apanya?”

  • Suami Warisan   31 - Panggilan Takdir

    SUAMI WARISAN31 – Panggilan TakdirRengganis hendak mengemasi barang-barangnya saat tangan Narendra menahannya, mencegahnya untuk pergi.“Jangan, lebih baik saya saja yang pergi.”Rengganis menoleh, air matanya mulai bercucuran.“Maaf,” Narendra mengusap pipinya yang basah, “saya pamit.”Tanpa berkata apa-apa lagi, Narendra melangkah meninggalkan kamar. Ada deru angin dingin menerpa wajah Rengganis saat Narendra menghilang di tengah ruangan ruangan.Rengganis menggigit bibirnya, matanya masih menatap ruang kosong di mana Narendra lenyap. Ada rasa yang menyesakkan dadanya, Rengganis terduduk di atas lantai yang berantakan. Dia menarik lututnya dan memeluknya dengan kedua tangan. Dagunya bertumpu di atas lengannya sementara dia mengedarkan pandangan ke sekeliling, rumahnya porakporanda, amukan Narendra mengguncang rumah sewanya, lelaki itu hanya meninggalkan hasil karyanya yang ha

Latest chapter

  • Suami Warisan   SEKUEL SUAMI WARISAN

    KEKASIH AKHIR PEKAN Sekuel of Suami Warisan by Serafina Di umurnya yang telah menginjak angka 25 tahun, Sasikirana belum pernah pacaran. Dulu dia bersekolah di rumah karena sering berpindah-pindah hingga membuatnya kesulitan untuk bersosialisasi. Namun sekarang, Sasi seorang kurator galeri seni yang andal. Suatu hari, Sasi diminta Direktur Galeri untuk membuat pameran seorang pelukis misterius. Sasi berhasil menemukan alamatnya di pedesaan yang terpencil. Di sana dia bertemu sang pelukis. Tak disangka, di pertemuan pertama mereka, lelaki itu malah menawarinya untuk jadi kekasihnya setiap akhir pekan. Apakah Sasi menerima tawarannya? “Aku tau kamu kesepian, aku juga. Jadi maukah kamu jadi kekasihku setiap akhir pekan?” -SNIPPET KEKASIH AKHIR PEKAN- “Aku tau kamu kesepian, aku juga. Jadi maukah kamu menjadi kekasihku setiap akhir pekan?” Sasi memandang lelaki yang berdiri di ha

  • Suami Warisan   175 - Sailendra [TAMAT]

    SUAMI WARISAN 175 – Sailendra [TAMAT] -EMPAT TAHUN KEMUDIAN- Diri kita bisa pulih sekaligus merasa hancur di waktu yang bersamaan. Pulih adalah perjalanan yang melibatkan penerimaan atas diri selagi kita hancur, berbenah kemudian membangun kembali diri kita. Waktu menjadi satu-satunya obat bagi Rengganis. Menit berganti jam, kemudian hari berubah jadi minggu sampai tak terasa tiga tahun sudah berlalu. Bayi mungil itu kini tumbuh menjadi balita yang menggemaskan. Celotehannya menceriakan ruangan, derap langkah kakinya menggemakan keriuhan yang hanya berjeda ketika dia memejamkan mata. “Gimana kabarnya?” pertanyaan itu tidak pernah alpa ditanyakan Mahesa setiap kali dia menelepon Rengganis. “Baik.” Rengganis tersenyum sambil melirik lelaki kecilnya yang berlarian di sekeliling ruangan “makasih kadonya, ya. Dia seneng banget…” Terdengar tawa Mahesa di seberang telepon, “Ya, begitu liha

  • Suami Warisan   174 - Lembaran Baru

    SUAMI WARISAN 174 – Lembaran Baru Gemuruh guntur terdengar di kejauhan. Kilatan cahaya memantul di atas kaca jendela. Rengganis buru-buru menutup tirai jendela, udara terasa pengap ketika awan hitam menggumpal di atas langit Jakarta. Bayinya terbangun, matanya yang bulat mengerjap-ngerjap sementara badannya bergerak-gerak gelisah. Rengganis tersenyum kemudian mengangkat bayinya dari boks “Cup, cup, Sayang …. Kaget, ya?” Bayinya tak banyak menangis. Hanya sesekali gelisah dan merengek ketika popoknya basah. Dia begitu tenang, begitu mirip dengan ayahnya. Rengganis menimang-nimang bayinya, matanya lekat memandangi setiap inci wajah bayi lelaki yang paling tampan itu. Semakin dilihat, semakin terlihat jelas kemiripan antara buah hatinya dan Narendra. Hidungnya …. Matanya …. Caranya menatap mengingatkannya pada lelaki itu. Bayi yang baru berusia beberapa bulan itu bagaikan pinang dibelah dua dengan lelaki yan

  • Suami Warisan   173 - Terputus Kutukan

    SUAMI WARISAN173 – Terputus KutukanMak Saadah yang sudah renta masih mampu naik ke gunung untuk mencari kayu bakar. Tubuhnya yang kurus terbakar matahari tidak pernah meninggalkan gunung yang selama ini menjadi sumber penghidupannya.Walaupun anak-anaknya kerap kali mengingatkan untuk berhenti mencari kayu bakar karena di rumah sudah ada kompor gas, namun Mak Saadah tidak menghiraukan omongan anak-anaknya. Ada kesenangan sendiri berada di hutan gunung.Hidup di desa yang berubah sangat cepat membuat Mak Saadah kewalahan. Cucu-cucunya tidak mau diajak ke kebun apalagi ke hutan, mereka lebih senang diam di rumah dengan hapenya, bermain game dan marah-marah jika kuotanya habis.Daripada pusing mendengar cucu dan menantunya bertengkar soal kuota internet yang tak dimengerti olehnya, Mak Saadah memilih pergi ke hutan. Perasaannya mengatakan bahwa di sana ada sesuatu yang sedang menunggunya.“Mau kemana, Mak?” tan

  • Suami Warisan   172 - Perpisahan dan Kebenaran

    SUAMI WARISAN 172 – Perpisahan & Kebenaran Tak pernah sekalipun terlintas dalam benak Rengganis – begitu pun dengan orang tuanya – bahwa dia akan bercerai secepat ini, padahal pernikahan mereka masih seumur jagung. “Tapi masih mending lu, Kak. Daripada Kim Kardashian yang cuma nikah 72 hari.” Maya berusaha membesarkan hati Rengganis, namun tidak mempan. Rengganis masih mellow. Dulu dia memang berniat untuk menceraikan Mahesa dan memilih Narendra, namun sekarang Narendra tak tentu rimbanya. Dia ingin marah, namun tidak tau diarahkan kemana amarahnya itu. Sejak kepulangannya dari RS, kemudian tinggal kembali di kamarnya, tak sehari pun Rengganis melewatkan sehari tanpa menangis. Papa dan Mama jadi serba salah. Mereka sudah berusaha menghibur Rengganis, namun masih suka mendengar isak lirih anaknya itu di malam hari. Walau pada pagi dan siang harinya Rengganis bisa menutupi kesedihannya, tapi di malam ya

  • Suami Warisan   171 - Binasa

    SUAMI WARISAN171 – Binasa-FLASHBACK-Mobil yang dikendarai Narendra seolah tidak punya rem. Lelaki itu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, terburu-buru seperti dikejar setan.Dia keluar dari rumah sakit, terus masuk ke tol kemudian ngebut menuju hutan. Menurunkan kecepatan jika lalu lintas padat, namun setiap ada kesempatan, Narendra terus menginjak gas.Sang Akang baru berhenti ketika sampai di depan rumah warisan.Lelaki itu masuk ke dalam rumah, menaruh beberapa barang di kamarnya, kemudian kembali melanjutkan perjalanan.Kali ini dia pergi menuju hutan. Masuk ke dalam, terus ke tengah, meleburkan diri di antara rapatnya pepohonan. Tanpa bekal, tanpa persiapan. Hanya baju yang melekat di badan.Ingatannya yang masih segar menjadi modalnya untuk menyusuri jalan setapak yang dahulu mudah dia susuri. Sekarang, setelah kekuatannya menghilang, Narendra hampir kehabisan napas untuk mencapai tujuan.

  • Suami Warisan   170 - Hiduplah, Berbahagialah

    SUAMI WARISAN170 – Hiduplah, Berbahagialah Beberapa saat yang lalu, di ruang operasi ….Sekelompok orang yang terdiri dari dokter utama, dokter anestesi, asisten dan perawat mengelilingi meja operasi.Tubuh Rengganis tergolek di atasnya. Tak sadarkan diri namun sedang berjuang untuk melahirkan bayinya.Sementara itu di balik kaca jendela, berdesakan dokter-dokter muda yang menonton proses kelahiran. Mereka mengamati setiap tindakan dengan cermat, tak lupa mencatat untuk laporan.Semua orang gugup, juga bersemangat.“Coba perhatikan tekanan darahnya, kelihatannya normal, kaya orang tidur gitu, ya?” bisik seorang calon dokter spesialis, dia menyenggol temannya agar melihat angka yang menunjukkan tekanan darah Rengganis.“Iya, luar biasa. Kekuatan seorang perempuan yang melewati masa kritis kemudian melahirkan dalam keadaan koma. Ini jarang banget di Indonesia!”&ld

  • Suami Warisan   169 - Kelahiran

    SUAMI WARISAN 169 – Kelahiran -Beberapa Bulan Kemudian- “Pa, uangnya masih ada untuk biaya lahiran Rengganis?” tanya Mama dengan suara khawatir. Papa yang baru saja masuk ke kamar dengan handuk terlilit di pinggangnya mengangguk, “Masih banyak. Cukup untuk biaya Rengganis lahiran dan biaya hidup mereka.” Terdengar helaan napas lega dari Mama yang duduk di atas ranjang. Di sekitarnya tersebar tagihan rumah sakit, laptop dan kalkulator. Mama sedang sibuk menghitung biaya rumah sakit Rengganis dan biaya hidup mereka. “Untung saja si Narendra ini ngasih uang ya, Pa. Kalau enggak, aduh… Mama enggak tau apa jadinya nasib Rengganis sama bayinya.” Mama membetulkan letak kacamatanya kemudian menyipit memandang layar monitor laptop “ini gimana sih bikin rumusnya?” Papa membuka pintu lemari untuk mengambil baju. Pikirannya melayang kembali pada peristiwa sepeninggal Narendra. Kondisi Rengganis

  • Suami Warisan   168 - Satu Menit Saja

    SUAMI WARISAN 168 – Satu Menit Saja Sepeninggal Papa, Narendra menunggu dengan jantung berdebar sampai waktu bezuk tiba. Dia duduk di kursi panjang, terpisah dari orang-orang yang juga menunggui anggota keluarga mereka yang dirawat di ICU. Lelaki itu tertunduk memandang kedua tangannya di atas lutut. Matanya terpejam sementara bibirnya komat-komit. Pak Wawan yang penasaran dengan sosok lelaki yang terasa familiar itu tidak bisa lepas memandangi Narendra. Lelaki paruh baya yang mendengar cerita mengenai keributan tempo hari yang melibatkan keluarga Rengganis dan Narendra, tidak habis pikir kenapa lelaki yang bukan suami wanita yang terbaring koma di ICU itu bertahan terus di RS sementara lelaki yang katanya suaminya malah datang dan pergi dengan penampilan perlente. Seakan tenang-tenang saja dengan keadaan istrinya yang sedang koma. “Sepertinya cerita mereka lebih daripada perselingkuhan biasa…” gumam Pak Wawan tanpa sada

DMCA.com Protection Status