Margaret masih terus saja menggedor daun pintu amar Rintik seraya berteriak memanggil namanya. Dia seketika terdiam ketika melihat seorang perempuan keluar dari kamar sebelah. Perempuan itu penuh dengan tato di seluruh tangannya. Bahkan tato itu sampai ke leher dan beberapa bagian di wajahnya.Margaret memandang wanita itu dari ujung kepala hingga ujung kaki. Wanita itu hanya memakai celana hotpant dan tanktop saja. Sehingga Margaret dapat melihat dengan jelas gambar yang ada di lengan wanita itu. Seketika nyalinya menciut.“Berisik tau. Tidak tahu ada orang lagi istirahat apa?” seru wanita itu. Meski hanya sebagian saja yang terlihat, Margaret merasa ngeri dengan wanita itu. Dia memutuskan untuk segera meninggalkan tempat itu. Tidak ingin terlibat perdebatan dengan wanita yang mengerikan.***Siang ini, Angel mengajak Rintik untuk makan siang di luar. Restoran yang menjadi langganan mereka berdua. Tapi kali ini ada yang berbeda. Mereka tidak hanya berdua. Tapi Langit juga ikut bergab
Rintik menjawab panggilan telepon dari nama yang tidak asing baginya. Tapi yang membuatnya mengerutkan kening adalah tujuan dari panggilan tersebut. Meski merasa aneh, dia tetap menerima panggilan tersebut.“Iya, halo,” sapa Rintik. Dia dengan seksama mendengar penuturan seorang wanita yang berada di ujung sambungan. Dia adalah Bu RT di komplek perumahan milik Reka. Dengan panik dia meminta Rintik untuk segera datang kerumah."Apa?" serunya.Rintik ikut merasa panik setelah menerima kabar itu. Dia segera berlari begitu saja meninggalkan pekerjaannya. Yang membuat karyawan lain merasa heran dengan apa yang terjadi. Rintik tidak peduli, yang ia pikirkan saat ini adalah bagaimana caranya ia harus segera sampai di tempat tujuan.Sesampainya dirumah, Rintik kaget melihat kerumunan di depan rumah lamanya. Rumah yang ia tempati ketika masih menjadi istri Reka. Netranya menangkap sosok yang membuatnya khawatir.“Emak!" seru Rintik pada wanita paruh baya yang sedang beradu mulut dengan mantan
Bab 18 Lelah"Apa?! Reka menghamili wanita lain?" tanya Aisyah yang tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Rintik. Begitu juga dengan kerumunan yang ada di belakang Rintik. Mereka terdengar seperti lebah yang mengerumuni sarangnya seraya berdengung.Seketika Margaret merasa panik. Dia menatap kearah para warga yang tengah menatapnya dengan tatapan sinis."Kamu jangan mengarang cerita, Rintik!" seru Margaret."Untuk apa saya mengarang cerita?" Rintik menatap mantan ibu mertuanya. "Bukankah mami yang minta saya untuk mengatakan kebenaran disini? Itulah kebenarannya. Dan saya tidak bohong.""Kalau seperti itu kebenaranya, Emak setuju dengan keputusanmu. Emak mendukungmu, Rin. Laki-laki seperti itu tidak pantas mendapatkan wanita sebaik kamu," ucap Aisyah. Tangisnya mulai pecah. Kenapa nasib keponakannya begitu malang.Margaret berdecih ketika mendengar ucapan Aisyah yang terdengar seperti cemoohan untuk dirinya dan putranya. Dam dia merasa
“Tidak!”ucap Rintik tegas.“Tapi itu adalah jalan yang terbaik, Rin. Tidak ada salahnya, bukan?” tanya Angel.“Tapi, Ngel. Menikah lagi itu bukan keputusan yang gampang. Lagipun, dengan siapa aku harus menikah. Hubunganku dengan Reka yang kami mulai dengan waktu yang cukup lama saja, kandas. Apalagi menikah dengan orang yang entah aku tidak tahu siapa yang kamu maksudkan,” tolak Rintik atas usul sahabatnya.Angel mengambil nafas panjang. “Cari saja yang memang benar-benar kamu kenal. Ini hanya pernikahan pura-pura, Rin. Supaya Reka dan juga tante Margaret tidak mengganggumu lagi.”“Tapi–”“Hanya itu jalan satu-satunya, Rin,” mohon Angel pada sahabatnya. ***Rintik tengah melamun di kamarnya. Memikirkan tentang pembicaraannya dengan Angel siang tadi. Usulnya untuk menikah lagi memang terdengar sangat konyol!Menikah lagi agar mantan suaminya tidak lagi mengganggunya. Benar-benar tidak masuk akal.Lamunan Rintik berhamburan ketika pintu kamarnya diketuk oleh Aisyah. Bibinya meminta Rin
“Bagaimana jika kita menikah?”“Hah?!”Bukan hanya Rintik, Angel juga tiba-tiba membeku mendengar ucapan Langit. Reflek ia pun menatap pria yang sudah lama dikenalnya itu.“Menikah? Kita?” tanya Rintik dengan alis yang saling bertaut. Yang disusul dengan sebuah anggukan dari Langit.“Kita sedang serius, Lang. Tidak usah bercanda,” timpal Angel kesal.“Siapa yang bercanda? Aku serius. Aku ingin kita menikah.”“Ta- Tapi–”“Aku sudah tahu dari Angel. Tidak apa jika pernikahan kita hanya sebuah kesepakatan yang saling menguntungkan,” terang Langit meyakinkan Rintik.“Maksudnya saling menguntungkan?” Angel yang sedari berdiri kini duduk di sebelah Langit dengan raut wajah yang penuh dengan rasa penasaran. Dia menatap pria yang sudah dia kenal selama lima tahun terakhir. Mencoba menyelami apa yang ada di pikirannya.“Ibuku memaksaku untuk segera menikah. Tapi aku belum mempunyai calon yang cocok denganku,” jawab Langit.Angel menautkan kedua alisnya. Dia tidak percaya dengan apa yang dikat
“Iya. Aku bersedia menikah denganmu. Maaf, Langit. Karena harus membuatmu terlibat dalam masalahku,” ucap Rintik tak enak hati. Senyum lebar terukir di bibir pria itu. Dia merasa lega karena Rintik menerima lamarannya. “Lalu aku akan segera datan kerumahmu untuk membicarakannya dengan keluargamu.”Rintik mengangguk menyetujui usul Langit. “Lalu, kapan aku bertemu dengan ibumu?” tanya Rintik kemudin.“Ah, ya, kita bisa atur nanti. Jika kamu sudah siap, kita akan bertemu dengan ibuku,” jawab langit dengan masih tesenyum. Ia tidak dapat menyembunyikan rasa bahagianya. Meski Rintik menganggap pernikahan mereka hanya sebuah kontrak pernikahan, tapi tidak bagi Langit. Ia menginginkan pernikahan dengan Rintik yang sesungguhnya. Dan ia berjanji pada dirinya sendiri jika keinginannya kan menjadi kenyataan suatu hari nanti.***Rintik tengah duduk santai menikmati sore yang cerah di taman belakang rumahnya. Lebih tepatnya adalah rumah paman dan bibinya. Taman belakang yang ditanami beberapa jen
'Apa Reka benar akan menikah dengan Iren?’ batin Rintik. Pikirannya terisi tentang undangan yang disebut-sebut sebagai undangan pernikahan Iren dan Reka. meskipun ia belum membaca isi dari undangan tersebut. Berita tersebut juga sudah menyebar di seluruh divisi. Selama jam kerja, pikiran Rintik tidak fokus. Otaknya masih memikirkan tentang undangan tersebut. Bahkan ia terus saja menghela nafas berat di hadapan makan siangnya.Tak lama, langit datang dengan membawa nampan berisi makan siang miliknya. Ia menghampiri Rintik. Kali ini tidak ada Angel diantara mereka.“Kenapa kamu mendesah di hadapan makanan? Itu tidak baik,” ucap Langit seraya mendaratkan bobot tubuhnya pada kursi di hadapan Rintik. tempat yang dipilih Rintik sangat strategis untuk mengobrol. Dia memilih tempat yang terletak di pojok kantin yang sedikit jauh dari keramaian.“Oh! hai.,” sapa Rintik canggung.Langit tersenyum merasa gemas ada Rintik yang merasa canggung terhadapnya.‘Kenapa? Tidak usah merasa canggung. Ber
“Aku hanya ingin mengatakan, kalau besok malam aku dan ibuku akan datang kerumahmu,” ucap Langit disertai dengan senyum.deg!Hati Rintik seakan berhenti sesaat. ‘Apa? Datang kerumah?’ batinnya. Tiba-tiba ia merasa gelisah mendengar ucapan Langit.“Kenapa?” tanya Langit ketika melihat wajah Rintik yang terlihat kebingungan.“Ka- kamu serius? Mau datang kerumah? Kok Emak tidak mengatakan apapun?” ucap Rintik di tengah kebingungannya.Langit tertawa kecil melihat Rintik yang kebingungan. Ia merasa gemas dengan sikap Rintik yang seperti itu. “Tentu saja serius,” jawabnya.Rintik mengerutkan keningnya. lalu berkata, “Tapi, bagaimana bisa?” Bukannya menjawab pertanyaan Rintik, Langit justru tersenyum penuh arti. “Ayo! Pintu lift sudah terbuka,” ajak Langit pada Rintik. Rintik yang masih dengan kebingungannya mengekor di belakang Langit menuju lift.***“Sepertinya kalian bahagia sekali,” cibir Iren pada RIntik dan Langit. Senyum milik Langit tiba-tiba pudar begitu saja melihat kedatangan
"Aku heran, kemana perginya Iren. Aku sudah mencarinya tapi belum juga ketemu. Apa ia ditelan bumi?" sungut Janar ketika ia tengah ngobrol dengan Langit di teras rumah. Mereka menghindari membahas masalah sensitif di hadapan Rintik."Sangat tidak mungkin jika ia bersembunyi. Yang aku dengar, Reka sudah menceraikan dan mengusirnya dari rumah. Yang otomatis, anaknya juga dibawa bersamanya. Tapi, hingga saat ini aku belum mendapat kabar dari orang yang aku minta untuk mencarinya," timpal Langit."Atau mungkin ia meninggalkan Indonesia?" tebak Janar."Tidak mungkin. Tidak ada catatan ia meninggalkan negara ini. Pasti ia ada di suatu tempat. Mungkin tidak jika ia kembali ke kampung halamannya?""Aku saja tidak tahu dimana ia berasal. Bukankah kamu pernah menjadi suaminya? Masa kamu tidak tahu darimana asal wanita itu?" sinis Janar pada Langit."Meskipun aku pernah menikah dengannya, aku tidak tahu asalnya darimana. Kalaupun ia katakan, aku tidak yakin jika itu benar. Bisa saja hanya asal j
"Apa hubungan Iren dengan kecelakaan yang terjadi pada Rintik?" tanya Janar dengan wajah merah padam. Sebenarnya Langit tidak ingin orang lain tahu jika penyebab kecelakaan Rintik adalah Iren. Namun, ternyata Janar mendengar pembicaraannya dengan orang yang ia minta untuk mencari keberadaan Iren."Sebenarnya, Iren yang mendorong Rintik kemarin—""Kenapa kamu tidak mengatakannya padaku! Kamu tidak mempercayaiku?" hardik Janar pada Langit. Ia mencengkram kerah baju Langit.Langit buru-buru melepaskan cengkraman itu. Dan berusaha menenangkan Janar yang seperti orang kesetanan. "Aku bukan tidak mau mengatakannya padamu. Hanya saja aku ingin fokus pada Rintik dan anakku. Karena keselamatan mereka lebih penting dari apapun!" Langit ikut terbawa emosi. Ia juga sedikit meninggikan suaranya.Janar mengusap kasar wajahnya. Ia tidak terima karena lagi-lagi ulah wanita itu membuat Rintik celaka. Apalagi, ada nyawa lain dalam kandungan Rintik. "Aku tidak akan tinggal diam. Akan aku cari wanita ya
Suami tukar tambahBab"Ah! Sialan!" pekik Iren ketika baru saja mendapat pesan dari seseorang. "Uangku sudah menipis tapi ia belum juga mentransfer uangnya!" imbuhnya. Ia tidak menghiraukan Marni yang sedang bermain dengan putrinya. Berjalan mondar-mandir memikirkan cara lain untuk langkah selanjutnya agar hidupnya lebih baik setelah keluar dari rumah Reka. Setidaknya ia tidak kekurangan uang dan bisa menikmati hidup seperti biasanya."Sudah satu bulan tapi ia belum ada kejelasan. Aku harus cari uang kemana ini?" pikirnya."Itu tas-tas yang tidak dipakai bisa dijual, Bu. Daripada cuma disimpan saja," celetuk Marni.Seketika Iren melotot ke arah pengasuh putrinya. Kemudian berseru, "Enak saja! Itu tas mahal dan semua limited edition. Kalau aku jual, dimana harga diriku? Seenaknya saja kamu ngomong.""Ya, maaf, Bu. Kan saya cuma usul saja. Daripada tempat ini sesak penuh dengan tas dan sepatu ibu. Belum lagi baju-baju yang masih dalam kardus. Kasihan Cantika, Bu. Tidak dapat bergerak b
"Maafkan Mami, Reka. Mami terlalu dibutakan oleh memiliki seorang cucu, membuat Mami egois terhadapmu," sesal Margaret.Dalam diam, wanita paruh baya itu menyadari keegoisannya selama ini adalah salah. Mengabaikan setiap saran yang datang dari keluarganya ataupun orang lain. Kini, ketika mengetahui kenyataan ternyata ia ditipu, hatinya teramat sakit. Kecewa yang menyerang hatinya yang paling dalam.Padahal, semua perhatian tercurah pada malaikat kecil yang ia yakini sebagai darah dagingnya. Semua angan dan rencana masa depan bocah tak berdosa itu lenyap sudah."Mami harus berbuat apa untuk menebus kesalahan Mami? Katakan Reka," tanya Margaret."Tidak ada, Mih. Mungkin dengan meminta maaf pada Rintik penyesalan Mami akan sedikit berkurang," usul Reka pada ibunya."Apa mungkin wanita angkuh itu akan memaafkan Mami?" pikir Margaret.Reka menarik nafasnya kasar mendengar ucapan ibunya yang seperti biasa. Ia merasa ibunya masih menyimpan dendam padanya. "Bukan kah Mami yang terlihat angkuh
"Kamu pikir, dengan air mata buaya yang kamu keluarkan akan merubah cerita yang terjadi?" ucap Angel memecah kerumunan. Bukan hanya mereka bertiga yang menatap Angel, tapi juga dengan para penonton yang berkerumun di tempat itu.Iren memutar bola matanya malas. Tidak menyukai dengan kedatangan mantan pemimpin di perusahaannya."Tentu saja kamu membela Rintik karena kalian bersahabat," elak Iren masih tetap pada rencananya.Angel tertawa kecil mendengar alasan Iren. "Bukan karena aku berteman dengan Rintik tapi memang kenyataannya seperti itu. Kamu merebut suami pertamanya, lalu sekarang kamu berusaha mendekati suaminya lagi. Karena kamu tahu jika Langit yang sekarang adalah seorang yang kaya raya," cerita Angel.Ucapan Angel membuat Iren sedikit merasa khawatir. Dengan masih mempertahankan air mata buayanya, ia mengelak dari semua tuduhan Iren. "Kenapa sih kalian sangat senang membuatku merasa terpojok dengan cerita kalian?""Sudahlah Iren. Tidak usah membuat drama yang tidak perlu. U
"Ah, terus Sayang," desis Reka pada teman wanitanya.Pemandangan yang unik terjadi di ruang kantor Reka. Ia tengah bercinta dengan pakaian yang masih lengkap di atas sofa panjang yang ada di ruangan itu. Namun, tidak demikian dengan si wanita. Si wanita bertelanjang bulat berada dibawah tubuh Reka yang tengah menngenjotnya seperti tanpa ampun.Langit yang terpaksa melihat pemandangan itu hanya bisa menganga tak percaya. Sesaat setelah pikirannya kembali terkumpul, Ia segera membalik badannya agar tidak melihat adegan vulgar secara live itu."Sebentar lagi aku akan selesai," ucap Reka pada langit. Kemudian ia kembali mendesah bersama wanita teman bercintanya itu.'Apa ia sengaja menunjukkannya padaku gara-gara kemarin? Dasar sinting! Tidak seharusnya aku berada ditempat ini. Seharusnya aku sudah sadar ketika mendengar suara aneh itu!' gerutu Langit dalam hati. Ia berencana keluar dan menunggu kegiatannya selesai dari luar ruangan. Namun, langkahnya di tahan oleh Reka."Aku sampai!" pe
"Tapi, Rin—""Sayang, aku ingin pulang. Aku naik taxi online saja," pamit rintik pada suaminya.Langit yang tidak mau terjadi sesuatu dengan istrinya, melarang Rintik untuk pulang sendiri. Ia menahan wanitanya itu dan meyakinkan bahwa pembicaraan mereka tidak akan memakan waktu yang lama. "Kamu tunggu saja di bawah. Aku janji tidak akan lama," ucap Langit, kemudian ia mengecup singkat kening Rintik.Rintik mengangguk dan bersedia menunggu Langit sampai selesai bekerja. Kemudian ia berlalu keluar ruangan. Tak menghiraukan Reka yang tengah menatapnya dengan tatapan rindu."Apa tujuanmu datang kemari? Kita tidak ada janji temu hari ini bukan?" tanya Langit tanpa basa-basi pada Reka setelah kepergian Rintik."Apa aku harus membuat janji dulu jika ingin bertemu denganmu? Meski hanya sekedar ngobrol atau ngopi?" protes Reka pada Langit."Ya. Tentu saja," ucap Langit membenarkan. Ia mulai berkemas dan merapikan meja kerjanya karena ia sudah berjanji pada istrinya untuk segera mengantarnya p
Kamu mengejekku?" Iren menatap sinis ke arah Rintik yang menurutnya sedang memanas-manasi dirinya.Rintik beranjak dari pangkuan Langit dan berjalan mengitari sofa. "Aku? Untuk apa? Justru aku turut prihatin padamu. Aku yakin tujuanmu merebut Reka dariku adalah agar kehidupan lebih baik dari sebelumnya. Tapi nyatanya, yang terjadi adalah kebalikannya.""Dan sekarang, kamu mencoba kembali ingin merebut suamiku lagi? Tidak Iren. Aku tidak akan membiarkannya. Tidak akan ada sedikitpun celah yang bisa kamu manfaatkan untuk dapat dekat kembali dengan suamiku. Kesalahanku kemarin adalah tidak memperjuangkan apa yang telah menjadi milikku, dan itu yang aku sesalkan. Tapi kali ini, tidak! Meskipun aku harus berjuang mati-matian, aku akan tetap mempertahankan pernikahanku. Ini adalah peringatanku yang pertama dan terakhir untukmu!" tegas Rintik pada Iren.Iren tertawa terbahak mendengar peringatan dari Rintik. Bukannya takut, ia justru semakin tertantang dan dengan terang-terangan mengibarkan
"Hasil tes itu mengatakan jika aku kurang subur. Itu sebabnya pernikahanku dengan Rintik sangat sulit untuk segera mendapatkan momongan meski kami melakukan hubungan di masa Rintik subur. Lalu bagaimana dengan hanya sekali berhubungan seseorang itu langsung hamil?" ujar Reka seraya melirik Iren yang tengah merasa cemas."Ma-maksud kamu apa, mas? Kamu menuduhku—""Apa aku tidak boleh merasa curiga akan hal itu? Terlebih kamu selalu menghabiskan uangku untuk berbelanja dan hura-hura," potong Reka."Kamu sengaja berkata pada Mami bahwa kamu hamil anakku meski kamu tahu aku sudah memiliki istri. Jika bukan karena uangku, lalu untuk apa lagi tujuanmu mendekatiku?" lanjut Reka."Itu juga yang kamu lakukan terhadap Langit. Setelah tahu ia adalah pria sederhana, kamu meninggalkannya begitu saja. Lalu sekarang setelah kamu tahu Langit banyak uang, kamu berusaha mendekatinya lagi? Cih! Wanita murahan sepertimu rasanya tidak pernah puas hanya dengan satu pria saja," hina Reka.Iren menggelengkan