Rintik menjawab panggilan telepon dari nama yang tidak asing baginya. Tapi yang membuatnya mengerutkan kening adalah tujuan dari panggilan tersebut. Meski merasa aneh, dia tetap menerima panggilan tersebut.“Iya, halo,” sapa Rintik. Dia dengan seksama mendengar penuturan seorang wanita yang berada di ujung sambungan. Dia adalah Bu RT di komplek perumahan milik Reka. Dengan panik dia meminta Rintik untuk segera datang kerumah."Apa?" serunya.Rintik ikut merasa panik setelah menerima kabar itu. Dia segera berlari begitu saja meninggalkan pekerjaannya. Yang membuat karyawan lain merasa heran dengan apa yang terjadi. Rintik tidak peduli, yang ia pikirkan saat ini adalah bagaimana caranya ia harus segera sampai di tempat tujuan.Sesampainya dirumah, Rintik kaget melihat kerumunan di depan rumah lamanya. Rumah yang ia tempati ketika masih menjadi istri Reka. Netranya menangkap sosok yang membuatnya khawatir.“Emak!" seru Rintik pada wanita paruh baya yang sedang beradu mulut dengan mantan
Bab 18 Lelah"Apa?! Reka menghamili wanita lain?" tanya Aisyah yang tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Rintik. Begitu juga dengan kerumunan yang ada di belakang Rintik. Mereka terdengar seperti lebah yang mengerumuni sarangnya seraya berdengung.Seketika Margaret merasa panik. Dia menatap kearah para warga yang tengah menatapnya dengan tatapan sinis."Kamu jangan mengarang cerita, Rintik!" seru Margaret."Untuk apa saya mengarang cerita?" Rintik menatap mantan ibu mertuanya. "Bukankah mami yang minta saya untuk mengatakan kebenaran disini? Itulah kebenarannya. Dan saya tidak bohong.""Kalau seperti itu kebenaranya, Emak setuju dengan keputusanmu. Emak mendukungmu, Rin. Laki-laki seperti itu tidak pantas mendapatkan wanita sebaik kamu," ucap Aisyah. Tangisnya mulai pecah. Kenapa nasib keponakannya begitu malang.Margaret berdecih ketika mendengar ucapan Aisyah yang terdengar seperti cemoohan untuk dirinya dan putranya. Dam dia merasa
“Tidak!”ucap Rintik tegas.“Tapi itu adalah jalan yang terbaik, Rin. Tidak ada salahnya, bukan?” tanya Angel.“Tapi, Ngel. Menikah lagi itu bukan keputusan yang gampang. Lagipun, dengan siapa aku harus menikah. Hubunganku dengan Reka yang kami mulai dengan waktu yang cukup lama saja, kandas. Apalagi menikah dengan orang yang entah aku tidak tahu siapa yang kamu maksudkan,” tolak Rintik atas usul sahabatnya.Angel mengambil nafas panjang. “Cari saja yang memang benar-benar kamu kenal. Ini hanya pernikahan pura-pura, Rin. Supaya Reka dan juga tante Margaret tidak mengganggumu lagi.”“Tapi–”“Hanya itu jalan satu-satunya, Rin,” mohon Angel pada sahabatnya. ***Rintik tengah melamun di kamarnya. Memikirkan tentang pembicaraannya dengan Angel siang tadi. Usulnya untuk menikah lagi memang terdengar sangat konyol!Menikah lagi agar mantan suaminya tidak lagi mengganggunya. Benar-benar tidak masuk akal.Lamunan Rintik berhamburan ketika pintu kamarnya diketuk oleh Aisyah. Bibinya meminta Rin
“Bagaimana jika kita menikah?”“Hah?!”Bukan hanya Rintik, Angel juga tiba-tiba membeku mendengar ucapan Langit. Reflek ia pun menatap pria yang sudah lama dikenalnya itu.“Menikah? Kita?” tanya Rintik dengan alis yang saling bertaut. Yang disusul dengan sebuah anggukan dari Langit.“Kita sedang serius, Lang. Tidak usah bercanda,” timpal Angel kesal.“Siapa yang bercanda? Aku serius. Aku ingin kita menikah.”“Ta- Tapi–”“Aku sudah tahu dari Angel. Tidak apa jika pernikahan kita hanya sebuah kesepakatan yang saling menguntungkan,” terang Langit meyakinkan Rintik.“Maksudnya saling menguntungkan?” Angel yang sedari berdiri kini duduk di sebelah Langit dengan raut wajah yang penuh dengan rasa penasaran. Dia menatap pria yang sudah dia kenal selama lima tahun terakhir. Mencoba menyelami apa yang ada di pikirannya.“Ibuku memaksaku untuk segera menikah. Tapi aku belum mempunyai calon yang cocok denganku,” jawab Langit.Angel menautkan kedua alisnya. Dia tidak percaya dengan apa yang dikat
“Iya. Aku bersedia menikah denganmu. Maaf, Langit. Karena harus membuatmu terlibat dalam masalahku,” ucap Rintik tak enak hati. Senyum lebar terukir di bibir pria itu. Dia merasa lega karena Rintik menerima lamarannya. “Lalu aku akan segera datan kerumahmu untuk membicarakannya dengan keluargamu.”Rintik mengangguk menyetujui usul Langit. “Lalu, kapan aku bertemu dengan ibumu?” tanya Rintik kemudin.“Ah, ya, kita bisa atur nanti. Jika kamu sudah siap, kita akan bertemu dengan ibuku,” jawab langit dengan masih tesenyum. Ia tidak dapat menyembunyikan rasa bahagianya. Meski Rintik menganggap pernikahan mereka hanya sebuah kontrak pernikahan, tapi tidak bagi Langit. Ia menginginkan pernikahan dengan Rintik yang sesungguhnya. Dan ia berjanji pada dirinya sendiri jika keinginannya kan menjadi kenyataan suatu hari nanti.***Rintik tengah duduk santai menikmati sore yang cerah di taman belakang rumahnya. Lebih tepatnya adalah rumah paman dan bibinya. Taman belakang yang ditanami beberapa jen
'Apa Reka benar akan menikah dengan Iren?’ batin Rintik. Pikirannya terisi tentang undangan yang disebut-sebut sebagai undangan pernikahan Iren dan Reka. meskipun ia belum membaca isi dari undangan tersebut. Berita tersebut juga sudah menyebar di seluruh divisi. Selama jam kerja, pikiran Rintik tidak fokus. Otaknya masih memikirkan tentang undangan tersebut. Bahkan ia terus saja menghela nafas berat di hadapan makan siangnya.Tak lama, langit datang dengan membawa nampan berisi makan siang miliknya. Ia menghampiri Rintik. Kali ini tidak ada Angel diantara mereka.“Kenapa kamu mendesah di hadapan makanan? Itu tidak baik,” ucap Langit seraya mendaratkan bobot tubuhnya pada kursi di hadapan Rintik. tempat yang dipilih Rintik sangat strategis untuk mengobrol. Dia memilih tempat yang terletak di pojok kantin yang sedikit jauh dari keramaian.“Oh! hai.,” sapa Rintik canggung.Langit tersenyum merasa gemas ada Rintik yang merasa canggung terhadapnya.‘Kenapa? Tidak usah merasa canggung. Ber
“Aku hanya ingin mengatakan, kalau besok malam aku dan ibuku akan datang kerumahmu,” ucap Langit disertai dengan senyum.deg!Hati Rintik seakan berhenti sesaat. ‘Apa? Datang kerumah?’ batinnya. Tiba-tiba ia merasa gelisah mendengar ucapan Langit.“Kenapa?” tanya Langit ketika melihat wajah Rintik yang terlihat kebingungan.“Ka- kamu serius? Mau datang kerumah? Kok Emak tidak mengatakan apapun?” ucap Rintik di tengah kebingungannya.Langit tertawa kecil melihat Rintik yang kebingungan. Ia merasa gemas dengan sikap Rintik yang seperti itu. “Tentu saja serius,” jawabnya.Rintik mengerutkan keningnya. lalu berkata, “Tapi, bagaimana bisa?” Bukannya menjawab pertanyaan Rintik, Langit justru tersenyum penuh arti. “Ayo! Pintu lift sudah terbuka,” ajak Langit pada Rintik. Rintik yang masih dengan kebingungannya mengekor di belakang Langit menuju lift.***“Sepertinya kalian bahagia sekali,” cibir Iren pada RIntik dan Langit. Senyum milik Langit tiba-tiba pudar begitu saja melihat kedatangan
"Sebenarnya maksud dan tujuanmu mengajakku bertemu apa? Apa karena aku mengantar Rintik pulang atau bagaimana?"Pertanyaan Langit membuat Reka mengusap wajahnya kasar. Kemudian mendesah frustasi. "Aku tidak suka jika kamu dekat dengan Rintik," pangkas Reka.Langit memutar matanya malas seraya berdecih. Menertawakan sikap posesif Reka pada mantan istrinya. "Kalian sudah bercerai. Kamu tidak ada hak untuk melarangnya-""Tapi aku masih mencintainya, Lang!" seru Reka yang membuat Langit terdiam."Jika kamu memang mencintai Rintik, kenapa kamu melakukan hal hina itu? Kenapa? Kamu juga sudah menceraikannya. Kalian sudah bukan suami istri lagi." Langit sedikit emosi pada Reka."Tapi, Lang. Aku masih berharap bisa kemba-""Sepertinya aku salah, memutuskan untuk bertemu denganmu. Aku pikir kamu akan membicarakan sesuatu Yang penting. Ternyata…," potong Langit. Sehingga Reka tidak bisa melanjutkan kata-katanya.Langit beranjak dari tempat duduknya lalu pergi meninggalkan Reka yang masih merasa k