"Apa yang terjadi?" Azlan panik lalu menghampiri istrinya yang sudah tak sadarkan diri, dengan panik ia menggendong Nauma lalu membawanya ke rumah sakit. Rasa cemas melingkupi hatinya, ia tak tega melihat Nauma tanpa daya seperti ini. Tak dimunafikkan, rasa cinta untuk istrinya masih ada, meski terkikis kesalahan cinta yang baru saja ia perbuat. "Sabar ya sayang, sebentar lagi kita sampai," ucap Azlan meski tak didengar Nauma. Ia terus menggenggam tangan istrinya, sepanjang perjalanan ia terus berdoa akan keselamata Nauma. Wajah pucat Nauma terlihat jelas dalam pandangannya, membuat ia meneteskan air mata kesedihan. 'Maafkan aku Neng, kemarin aku mengkhianatimu,' sambungnya dalam hati. Begitu sampai di rumah sakit, ia langsung membawa Nauma ke ruang UGD. Petugas kesehatan langsung membawa Nauma ke ruang tindakan dan memeriksanya. Azlan menunggu dengan cemas, ia berjalan mondar-mandir di depan pintu UGD. Banyak mata memandang ke arahnya, tapi tak ia perdulikan. Tak berselang lama,
"Aku nggak marah kok, aku percaya padamu," balas Azlan. Yang terpenting baginya Nauma masih ada di hidupnya. Ia juga sudah berpikir jernih saat berada di apartemen Jenifer. Ia sangat yakin jika Nauma masih setia padanya, tapi ia tak menyesali perbuatannya kemarin bersama Jenifer. Azlan ingin hidup tenang, tanpa memikirkan uang dan pekerjaan. Uang bisa ia dapatkan dari Jenifer, bahkan jika ia penat dengan hidup, ia bisa mendatangi Jenifer dan bercinta dengannya kapan pun ia mau. "Tapi aku merasa ada yang bebeda darimu Kang," ucap Nauma. Azlan terkejut, ia langsung menghentikan laju mobilnya, lalu menoleh pada istrinya. 'Apa ini yang namanya insting seorang istri?' ucapnya dalam hati. "Kenapa kamu berkata seperti itu? Aku masih sama seperti dulu, masih menyayangimu," balas Azlan. "Ya, aku percaya. Mungkin hanya perasaanku saja." Nauma memalingkan wajahnya menghadap luar jendela. Sedangkan Azlan melajukan lagi mobilnya menuju kontrakan. Sepanjang perjalanan tak ada pembicaraan yang
"Tak mungkin Akang selingkuh, atau Akang belum mau memiliki anak dulu sebelum dapat pekerjaan?" tanya Nauma pada dirinya sendiri. Nauma melangkahkan kaki menemui Azlan, ia ingin mencari jawaban atas rasa penasarannya. Obat dan alat kostrasepsi sudah berada di tangannya, ia remas dengan sangat kuat. Nauma tak ingin menunda kehamilan karena memang ia menginginkan seorang anak untuk menemani hidupnya. "Kang, ini apa? Aku menemukannya di tasmu," tanya Nauma. Azlan bangkit dari posisinya, ia terkejut Nauma menemukan alat konstrasepsi yang baru saja ia beli untuk dirinya dan juga Jenifer. Matanya membulat berlari merebut kostrasepsi dari tangan Nauma. "I-ini sengaja aku beli untuk kita Neng," balas Azlan kikuk. "Untuk kita? Apakah Akang tak menginginkan kehadiran seorang anak di keluarga kita?" "Tentu saja mau, tapi aku tak ingin sekarang, sekarang aku hanya pengangguran, aku takut tak bisa menghidupinya," balas Azlan mencari alasan. "Aku tak mau menggunakan itu," tolak Nauma. "Baikl
"Kau bisa mendapatkan lebih dari itu, honey." "Sungguhkah honey? Sekarang juga kita ke aparteman ya," pinta Jenifer antusias. "Jangan di sana, kita ke rumahku saja,"balas Azlan. Azlan mengajak Jenifer ke rumahnya, rumah pemberian Agnes dulu. Sebenarnya sudah lama ia ingin tinggal di rumah mewah itu, tapi Nauma tak ingin tinggal di sana. Kali ini Azlan akan menempati rumah itu bersama dengan Jenifer. Azlan yakin Nauma tak akan mengetahuinya karena ia bilang pada istrinya jika rumah itu sudah dijual. Tentu saja Jenifer merasa senang, meski ia hanya seorang simpanan, tapi ia bahagia bisa hidup bersama dengan pria yang ia cintai. "Kamu mau tinggal di sini kan?" "Tentu honey, aku mau," balas Jenifer cepat lalu mencium pipi Azlan. "Tapi aku tak bisa bermalam di sini, kau tak masalah jika di rumah besar ini sendirian?" Jenifer menggelengkan kepala. "Tetntu saja tak masalah, aku pun sudah terbiasa tinggal sendiri karena kak Jhon sering pergi ke luar Negeri." Mereka masuk saling bergan
"Benar, ini rumah Azlan, aku ingin menunjukkan perselingkuhan suamimu," balas Mr. Jhon. Nauma terkejut, ia langsung menatap wajah Mr. Jhon. Keterkejutannya membuat Nauma menggelengkan kepala, ia tak percaya suami yang sangat mencintainya berselingkuh seperti yang Mr. Jhon katakan. "Tidak, suamiku tak mungkin mengkhianatiku, pasti kau salah lihat Tuan. Rumah ini sudah dijual untuk membayar denda," ucap Nauma tak percaya. "Ikutlah denganku, aku akan menunjukkannya padamu agar kau percaya." Mr. Jhon menarik tangan Nauma memasuki rumah Azlan, tapi langkahnya terhenti karena Nauma enggan masuk dan mempercayai Mr. Jhon. Nauma menatap rumah suaminya dengan pandangan tak percaya. "Kenapa berhenti? Aku mohon percayalah padaku," ucap Mr, Jhon. "Rumah ini terlihat kosong Tuan, kita tak boleh lancang memasukinya begitu saja. Aku pun sangat mempercayai suamiku," balas Nauma. Mr. Jhon tersenyum kecut saat mendengar ucapan Nauma, ia iri pada Azlan yang sudah mendapatkan cinta dan kepercayaan N
"Tomi!" Azlan terkejut dengan kehadiran mantan asistennya. "Kakak ngapain bermesraan gitu?" tanya Tomi. Azlan menghampiri Tomi, ia merangkul pundak Tomi menjauh dari hadapan Jenifer. Tomi merasa bingung, ia mengikuti langkah Azlan meski terpaksa. Azlan membawanya jauh dari pandangan Jenifer. "Kau lihat aku memeluknya?" tanya Azlan saat sudah berada di tempat sepi. "Tentu, Kak. Bukan kah kalian tak memiliki hubungan? Lalu tadi apa? Apa kakak berselingkuh dengan Nona Jenifer?" tanya Tomi lagi. "Aku harap kau tutup mulut, jangan sampai Nauma tahu tentang ini," balas Azlan. "Tapi, Kak. Kasihan mba Nauma," ucap Tomi lagi. "Sudahlah, kau jangan ikut campur, anggap saja kau tak lihat. Aku melakukan ini bukan tanpa alasan." "Tapi kalau mba Nauma tahu pasti dia sedih, Kak. Mau sepandai apapun kakak menyembunyikan ini pasti suatu hari akan ketahuan," ucap Tomi memperingati. "Ia tak akan tahu jika kau tak memberitahunya. Aku pergi dulu menjemput Nauma. Ingat, jangan memberitahu Nauma," b
'Mampus gue, kenapa rambut Jenifer pakai tersangkut sih?!' batin Azlan saat Nauma menanyakan rambut emas yang terselip di kancing kemejanya. Azlan tergugup, bingung mencari alasan untuk mengelak. Sedangkan Nauma terus menatap wajah suaminya, ia menanti jawaban untuk keraguan hati. Azlan menelan air liurnya, lalu ia tersenyum kaku menutupi kegugupan. "T-tadi di toilet aku tak sengaja menabrak orang asing, Neng. Sepertinya itu rambut orang asing itu," balas Azlan beralasan. "Sungguh?" tanya Nauma masih ragu. "Sungguh sayang, untuk apa aku berbohong." Azlan tersenyum, meraih kedua tangan istrinya. Nauma mengangguk lalu membuang rambut yang ada di tangannya. Ia tersenyum mempercayai ucapan Azlan. Azlan menghela napas lega saat Nauma tak menanyakan lagi prihal rambut itu. Mereka meneruskan aktivitasnya, begitu selesai mereka pun langsung pulang ke rumah. Nauma terlihat sangat bahagia bisa bersama dengan suaminya tanpa ada rasa takut sama sekali. Sepanjang perjalanan pulang, Nauma berg
"Ngapain lo ke sini?" tanya Azlan pada Fero. Fero menghampiri Azlan, ia ingin memperingati Azlan tentang perselingkuhannya. Tadi ia tak sengaja melihat mobil Azlan saat ia melintas di depan kontrakan. Fero merasa penasaran dengan tingkah bahagia Azlan, ia membututi Azlan hingga ke apartemen Jenifer. Bahkan Fero mengambil video Azlan saat memasuki aparteman Jenifer. Bukan hanya itu, Fero pun mengambil gambar saat Jenifer menyambut kedatangan Azlan di depan pintu, serta pelukan dan kecupan mesra yang Azlan berikan pada Jenifer. "Gue harap lo berhenti mempermainkan Nauma, gue tahu lo dan Jenifer ada hubungan. Gue punya bukti dan gue harap Nauma mau meninggalkan pria bejat kayak lo." balas Fero sambil menunjukkan ponselnya pada Azlan. Azlan merasa geram, ia ingin merebut ponsel Fero, hingga perkelahian tak terelakan. Pukulan demi pukulan mereka layangkan satu sama lain, tak ada yang mau mengalah. Fero sengaja menghentikan mobil Azlan di jalan sepi untuk memperingatinya. Tak ada orang y
"Kenapa saat hatiku sudah memilihmu jusrtu kau yang menghilang?" gumam Nauma sambil berjalan mencari taksi.Rumah Azlan yang ia datangi ternyata sudah dijual, tapi ia tak putus asa. Nauma mengunjungi Strar Entertaint, agensi tempat Azlan bekerja. Nauma pikir Azlan masih menjadi artis dan bekerja dengan Agnes."K-kamu Nauma?" tanya Fero yang tak sengaja melihat Nauma memasuki lobi kantornya."Ya, ini aku. Sudah lama kita tak bertemu," balas Nauma."Kau sudah berubah sekali, semakin cantik dan mempesona. Oh ya, untuk apa kau ke sini?" tanya Fero."Apakah Azlan ada di sini? Aku mencari ke rumahnya tapi ia tak tinggal di sana lagi, nomor ponselnya pun sudah tak aktif lagi," tanya Nauma.Fero mengembuskan napas saat mendengar pertanyaan Nauma. "Dia sudah tak bekerja di sini lagi, sekarang dia tak memiliki pekerjaan, semua harta yang diberikan Mr. Jhon pun sudah diambil dan dia sudah tak memiliki apapun. Tapi untuk apa kau mencarinya, bukankah kau sudah menikah dengan Mr. Jhon?" tanya Fero
"Kenapa Azlan, Nak?" tanya Ibu Tomi sambil berlari karena mendengar teriakan anaknya."Kak Azlan tak sadarkan diri, Bu. Lebih baik kita bawa ke rumah sakit sekarang," balas Tomi cemas.Tomi dan ibunya membawa Azlan ke rumah sakit terdekat, sepanjang perjalanan ia merasa cemas karena keadaan Azlan. Wajahnya sudah terlalu pucat, mata menghitam dan terlihat lebih kurus dari biasanya.Ia melajukan mobil dengan kecepatan penuh tanpa memperdulikan makian pengguna jalan lainnya. Ibu Tomi pun merasa cemas karena tak biasa berada di jalan raya dengan kecepatan seperti ini."Hati-hati, Nak," ucap Ibu Tomi memperingati anaknya.Begitu sampai di rumah sakit mereka langsung melarikan Azlan ke ruang UGD. Dalam perjalanan menuju UGD mereka bertemu dengan Fero yang kebetulan sedang syuting di rumah sakit untuk film terbarunya. Fero pun membantu Tomi mendorong brangkar pasien."Apa yang terjadi? Mengapa ia jadi seperti ini?" tanya Fero."Nanti aku ceritakan, yang penting kondisi Kak Azlan membaik dulu
"Maaf Nyonya. Semua biaya atas nama Axcel sudah dilunasi," ucap petugas administrasi saat Nauma ingin membayar tagihan rumah sakit."Siapa yang telah membayarnya?" tanya Nauma penasaran."Pria yang mendonorkan mata untuk anak anda."Nauma terkejut dengan apa yang ia dengar. Azlan menjalankan peran sebagai Orangtua yang sesungguhnya dengan menjaga Axcel tanpa sepengetahuannya. Bahkan biaya operasi yang terbilang mahal pun Azlan lakukan. "Baiklah kalau begitu, terima kasih."Nauma pergi dengan tatapan kosong, ia masih memikirkan Azlan di hatinya. Nauma pun merogoh tas kecil yang ia bawa dan mengambil ponselnya. Ia mencari nomor Azlan hendak menelpon dan mengucapkan rasa terima kasihnya."Kenapa nomornya tidak aktif?" gumam Nauma.Nauma kembali menelpon Azlan dengan nomor yang dulu Azlan gunakan sebagai Mr. A, tapi tetap saja nomor itu tak aktif sama sepeti nomor sebleumnya. "Kenapa nomor ini juga tak aktif? Apakah ia mengganti nomornya?" gumam Nauma."Ada apa?" tanya Mr. Jhon menghamp
"Mengapa kau ada di sini?" tanya Nauma begitu seorang pria keluar dari kamar mandi.Azlan terkejut saat melihat kehadiran Nauma di ruang rawatnya, ia tak bisa menjawab pertanyaan Nauma. Nauma pun terlihat menahan kesedihannya sambil memandang wajah Azlan yang terdapat perban di bagian mata. "Apakah kau yang mendonorkan mata untuk Axcel?" tanya Nauma lagi.Azlan masih terdiam, ia tak tahu harus menjawab apa, rasanya percuma ia menyembunyikan identitasnya saat Nauma mengetahui apa yang ia lakukan.Azlan mengambil ponsel Nauma di lantai dan memberikannya. Ia pun tersenyum dan berkata. "Tenang saja, aku akan pulang begitu pengobatan ini selesai, aku pun janji akan menghilang dari hidup kalian," ucap Azlan menahan sesak di hati.Nauma tak menerima ponsel yang Azlan berikan, ia masih terpaku pada wajah Azlan yang berbalut perban. Tanpa ia sadari air mata sudah jatuh begitu saja membasahi pipi. Azlan pun panik dengan kesedihan yang Nauma tampakkan. Ingin sekali rasanya memeluk wanita yang
"Tentu saja bisa, tapi kau harus melewati serangkaian tes terlebih dulu untuk melihat kecocokan mata kalian," ucap sang dokter."Baiklah, aku akan melakukan tes itu sekarang juga," balas Azlan.Azlan menjalani pemerikasaan dan ia bersyukur karena matanya cook untuk didonorkan. Tomi merasa cemas dengan keputusan yang diambil Azlan. Sedangkan Azlan memantapkan hati untuk kesempurnaan anaknya. Ia tak akan tega melihat Axcel hidup dengan kekurangan."Apakah kau serius dengan keputusanmu, Kak?" tanya Tomi."Tentu saja, kau tenanglah, bukan hal buruk hidup dengan satu mata," balas Azlan.Dokter memberikan jadwal operasi pada Azlan, serangkaian tindakan pun telah Azlan lakukan. Hari demi hari ia tinggal di rumah sakit, dan mendapati kabar bahwa operasinya telah berhasil. Rasa syukur selalu ia ucapkan.Azlan pun melihat keadaan Axcel saat malam tiba, tentunya hanya dari luar jendela. Ia tak ingin Nauma mengetahui apa yang ia lakukan untuk anaknya."Syukurlah kalau kau sudah bisa melihat denga
"Tapi mobil itu adalah mobil kesayangamu, Kak," balas Tomi."Tak ada yang lebih penting dari keselamatan anakku, aku harus segera menemuinya. Hati ini tak akan tenang jika belum melihat keadaannya dengan mata kepalaku sendiri. Sekarang juga kau temani aku ke dealer mobil," ucap Azlan.Azlan berlari menuju kamarnya mengambil kunci mobil serta berkas yang dibutuhkan, kemudian ia dan Tomi langsung menuju dealer mobil tempatnya membeli dulu. Pekatnya malam membuat jalanan semakin lengang, hingga Tomi berpikir dealer yang mereka tuju pasti sudah tidak beroperasi."Sepertinya Dealer mobil sudah tutup di jam segini, Kak. Lebih baik besok saja kita ke sana," ucap Tomi."Semoga saja belum." Azlan mengemudikan mobil dengan kecepatan penuh, hingga Tomi berpegangan pada tali pengaman yang ada di tubuhnya.Harapan Azlan tak menjadi kenyataan, dealer mobil yang mereka tuju sudah tutup, tapi Azlan tak patah semangat. Ia mencari dealer mobil lainnya yang masih buka. Keberuntungan tak berpihak padanya
Nauma : Entahlah, aku pun tak tahu apa yang aku rasakan. Benar apa yang kau katakan, masih ada cinta untuknya. Tapi saat mengingat pengkhianatannya aku merasakan sesak yang sangat menyakitkan. Terlebih kemarin ada seorang pria yang melamarku, pria itu yang selama ini menjagaku dan anakku.Azlan tak langsung membalas pesan itu, ia sadar jika kesalahannya tak mungkin bisa dimaafkan begitu saja. Azlan pun yakin, pria yang dimaksud Nauma adalah Mr. Jhon. Senyum pahit terukir di wajahnya, merasa tak memiliki harapan sama sekali.Azlan : Ikutilah apa yang hatimu katakan, aku doakan kebahagiaan untukmu. Semoga kau mendapatkan cinta yang tulus dan tak tersakiti lagi.Nauma : Terima kasih kau sudah mau mendengarkanku, padahal kita tak pernah saling mengenal, tapi entah mengapa rasanya nyaman sekali berbicara denganmu.Azlan : Jangan berterima kasih karena aku tak melakukan apapun. Jika kau membutuhkan teman bercerita kau bisa menghubungiku. "Ya, lebih baik kau bersama dengan Mr. Jhon, pria it
"Kau yang siapa? Mengapa pintu rumahku tak bisa dibuka seperti ini?" tanya Azlan ksal."Ini adalah rumahku, sudah dua tahun aku membeli rumah ini dari Jenifer," balas pria paruh baya yang ada di hadapan Azlan."Kakak dan adik itu membuat hidupku menderita saja, seenaknya menjual rumahku," gumam Azlan."Aku tak pernah menjual rumah ini, dan aku tak pernah menandatangani surat jual beli rumah ini," ucap Azlan pada pemilik rumahnya."Tapi aku membelinya dengan resmi, apakah kau Tuan Azlan?""Ya, benar aku Azlan.""Masuklah Tuan, aku akan tunjukkan berkas pembelianku dulu, tanda tanganmu pun ada di berkas itu."Azlan memasuki rumah dan menunggu di ruang tamu, sudah banyak perubahan di rumah ini. Bahkan barang-barang yang dulu sudah di ganti oleh pemilik barunya. Azlan menaruh kesal di hati saat mengetahui rumahnya telah dijual oleh Jenifer."Sebelumnya perkenalkan, aku Ryan," ucap pemilik rumah memperkanalkan diri."Mana berkasnya?" tanya Azlan tak sabar.Ryan mengeluarkan surat perjanjia
Azlan : Aku berasal dari Indonesia.Nauma : Kebetulan, aku juga berasal dari Indonesia, senang berkenalan denganmu.Pesan demi pesan mereka balas hingga menjelang malam. Ketenangan hadir di hati saat bisa bertukar pesan dengan wanita yang dicintainya. Azlan tidur dengan nyenyak sambil memeluk ponselnya. Berbulan-bulan sudah ia tinggal di negara orang.Berkali-kali pula ia mencoba mendekati Nauma dan Axcel, tapi hanya penolakan yang ia terima. Tabungannya pun sudah hampir habis, pekerjaan di Jakarta pun sedang menunggunya. Azlan memutuskan untuk menemui Nauma dan Axcel, ia ingin sekali lagi memperjuangkan perasaannya."Ya, ini adalah yang terkahir, jika mereka masih menolakku, maka aku akan pulang ke Indonesia," gumamnya sambil mengenakan jaket.Azlan menuju apartemen Nauma menggunakan bus, sepanjang perjalanan ia berdoa agar Nauma mau menerimanya lagi. Hanya sekedar harapan dengan kemungkinan kecil, ia tak begitu yakin jika Nauma mau menerimanya lagi. Terlebih penolakan-penolakan yang